Fachruddin : Kliping Dan Catatan Tentang Bahasa, Retorika, Sastra, Aksara dan Naskah Kuno
Sabtu, 06 Mei 2017
SUDUT SEMPIT FILOSOFI BUNGA
Tulisan ini selain sangat ringan dan dangkal bahkan nyaris tampa makna karena tergelitik oleh prilaku sekelompok orang terkait dalam pelaksanaan Pilkada DKI April 2017. Alkisah kekalahan si Raja Uang pasangan Ahok Jarot yang keluar sebagai pecundang dalam Pilkada, Sebuah kenyataan yang sangat bertentangan dengan akal sehat sebagai manusia waras, ditinjau daru dari banyaknya dan beragamnya Tim Sukses serta lamanya bekerja dan banjirnya uang dalam jumlah berlipat ganda, didukung oleh sejumlah orang terkaya di Indonesia dan bahkan berdasarkan informasi liar yang justeru informasi dari kalangan sendiri yang telah bekerja jauh hari sebelum tahapan Pilkada, maka tak masuk akal pasangan Ahok akan keluar sebagai pecundang. Kalah dalam hitungan yang sangat memalukan sekitar 42.50% melawan 57,50, itulah juga sebabnya maka barbagai pengaduan Pilkada yang telah dipersiapkan, tidak diajukan sebagai pengaduan, karena akan menjadi sia sia, dan kita semua telah dibuat oleh kenyataan sebagai orang dungu, laiknya. Kita akan menjadi lebih dungu, manakala ada orang yang merasa dengan Tim dan uang sebanyak itu Ia sanggup memborongsemua suara.
Tetapi dasar namanya politik dan dukungan uang banyak maka sekalipun pencundang masih mempunyai harga diri, karena memiliki uang yang banyak, sehingga secara serentak dan tiba tiba datang ribuan kiriman bunga dihari awal saja memenuhi halaman Balai Kota berisi rasa simpati kepada pecundang, sehingga tidak kehilangan muka, walaupun kalah, tetapi Ahok Jarot didukung oleh massa yang rasional, sedang pihak lawan sekalipun menang didukung oleh oleh massa irrasional. Serangan opini gencar dilaksanakan dan kiriman karangan bunga adalah salah satu diantaranya. Inilah sebuah tragedi kemashuran logika manusia.
Tulisan ini bukan sebagai ikut ikutan memberikan analisa dan penilaian sungsang terhadap mutu Pilkada DKI yang dicerca sebagai tidak rasional itu, bahkan ada pengamat kenamaan yang menyatakan analisa dangkal secara terburu buru, bahwa justeru kelas menengah kebawah memiliki sikap yang lebih rasional ketimbang mereka yang dikelompokkan sebagai golongan menengah ke atas. Tetapi untungnya lagi analisis tersebut dikatakan bahwa Pendidikan Tingkat dasar yang harus dipersalahkan dan dipoerbaiki, namanya juga analisis sungsang, tetapi biarkanlah kedunguan kita akan berlalu, dan kita memang harus belajar ulang memahami kenyataan.
Tetapi sebagai hiburan ringan tak mengapa jika harus berpuas dengan bahasa bunga lewat karangan bunga yang laiknya sebagai air bah itu. Kita berharap dengan bunga ini orang harus mengatakan bahwa Ahok Jarot adalah pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang sangat dicintai oleh masyarakat, karangan bunga adalah dukungannya. Walaupun belakangan bau busuk itu menyeruak juga, bahwa ada perusahaan besar yang memborong karangan bunga atasnama berbagai lembaga, itu tak menjadi persoalan bagi perusahaan karangan bunga, selagi pesanan dibayar kes. Ini menjadi hiburan geratis, terlebih belakangan muncul kaeangan bunga satu dua yang isinya nyinyir dan lucu lucu. Ajakan Ahok untuk menjadikan karangan bunga ini sebagai objek wisata bunga di jakarta. Yang ada duijakarta bisa mengunjunginya sambil mengagumi banaknya karangan bunga, yang artinya ini semua adalah pesanan dari orang yang banyak uang.
Bila ingin berfilosofi perkara bunga, maka filosofinya kena mengalir dan mudah dipahami. Karena bunga itu adalah ciptaan Tuhan yang sangat indah maka hati gampang menikmatinya, tak butuh pendidikan tinggi atau logika yang rumit, dengan kekurangannya serta kemiskinan dan kebodohannya pun akan mampu menimati arti keindahan bunga. Baik bunga yang tumbuh ditaman maupun maupun muncul liar di semakbelukar, bunga akan mendatangkan keindahan dan kekaguman adanya. Hanya saja sayang bunga itu umumnya tak lama akan adanya, dia akar gugur dan layu, dan keberadaannya tak lebih dari sampah sampah lainnya sebagai barang sisas yang diapkir, akan seperti itukah nasib karangan bunga untuk pasangan Ahok Jarot ...? Tidak tertutup kemungkinan iya !.
Aneka ragam bunga, bahkan ada bunga yang sempat tersanjung dengan harga yang lauar biasa, belasan hingga puluhan juta rupiah, sehingga bunga bunga yang ditaruh diteras rumah menjadi terancam, sementara jual beli harga mahal bunga bunga itu hanya rekayasa, yang sebenarnya hanya bertukar tangan saja, walaupuin tak terpungkiri ada juga yang terjerat ikutan membeli walau dengan harga yang lebih muah. Sebuah nama bunga buming tak lepas dari akal licik para pedagang.
Bunga menjadi mahal itu alasannya apa, karena lambat berkembang tetapi lama juga bertahan, selama bertahun tahun dipelihara, pohonya tak akan membesar meninggi dalam kecerahan wajah yang bertahan. Kenapa tidak bunga plastik saja, awet dan cerah tanyanya, perkara bunga plastik ada kaidah lain lagi. bunga plastik ini akan hebat manakala mampu mirip dengan bunga aslinya, demikian juga bunga asli akan sangat populer jika mampu seperti bunga plastik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar