Senin, 25 September 2017

KIYAI ANSORI ZAWAWI


Ijinkan saya menyapa "Kiyai" Ansori Zawawi, dalam tata aturan suku Komering di mana Ia dibesarkan Kiyai di sini artinya bukan pemilik atau pengelola sebuah Pesantren seperti di Jawa Timur atau beberapa daerrah lainnya, tetapi  artinya Kakak atau Kanda, saya menyapa kakak memang karena beliau lebih dahulu masuk ke bangku pendidikan dibanding saya, sementara berapa tanggal lahirnya yang pas, saya tak begitu tahu. Bukan teman sekelas, tetapi jelas kakak kelas. Tetapi satu tempat kami mengaji Quran di bawah asuhan Ustadz Syafei di Pagelaran.  Hanya saja kami  berkesempatan berteman sejak ketika  masih kecil, beliau lebih dahulu menduduki bangku Perguruan Tinggi, pada saat itu beliau mulai banyak cerita kepads saya. pada saat itu saya duduk di kelas 2 SLTA, yang terkesan oleh saya karena pada saat itu beliau banyak cerita tentang Subhan ZE, Mahbub Junaidi dan Nurcholis Majid. Ketiga tokoh yang sangat dikaguminya, Tetapi tragisnya justeru saya hawer hawer mengenalnya. Diantara ketiga tokoh itu Nurcholis Majid yang paling banyak menjadi topik ceritanya, sementara saya baru sedikit sedikit mengenal Subchan ZE. Yang tokoh muda NU dan namanya sering menjadi topik berita sebagai satu satunya media komunikasi yang dapat kami jangkau. Sayang beliau wafat di usia muda.


Sebuah perbincangan yang sangat tidak seimbang, saya bukan lagi menjadi pendengar setia, melainkan pendengar yang kebingungan. Apa yang saya baca pada saat itu sangat tak sebanding dengan apa apa yang diocehkan kiyai Ansori. Sehungga saya memiliki dendam tersendiri, bahwa nanti pada suatu saat saya berkeinginan akan banyak bercerita tuntas tentang seseorang tokoh yang saya kagumi. Sayang justeru sejak saat itu selama puluhan tahun kami tak jumpa. Jika tak silaf dalam mengingat kami jumpa kembali tahun 2002 di Masjid Jami' Pagelaran desa kami, sayang tak sempat bincang karena banyaknya sanak famili yang menyalaminya, sehingga Say Hello kami tek sempurna terselenggara.

Pernah dalam satu kesempatan, ketika saya mengikuti Kongres HMI di Bandung, Saya bertanya kepada Panitia, apakah ada diantara Panitia yang bernama Ansori Zawawi dari Lampung, mereka menjawab tidak, Tetapi ada Ansori dari Lampung Namanya Irfan Anshori. Saya memang ditawarkan untuk jumpa, tetapi saya menolak karena memang tak kenal. Di luar dugaan saya pada suatu saat sayapun diperkenalkan oleh Redaktur Lampus karena kami berdua banyak menulis di harian itu. Ternyata Irfan Anshori sangat mengenal Hafis Zawawi. Andaikan saya bersedia dipertemukan dengan Irfan Anshori yang dari Lampung itu maka kemungkinan besar saya bisa jumpa dengan Ansori Zawawi, tetapi itu tidak saya lakukan karena saya terlibat menyusun strategi akan memilih Dzakki Siraj dalam Kongres itu sementara Teman teman dari Cabang Bandung menjagokan UKI Gustaman.

Namun demikian sekalipun hanya lewat SMS saya dan Irfan Anshori akhirnya berteman baik, Irfan Anshori merasa rindu dengan Hafis Zawawi, sementara saya merasa rindu  dengan Ansori Zawawi. Saya dan Irvan berjanji manakala saya bertemu Ansori saya akan sampaikan salam Irfan kepada Hafis Zawawi lewat Ansori Zawawi. Sedang bila Irfan ternyata lebih dahulu jumpa Hafis Zawawi, maka beliau akan kirim salam dari saya untuk Ansori lewat Hafis Zawawi. Tetapi belum juga kesampaian, ternyata Abang Irfan Anshori telah mendahului kami. Inna lillahi wa inna Ilaihi Roojiuun.

Namun demikian semangat saya ingin jumpa Kiyai Ansori Zawawi tak pernah padam, hanya saja ada sedikit perubahan, jika semula saya bertekad untuk bercerita banyak tentang orang yang saya kagumi dari berbagai sisinya, seperti yang dilakukan Oleh Kiyai Ansori Zawawi dahulu sekitar tahun 1072 lalu. tetapi hanya sedikit peningkatan status saya dari pendengar yang bingun menjadi pendengar yang setia, itu target saya bila diperkenan jumpa beliau. semoga,

Akan terwujudkah pertemuan itu entahlah, diusia yang sudah memasuki tahapan loyo ini, apalah yang bisa lakukan dalam berkomunikasi, Memang Kiyai Ansori Zawawi telah mengirim nomor WA nya via facebook, tetapi dalam waktu bersamaan HP saya terjatuh dan mengalami kerusakan yang agak serius, sehingga entah berapa lama saya tak bisa memanfaatkan jesempatan untuk berkomunikasi,memang manusia punya rencana Tuhanlah yang menentukan. Itulah lika likunya sebuah persahabatan.

BUKAN PERSAHABATAN BIASA.

Mari kita selamatkan karya orang tua kita.

Jangankan orang lain, isteri saya sendiri terheran heran akan kegembiraan yang sulit saya sembunyikan, menerima nomor WA Kiyai Ansori, sebagai sahabat sekaligus senior saya. Dia teman senior saya sejak waktu masih manak akanak dahulu, memang belum lagi tammat SD beliau telah sekolah di Kota, tetapi itu tak jadi hambatan bagi kami untuk bertemu pada saat saat liburan panjang sekalolah kami. Ansori Zawawi adalah putra dari Imam Besar Masjid kami, Masjid tua di Pagelaran di mana di masjid itu kami belajar huruf huruf hijaiyah. Haji Abdullah Zawawi nama beliau, sejak kecil kami merasa ada di bawah kepemimpinan belaiu.

Jauh sebelum ayah saya meninggal dunia, justeru ibu saya berceritera bahwa dahulu beliau senegaja menemui KH Abdullah Zawawi untuk menyampaikan gagasan pendirian Madrasah di Desa Pagelaran. Pada saat  itulah terasa sekali bahwa KLh Abdullah Zawawi memiliki harisma yang luar biasa, karena atas kewibawaan beliaulahj sejumlah orang menerima setelah KH Abdullah Zawawi mengajak mendukung pendirian Madrasah.

Orang tua saya yang sempat menjadi  salah seorang Pimpinan Masyumi ditahun 50-an nampaknya sebagai orang partai beliau memiliki sensitivitas ketika PKI berhasil mendapatkan banyak dukungan di beberapa desa di Kecamatan Pagelaran. Saya tak mendapat cerita secara detail, tetapi ketika saya sudah mulai memahaminya yang saya tahu beberapa desa yang nampaknya memiliki potensi sebagai basis PKI adalah Desa Pemenang, Pasisrukir, Umbul Solo, Puji Harjo dan mulai masuk Ke Sukaratu.

Dipahami bersama bahwa memang dibutuhkan Madrsah yang berdiri kokoh mengawal akidah ummat. Hanya dalam sekejab di bawah kepemimpinan KH Abdullah Zawawi kesepakatan kesepakatan penting itu terbangun. Dan madrasahpun didirikan, diberi nama Madrasah Wajib Belajar (MWB) Diharapkan secara bersama melalui Madrasah yang didirikan itu akan mengawal akidah ummat, khusnya penduduk Kecamatan  Pagelaran.

Ingin saya sampaikan bahwa sekolah tersebut sempat buming, setelah dikelola dari waktu, ke waktu yang melibatkan banyak orang, maka puncak kejayaan sekolah itu menjadi sanggat membanggakan muridpun membeludak dan mereka yang berpatisipasi di sekolah itu sangat gembiranya, Yayasan terbentukl. Pada saat itu pengelolanya adalah Bpk Iskandar, beliau adalah putra Bapak Juned, yang semua kita tahu bahwa beliau adalah tuan tanah di desa kita Pagelaran. Di hari hari tuanya Bpk Iskandar merasa kelelhan, dia tak lagi berdagang di pasar, sepertinya beliau ingin lebih konsentrasi beribadah.  .

Dikembalikan Kepada Kami.

Sungguh di luar dugaan Ketika Bpk Iskandar datang ke  Bang Syafruddin seraya menyerahkan kepemimpinan yayasan, seraya menterahkan murid dan bahkan gedung. Gedung sederhana Madrasah yang dibangun oleh masyarakat, yang hanya berdinding geribik itu digotong dan diletakkan di belakang rumah. Bpk Iskandar benar benar menyerah, lelah, ryupanya sudah berapa tahun terakhir belaiu sendiri yang mengelola, beliau sendiri yang harus mengatur keuangan yang mulai minus itu, lebih banyak didukung dari kekuatan para pelanggan toko kelontongannya di Pasar Pagelaran, nampaknya sebagai putra seorang Tuang Tanah, semula hal itu tidak menjadi masalah, tetapi seiring usia semakin menua, Iskandar berketetapan untuk menyerahkan kepemimpinan Yayasan kepada Syafruddin.


Minggu, 24 September 2017

REKAYASA PENULISAN ULANG SEJARAH INDOBESIA.

Tahun 2008 Film G 30 S PKI tak lagi diputar di televisi sehingga generasi muda tak lagi begitu kenal dengan apa yang terjadi dengan tragedi kelam bangsa, langkah berikutnya pertemuan pertemuan anak keturunan serta para simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai pelaku pemberontakan berdaarah G 30 S PKI gencar melakukan berbagai pertemuan,hingga tercatatlah jumlah mereka hingga mencapai konon jumlah mereka sudah menyentuh dua uluhan juta. Perkembangan berikutnya mereka sudah berani menggunakan lambang PKI Palu Arit, mereka gunakan lambang itu pada kaosatau pakaian lainya dan beraninya dengan menggunakan pakaian serta membawa lambang serta gambar para tokoh yang dahuku dikenal sejarah sebagai Penghianat Bangsa, masyarakat terlena, tidak diketahui bagaimana prosesnya, ternyata catatan sejarah kelam itu sudah menghilang dari buku teks yang digunakan di sekolah sekolah. Lalu terjadilah hiruk pikuk.



Yang paling mencemaskan, ketika berdar issue bahwa Presiden Jokowi telah berkenan akan meminta maaf kepada PKI bahkan berkenan pula akan memberikan uang konvensasi sesuai dengan daftar nama yang telah dipersiapkan, rakyatpun mulai protes, permintaan maafpun tidak dilaksanakan dan uang konpensasi tak dibayarkan, bahkan Presiden yang menjelaskan sendiri bahwa beliau tak akan meminta maaf dan beliau berjanji tak akan membayar dono kompensasi.

Satu kita merasa lega dengan pernyataan Presiden, tetapi dipihak lain kita masih merasa cemas tentang kegiatan pertemuan mereka secara besar besarn, dipublikasikan dan bahkan kini mereka memiliki keberanian memvideokan pertemuan pertemuan itu. Pertemuan terakhir yang di protes secara besar besaran oleh rakyat, dan dijanjikan tidak akan ada pertemuan itu terlaksana, tetapi kini telah beredar secara liar video pertemuan serta penrnyataan pernyataan berani. Keberanian mereka dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Yang  luar biasa akhir akhir ini adalah keberanian mereka mengedarkan  veeo pertemuan dan pernyataan para tokohnyua yang mengetakan bahwa mereka masih ada dan akan tetap ada, bahkan akan semakin mendapat dukungan.

Sementara di luar sana, masih bersitegang mengatakan bahwa PKI tak ada lagi, hanya issue, dan banyak lagi pernyataan pernyataan yang sejatinya berarti memberikan jalan bagi anak keturunan serta simpatisan Pemberontak PKI itu bisa berkembang.  Alhamdulillah Panglima TNI Jendral Gatot Nurmatio berjanji bahwa TNI akan mengawal bangsa ini agar terhindar dari penghianatan ulang PKI, dan pasti akan didukung Rakyat, insya Allah.

Sabtu, 23 September 2017

TEMAN DI WA TAK MENYUKAI CERITA NGERI DI ZAMAN SUSAH.



Bayangkari akan muncul manakala ada pihak yang mencoba untuk berbuat curang dengan mencatut nama Presiden Jokowi untuk mengimpor lima rtibu pucuk senjata. Yang ditenggarai ada sejumlah Perwira Tinggi yang nakal yang mencoba mendukung pihak sivil untuk mengimport sejata secara illegal. Panglina TNI dalam acara silaturrahmi dengan para mantan petinggi Abri antara lain Wiranto dan Prabowo, ada sejumlah Petinggi TNI aktif yang sedang berusaha untuk mendapatkan jabatan secara tidak benar. Panglima tak ingin TNI akan diseret seret kepada kepentingan politik, mereka akan diserbu oleh Panglima. bukan hanya menangis tetapi justeru mereka akan dibuat merintah manakala berbuat kesalahan. Karena awalnegara akan hancur manakala TNI nya berpolitik.

Ketika ini saya posting di sebuah group WA ternyata tak semua anggota WA menyukai saya memfosting sesuatu yang sangat mengerikan itu, walaupun saya tekah memilih kata kata sehalus mungkin untuk tidak memancing emosi para anggota WA, melainkan saya arahkan agar cukup ikut berdoa saja agar Panglima TNI memiliki kemampuan mengatasinya manakala ada mereka yang bersenjata bermain politik, bermain curang dan ikut mendukung civil melakukan pengadaan senjata. Ada anggota WA yang menampakkan ketidak sukaan atas posting itu.

Saya tahu mereka yang tak suka itu adalah anggota yang menghendaki ketentraman batin dalam ber WA ria. Jangan pula dibebani dengan kesusahan, ketakutan dan kengerian, sebab manakala Indonesia ini mengalami huru hara maka kesusahan pasti akan muncul. Maka ketika saya memposting dengan postingan yang menakutkan itu, semula ditimpali dengan cerita cerita humor, tetapi nampaknya saya kurang bijak dalam memahami keinginan para anggota, justeru yang semula hanya memposting berita dan plus suara, lalu tiba tiba saya memposting berita yang sama dalam bentuk youtube. Kesabaran merekapun habis sehingga mereka menimpali dengan kaidah cara bergaul di WA.

Dikatakan bahwa anggota WA yang tak pandai mengendalikan diri itu dalam grup WA adalah, yang suka ceramah agama, suka menasehati, suka mengkritik, sukacerita politik, suka posting artikel, suka berita hoak, nampaknya yang dinginkan oleh para anggota adalah para anggota yang suka humor.  Saya fikir memang demikian yang dikehendaki oleh para teman teman di WA. Karena memang sebelumnya saya menkopas sebuah artikel pendek tentang agama, memang saya durespon hambar, karena barangkali para anggota melihat saya belum sesuai dengan isi postingan itu. Karena postingan saya menyangkut masalah sosok tokoh yang tak pernah lepas dari solat malam, dan sholat dhuha. Dan para anggotapun memang sepengetahuan mereka dan memang saya akui juga bahwa sholat malam dan dhuha saya kurang terpelihara dengan baik, serta pengetahuan keagamaan saya  ada di bawah rata rata.

Tetapi catatan saya paling penting adalah bahwa teman teman tajk suka ada mendengar cerita bahwa bangsa ini sedang terancam bahaya, termasuk bahaya komunis dan perpecahan lainnya. Mereka ingin bangsa ini tentram damai serta sejahtera seperti harapan kita semua.

Senin, 18 September 2017

PKI BANGKIT LAGI ?.



Upaya untuk meluruskan sejarah kelam bangsa Indonesia oleh anak keturunan serta simpatisan PKI jelas jelas sangat pertentangan dengan kenyataan, karena perjalanan sejarah bangsa Indonesia mencatat penghianatan yang berulang ulang dilakukan oleh PKI, tiba tiba saja justeru mereka merasa sebagai korban dan bahkan menuntut  dana kompensasi, dan jumlah mereka adalah jutaan, katanya. Logika mereka adalah beranjak dari tanggal 1 Oktober 1965 dan berdasarkan mereka maka anak keturunan serta simpatisan adalah kurban, sementara tahun tahun sebelumnya di mana PKI melakukan pembantaian besar besaran  adalah sesuatu yang tak tercatat dalam sejarah kilah mereka.
Nampaknya ada orang kuat dibelakang mereka sehingga beberapa tahun terakhir ini merejka mulissaja melaksanakan berbagai pertemuan sambil merencanakan sesuatu.

Sikap mendua Pemerintah, disuatu saat Pemerintah memerintahkan langsung gebuk bila ditemukan gerakan yang akan menghidupkan kembali PKI, tetapi disaat yang lain Pemerintah melalui Kepolisian nampaknya tak segan segan melindungi mereka yang mengaku menjadi kurban sejarah kelam alias anak keturunan serta simpatisan PKI. Yang paling mengerikan adalah Pemerintah juga memiliki dua sikap yang bertentangan, ada yang melarang dan ada yang mempelopori untuk nonton bareng film pemberontakan G 30 S PKI. Apakah pemerintah terpecah dua atau lebih, belum ada analisa yang daoat dijadikan rujukan.

Tapi nampaknya jika masalah memberikan fasilitas untuk terselenggaranya pertemuan pertemuan anak keturunan dan para simpatisan PKI itu adalkag sesuatu yang semakin terang benderang. Bahkan konon hampir saja juateru Pemerintah akan meminta maaf kepada PKI, benar benar hampir terjadi jika saja tak ada protes utamanya dari ummat Islam.

Akan dibikin seperti apa Bangsa ini oleh Penguasa sekarang kita tak tahu, kita masih dalam tandatanya besar apa keinginan penguasa yang sebenarnya. Ada ada saja aspek yang menjadi pertentangan antara Pemerintah dengan ummat. Nampaknya kita harus bersabar dan tetap berdoa kepada Allah agar bangsa ini tidak terkoyak koyak oleh mereka yang mengingin sesuatu dengan cara memaksa, sekalipun melawan kewajaran, sehingga bisa saja akhirnya Pemerintah harus meminta maaf kepada pihak yang berulangkali berhianat kepada bangsa.

Manakala Pemerintah meminta maaf kepada PKI, maka berarti secara otomatis ummat Islam yang sangat membantu menum,pas PKI yang dianggapberhianat, bisa saja akan berbalik statusnya sebagai pihak yang keliru. Wallhi aklam, mari diam diam kita mendoakan agar para elit penguasa serta para negawarawan mampu menemukan jalan yang benar.

Sabtu, 16 September 2017

Reza Rahadian Benci Islam ?



Pasca kekalahan Ahok di Pilkada DKI tahun 2017 nampak seolah  harus dibayar mahal oleh ummat Islam dan banyak pihak yang  ramai ramai menagih itu semua, yang terakhir adalah Reza Rahardian yang sempat dipuji dan puja karena berhasil memerankan Habibi dalam sebuah film, tetapi nampak nampaknya diam diam dia menyimpan rasa benci kepada ummat Islam dan pasca kekalahan Ahok di Pilkada DKI diledakkannya resa benci itu. Memang tak dapat dipungkiri bahwa Pilkada menonjolkan issue agama yang tak terhindarkan setelah Ahok sebagai Gubernur DKI dan sedang digadang gadang akan menjadi Presiden itu mengeluarkan pendapat yang dinilai penistaan terhadap agama Islam, berjuta pendukung Ahok menyatalaj bahwa ucapan Ahok tak ada niatan untuk menista agama, sebagai sesuatu yang dilarang, tetapi ternyata hakim berdasar fakta persidangan menyatakan Ahok terbukti menista agama, secara adan meyakinkan berdasar Kateuhanan Yang Maha Esa.

Tetapi walauoun Ahok yang dipersalakan dan harus menjalani hukuman, tetapi banyak pihak dengan logika yang sama sekali tak wajar mampu menuduh ummat Islam sebagai sumbu pendek, anti Pancasila, Anti NKRI dan banyak lagi tudikan gak wajar lainnya yang disampaikan seolah koor dilakukan dalam sebuah orkestra. Itulah logika politik yang nampaknya. Senenarnya tak perlu terkejut dengan apa yang diucapkan oleh ReRahardian kita tak lagi perlu merasa terkejut, karena manakala kita biasa membuka media sosial itu ibarat lagu wajib yang selalu dengan mudah untuk kita dengar, atau terpaksa mendengarnya di media sosial.

Memang banyak ulama seperti serentak membela diri ketika Ahok menista agama, apalagi para ulama itu membina ummat,  maka para ulama akan sibuk menjelaskan kepada ummatnya perihal penistaan ahok kepada Agama Islam itu. Dan ceramah cramah mereka dijadikan youtube dan diviralkan, dalam waktu dekat pengunjuk youtube itu suda sangat banyak dan banyak diantaranya juga yang mengomentari, dan dalam komentar komentar itu kita saksikan pihak mana yang menggunakan kata kata yang tak pantas. Para ulama itu habis dimaki maki. Tetapi heran mengapa justeru Islam yang dituding, sementara Islam yang dicaci maki.justeru Islam pula yang dituduh intoleran. Keadaan seperti ini nampaknya diperparah oleh sikap Pemerintah yang nampak tak jelas.

Sejatinya memang tidak perlu kaget dengan sikap seorang Reza Rahardian, karena memang sikap seperti itu sudah terlalu lama didengungkan olah banyak orang. Tak perlu dibesar besarkan karena Reza Rahardian tak cukup besar untuk dijadidikan reprentasi hiruk pikuk masalah ini, Yang patut disayangkan adalah sikap fragmatis sejumlah ulama dan pimpinan organisasi yang namoaknya lebih ingin memanfaatkan keuntungan dari situasi ini, disaat Pemerintah membutuhkan dukungan terhadap sikapnya yang mendua, untuk tidak disebut melempar batu sembunyi tangan. Pemerintah dalam hal ini spesifik sikap politik Presiden Jokowi.

Nampaknya masa mendatang kita harus memiliki regulasi untuk membatasi gerakan politik seorang Presiden, seorang Presiden tidak diperkenan melakukan politik praktis, harus dibicarakan secara tenag duduk bersama berbagai pihak, sebaiknya Presiden seperti apa, dalam hal hak dan tanggungjawabnya. Dalam hal ini dahulu mendiang Presdieen Gus Dur untuk membatasi pembicaraannya dan kebiasaannya menanggapi semua masalah. Gus Dur mengatakan tukang becak saja boleh bicara apa saja, masa justeru Presiden dibatasi dalam mengekspressika aspirasi politiknya, dan akibatnya Gus Dur dijatuhjkan oleh lawan lawan politiknya di tengah jalan.

Kita tidak ingin seorang Presiden itu salah langkah dan selama dalam periode kekuasaannya disibukkan untuk menyusun kekuatan dan mengekpressikan kayakinan politiknya. Nampaknya perlu kembali kita merenungkan seraya mohon petunjuk bagaimana agar Pemerintah mampu melakukan lompatan pembangunan karena kita sekarang justeru telah ditinggalkan oleh Kemajuan berbagai negara yang sejatinya start jauh dibelakang kita atau sama sama, tetapi kondisinya jauh lebih parah. Yang kini telah jauh meninggalkan kita, Karena Presiden kita dari periode ke periode tiudak maksimal dalam bekerja.

Sepertinya masih banyak pihak yang demikian terpengaruhnya oleh thesis Snoug Horgronye yang mengatakan bila ingin berkuasa di Indonesia maka lumpuhkanlah Islam di dunia politik, ekonomi dan pendidikan. Padahal itu adalah rekomendasinya bagi Pemerintah Kolonial Belanda bukan bagi kita kita yang merupakan bagian syah pemilik bangsa dan negara ini. Marilah kita bangun kembali bangsa ini dengan segala penuh rasa Cinta Tanah Air, bukan untuk menguasainya untuk kepentinagan politik dan golongan. Saya yakin bangsa ini pasti mampu.


Rabu, 13 September 2017

WALIKOTA PEKALONGAN MENINGGAL SETELAH SEMPAT MENYEGEL MASJID



Wallohu a'lam bishowab, hanya Allah yang tahu. Walikota Pekalongan Jateng meninggal mendadak dalam keadaan sehat walafiat di rumahnya, setelah beberapa hari sebelumnya Walikota yang kader PDIP ini menyegel sebuah masjid yang sedang di rehab. Masjid yang oladalaheh masyarakat setempat dengan nama Masjid Al-Arqom di Krapyak Kidul. Di mata masyarakat Masjid yang dibangun tahun 1990. Semula masjid ini hanya Langgar atau Musholla yang sangat bersejarah karena oleh para pemuda setempat dijadikan posko penumpasan G 30 S PKI tahun 1965. Seratusan jama'ah lebih jama'ah setelah masjid itu disegel Bupati dengan alasan tidak memiliki ijin rehab disegel Bupati sehingga masyarakat setempat tak dapat lagi memanfaatnya untuk sholat lima waktu, sholat Jumat dan aktivitas lainnya. Selain mereka berdoa dipimpin oleh Imam masjid mereka menambahkan doa masing masing dengan cucuran air mata, sungguh mereka tak percaya ada seorang Walikota yang mereka pilih telah melakukan kesewenang wenangan, dan terang terangan melawan Allah.

Entah pemikiran apa yang merasuk kepada Kader PDIP ini sehingga berkesimpulan harus menyegel rumah ibadah yang sangat berjasa dalam upaya menumpasan antek antek G 30 S PKI itu. Memang antara ummat Islam dengan PDIP akhir akhir ini menjadi kurang harmonis, lantaran PDIP semakin berani terang terangan untuk berbeda sikap tentang penerus paham komunis, PDIP nampak lunak dan well Come kepada pendukung Komunis, sementara ummat Islam memang secara terang terangan megaanggap bahwa komunis itu adalah merupakan bahaya latin yang harus di waspadai terus menerus. Demikian juga dengan sikap politik PDIP terhadap Pendidikan Agama, melalui kadernya PDIP mewacanakan untuk menghapus pendidikan agama dari sekolah sekolah formal, pendidikan agama diminta menjadi aktivitas pribadi dan keluarga saja.

Bagi ummat Islam masalah ibadah, dakwah dan pendidikan agama sangat dipentingkan. sementara bagi PDIP diwacanakan justeru pendidikan agama dihapuskan, ummat Islam anti Komunis, PDIP ingin bermesraan dengan Kmunis. Tetapi lalu apakah perbedaan politik itu yang membuat Sang Walikota Pekalongan menyegel masjid yang sudah berdiri sejak sebelum tahun 1965, sebelum meletusnya Pemberontakan Biadab yang dilakukan oleh PKI itu. Mengapa masjid itu disegel ketika masjid itu sedang dilaksanakan rehab, dan karena belum diurus ijin bangunannya. Mungkin memang banyak masjid masjid tua itu tak lagi menyimpan Ijin Bangunannya, tetapi apakah lantaran seperti lantas dianggap sebagai sesuaitu ancaman bagi Indonesia dan harus disegel oleh penguasda. Marilah kita berfikir lebih jernih dalam mengelola bangsa ini.

Kucuran air mata Imam Masjid dan para jema'ah telah berjatuhan, isak tangis telah meledak seledak ledaknya. Mereka telah berdoa meminta agar Bupati mendapat hukuman yang setimpal. Kini Walikota yang bersangkutan telah meninggal dunia. Kita tidak tahu apakah tindakan yang jelas jelas melawan Tuhan sempat dia mohonkan ampunanya, kita tak tahu. Apakah Tuhan telah mengampuninya, kita tak tahu apakah PDIP masih kekeh dengan politiknya. Harapan kita Pemerintah memiliki kemampuan menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi, jangan penyegelan rumah ibadah dijadikan trend.

Bila Masjidyang telah lama berdiri dan memiliki sejarah yang cukup panjang, ternyata masih belum memiliki IMB, apakah tidak boleh IMB diurus kemudian tampa penyegelan. Bila ada persoalan antara mesjid dengan masyarakat setempat harap diuraikan permasalahannya, apakah permasalahan itu masjid telah digunakan untuk kegiatan terlarang, atau dasar masyarakatnya yang suka karena ketentraman terganggu dan semacamnya. Bila memang ada pelanggaran UU atau aturan yang sangat serius, maka apakah penyegelan masjid adalah jalan keluarnya, bukankah masih bisa Pemerintah menangkap mereka yang bersalah dan sebagainya.

Penyegelan masjid hendaknya merupakan upaya yang terakhir, setelah tajk mungkin mencari jalan keluar lainnya. Dan kalaupun harus dilakukan tindakan, semestinya Kementerian agama juga dilibatkan, untuk membahas, mencarikan jalan keluat serta memberikan penjelasan kepada ummat. Semoga saja Pemeriuntah memiliki kemampuan membuat Indonesia ini semakin kondusif. Kita tak juga tahu apa maunya Pemerintah  dan penguasa. Maka marilah kita berserah diri kepada Yang maha Kuasa Allah Subhanahu Wataala. Agar kita tetap terpelihara termasuk Bapak Walikota Pekalongan yang kini telah dia, siapa tahu beliau belum sempat meminta ampun dosa, bila benar beliau seorang muslim maka marilah juga kita doakan keampunannya, sebagai manusia dia salah atau lupa.

Lebih mematuhi kehendak partai ketimbang Tuhannya, Karena memang keterlaluan bila masjid disegel hanya lantaran terlanjur belum punya IMB, kan sudah ada peraturannya tinggal mengajukan permohonan belaka, Bila ada sekelompok orang mungkin propokator untuk penutupan masjid, itu harus dikonfrontir secara adil, kembalilah ke Peraturan yang. Mari kita jadikan pelahjaran yang berharga.









Senin, 11 September 2017

PKI PENGHIANAT BANGSA, SYUKBAH ASA GELISAH KARENA CERDAS

SENI UNTUK SENI



Nasib baik bagi saya dan Sdr. Dr. Yoke Mulgini sebagai anggota HMI Cabang Tanjungkarang kami berdua diutus untuk mengikuti Training yang pada saat itu sering disebut Training Idiopolitor, atau Idiologi Politik dan Organisasi, yang jika tidak salah ingat merupakan pelatihan kaderisasi tertinggi bagi HMI pada saat itu. Semua narasumber  mendapatkan waktu uang luas untuk bicara  diantaranya adalah Ridwan Saidi, Adi Swasono, Sutan Taqdir Ali Syahbana, dan banyak laghi yang lain. Tetapi yang paling menarik untuk dibicarakan pada saat ini adalah Kanda Syukbah Asa. Saya sebut Kanda karena diantara narasumber termasuk yang nampak muda dan berusaha akrab dengan peserta adalah beliau, beliau terkenal sebagai aktor, yang sejak mudanya aktivis HMI yang satu itu menggandrungi dunia peran dan panggung. Selain itu beliau juga wartawan yang sempat menjadi redaktur majalah Tempo dalam waktu yang lumaian lama, sempat juga di majalah Editor, sempat juga di Majalah Panjimasyarakat. Terdaftar juga sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta. Sangat profesional bila ditampilkan pada forum itu.

---

Tanda tanya besar dalam hati saya pada saat itu mengapa beliau kekeh mempertahan prinsip seni untuk seni, atau de L'art For L'art. Seni yang diharuskan memenuhi tuntutan kaidah estetik itu adalah sesuatu yang tak boleh dibatasi kata beliau pada saat itu. Beberapa orang peserta termasuk saya di dalamnya bahwa sebagai kader HMI maka kita harus memiliki keterikatan dengan Islam, atau tepatnya akidah Islam, aktivitas seni adalah mem,iliki peluang berekpressi yang paling mudah diterima karena bahasa seni adalah bahasa yang paling universal, akan sangat mudah membangun komunikasi, yaitu dengan bahasa seni. Maka bahasa seni baik digunakan untuk dakwah.

Bagi mereka yang memahami bahasa Arab dan memang bagi orang orang Arab maka bahasa yang digunakan dalam Al-Quran itu memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Sebenarnya kita bisa mempelajari atau mengenal ketinggian seni al-Quran yang bukan hanya bahasanya saja yang indah, tetapi seni bacanya, tidak ada kitab suci lain yang menarik diperlombakan dalam seni bacanya. Belum lagi cara menulisnya yang bisa melahirkan kaligrafi yang demikian indah, ditambah lagi dengan seni menghapal dan senimemahaminya. Tidaklah akan mengalami kerusakan estetis manakala seni bukan hanya sekedar untuk seni, teta[i dengan seni kita bisa menyampaikan sesuatu secara mulia.

Barangkali Kanda Syukbah Asa, selaku alumni Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, dahulu IAIN. maka perannya sebagai DN Aidit dalam film pengghiatan G 30 PKI secara profesional dengan dukungan berbagai teori sekuler selesai. Sedang secara akidah bisa diukur dengan ukuran yang lebih luas lagi, dalam kehidupan sehari hari, bukan hanya sesaat di layar kaca atapun layar lebar, yang tentunya diharapkan dapat objektif. Dan itulah pertanggungjawaban, profesional, pertanggungjawaban sosial dan pertanggungjawaban aqidak seorang cukup cemerlang ketika dipercaya mengemban beban selaku redaktur majalah Tempu, lalu majalah Editor, lalu majalah Panjimasyarakat, ketiga majalah itu benar benar jaya ketika beliau berkiprah.

---

Dengan segala keawaman saya, saya masih juga kekeh mengatakan bahwa selaku manusia yang bertuhan, atau meyakini kemahakuasaan Tuhan atas segala sesuatu di alam ini termasuk juga manusia. Tidak akan mengalami kesulitan untuk memahami mengapa beliau bersedia memerankan seorang DN Aidit yang ileh sejarah akan tercatat sebagai tokoh yang cukup sentral di dalam penghianatan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia untuk kesekian kalinya itu.

Sedang Syukbah Asa adalah aktor yang memerankan tokoh penghianat DN Aidit. Itu No problem sejauh arahan dari sutradara dalam alur cerita dan adegan tidak mengesankan bahwa pemebrotakan itu bukan penghianatan. Dalam cerita yang tersusun serta adegan demi adegan harus menunjukkan bahasa bahwa itu sebuah penghiatanatan, dan penghianatan adalah kejahatan. Mengapa mereka menghianat adalah karena keinginan mereka merebut kekuasaan yang ada pada Pemerinmtahan yang syah. Sekali lagi itu no problem bagi Syukbah Asa yang memerankan tokoh penghianat.

Tetapi bila ceritera itu ingin mengesankan bahwa bahwa DN Aidit dan kawannya dalam Partai Komunias Indonesia (PKI) dengan berbagai adegan untuk mengesankan bahwa mereka sebagai orang baik baik, maka tentu saja ini akan menjadi masalah bagi Syukbah Asa yang memerankan tokoh nomor satunya itu. Tak disangka putab balik fakta memang benar benar terjadi, film itu pernah dilarang diputar, tetapi nampaknya hanya secara lisan saja dan serentak TV tak lagi memutarnya, dan kita menimbulkan banyak kontroversi karena ada pihak yang menang ingin memutar balikkan fakta. Saya menilai kanda Sykbah Asa itu cerdas, dibelakang hari bahwa film ini cepat ataupun lambat akan menjadi kontroversi, itulah kegalauan Kanda Syukbas Asa yang cerdas itu.

Senin, 04 September 2017

POLITIK BULY DAN EJEK MENGEJEK DI INDONESIA.

SEBUAH BUNGA RAMPAI CATATAN


Bukan baru sekarang politikus Islam dibuly dan diejek, tetapi sejak zaman Haji Agussalim dahulu. Bukan baru sekarang jenggot yang sunnah Rasul itu diolok olok, Tetapi sejak zaman Agussalim dahulu. Para politisi berpikir keras bagaimana caranya membungkam politisi Muslim agar tak mampu berkutik, tak mampu bersuara, cukup menerima saja kesepakatan yang diputuskan tampabanyak cingcong, dan bila perlu diberikanlah sedikit uang kmpensasi bagi para politisi. Disadari atau tidak itulah yang dibiarkan terjadi selama puluhan tahun, hingga pada saat ini benar benar Parpol Islam nyaris tak berdaya. Politisi Muslim berhasil dipisahkan dari ummat yang seyogyanya mendukungnya. Sema Parpol nampaknya berpikiran Politik Islam itu lebih utama untuk dilemahkan, para tokohnya dirusakkan karakternya. H. Agussalim menjadi sosok yang paling menarik perhatian dalam sejarah perpolitikan di Indonesia.

Bila politik pembulian dan pengejekan itu tetap marak di zaman kekuasaan Soekarno, tetapi nampaknya itu semua terhenti di zaman Soeharto, politik Soekarno yang berhasil mengontrol pemahaman Pancasila dan mengontrol kebebasan berpendapat, barangkali itu pula sehingga pelaksanaan politik pembulian serta politik pengejekan itu sepertinya relatif telah mereda. Tetapi teriana seperti daulu orang meneriakji H. Agusslim kembali marak, walaupun hanya dalam teriakan huuuuu ..... di Gedung DPR pada saat Presiden Habibi akan memasuki gedung untuk menyampaikan pidato pertanggungjawaban, acara ini selain teriakan ejekan yang dilakukan oleh sejumlah politisi, juga ditandai penolakan pertanggungjawaban yang disampaikan Habibie. Tetapi Raklyat disuguhi tontonan yang tidak mendidik, bila tak ingin disebut sebagai penghancuran mental Generasi Muda.

Nampaknya Pemerintah bukan sekedar melakukan pembiaran  melainkan ikut bermain dalam perusakan karaktar politisi yang tak disukai oleh penguasa. memang naik turun, Pada era Habibie pembulyan nampak nyata dan terang terangan, dan pada mara Gus Dur hampir dikatakan puncak kebebsan pembulyan terhadap diri Presiden. Baru mereda di era Megawati, kembali marak di era SBY, puncak politik buly dan politik pengejekan adalah di masa Jokowi-JK ini.

Politik Bulying dan Politik Ejekan Tetap Berlangsung. 

Untuk pembunuhan karakter selaku ulama dan  Tokoh Nasional  ruangan demikian gaduh dengan menirukan suara kambing bila H. Agussalim akan memasuki ruangan. Tetapi pada saat itu H. Agussalim benar benar cerdas. Dia mengatakan  "Saudara Saudara sebenarnya pertemuan ini hanya dihadiri manusia, tetapi saya dengar tadi koq banyak suara kambing, cobalah kambing kambing itu diusir agar tak mengganggu jalannya pertemuan. Itu jawaban sekedar menyindir.