Kamis, 25 Mei 2017

BANGSA INDONESIA AKAN BERANTAKAN KARENA AHOK



Sesungguhnya Bangsa Indonesia sedang berproses mencari bentuk, para pihak ingin mencari posisi aman terlindungi oleh segala aturan yang disepakati bersama di bawah naungan Pancasila dan UUD 1945. Tetapi aturan tentang itu sangatlah lambatnya, kelompok minoritas merasa belum mencapai posisi aman terganmjal oleh sejumlah peraturan, sementara Islam sendiri sebagai mayoritas juga belum mencapai posisi aman, karena walaupun selama ini selalu dipimpin oleh seorang Muslim tetapi sejauh ini sebagai pemimpin bukanlah pihak yang memahami kepentingan ummat Islam, bahkan muslim justeru diposisikan sebagai minoritas.

Ketika Sukarno berkuasa lebih cenderung kepada Komunis, denganNasakomnya, Ketika Suharto berkuasajusteru agama tdak boleh disangkut pautkan dengan politik, Habibie, sangat singkat memimpin, walaupun juateru pembuat regulasi terbanyak, Gus Dur justeri pro minoritas, Megawati banyak mengalami blunder, SBY terlampau hati hati, sehingga tifak produktif, Jokowi sangat dirugikan oleh Ahok yang jauh hari sudah mencanangkan untuk menjadi Presiden dengan menjadi Gubernur DKI sebagai batu loncatanm. Dengan demikian klop bahwa regulasi dalam rangka mengatur anak bangsa untuk berada pada posisi aman belum terselenggarakan.


Serentak ummat Islam sebagai mayoritas merasa kecolongan ketika diketahui bahwa dalam UUD 1945, yang semula menyatakan Presiden adalah Warganegara yang beragama Islam, lalu diperbaiki menjadi warganegara asli indonesia, lalu entah darimana asal muasalnya tiba tiba sudah dirubah menjadi warganegara Indonesia, titik. Maka berarti peluang pendatang minoritas memiliki pelaung menjadi Presiden. Selama ini ada dua orang yang Menjadi Presiden dan relatif faham agama Islam, yaitu Habibie dan Gus Dur, tetapi keduanya gagal karena Habibie terlampau singkat, sementara Gus Duir memiliki keberpihakan kuat kepada minoritas. Politik Islam masih terpinggirkan.



Namun selama itu Muslim, Kristen/Katholik, Hindu dan Budha bersama menjaga agar tidak terjadi gesekan yang merugikan antar agama sambil menunggu lambatnya penguasa menyusun regulasi yang dirasakan adil dan membuat posisi aman, pihak non Muslim berusaha menjaga dan walaupun kadang memaksakan keinginan, tetapi berusaha menutupinya dengan berbagai usaha kegiatan kemanusiaan dan sebagainya, kecuali di beberapa daerah seperti di Irian yang semua kita tahu ada kepentingan luar yang sangat besar, sehingga pristiwa besar seperti pembakaran rumah ibadahpun ditangan secara selayaknya sebagai kesalahan besar. Negara masih terbilang aman,

Sebagai kelanjutan dari sistem polotik kolonial, Islam selalu merasa dicurigai oleh Penguasa, stigmaisasi kepada Muslim adalah ritual setiap kali ada priastiwa kejahatan terorisme, sementara ummat Islam sendiri tidak mengetahui siapa mereka sebenarnya. Tetapi selalu saja setiap kali ada pristiwa maka Islam seperti selalu dituding.

Sampai dengan kemunculan Ahok, setelah berdasarkan UUD 1945 yang dirubah berkali kali, dan pagi pagi telah menyatakan niatnya akan maju sebagai Calon Presiden. Pada saat yang sama Ummat Islam yang juga menginginkan posisi aman dalam berbangsa dan bernegara seperti hal yang sama diinginkan oleh kelompok minoritas. Tiba tiba muncul Ahok dengan segala gayanya, Gayanya hampir beda dengan kelompok minoritas lainnya, yang sekalipun minoritas dalam jumlah tetapi mayoritas dalam penguasaan ekonomi.

Walaupun bukan hanya Ahok, tetapi  Ahok berada diatas rata rata seringkali menganggap manusia warga (pribumi) sebagai sesuatu yang tak berharga, dibentak bentak, dicaci dan maki. Teriris hati menyaksikannya, dan lebih lagi pada saat yang bersangkutan mengenakan simbul simbul keislaman seperti jilbab. Maka tergambar dipelupuk mata bagaimana nasib anak keturunan di tangan Ahok. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Ahok melakukan manuver melarang penyemebelihan hewan kurban di masjid, sekolah dan kantor kantor Pemerintahan dsb. Di sinilah awal muasal  persetruan dengan Ahok. Pada saat itu Ahok dalam posisi Wakil Gubernur DKI berlanjut hingga pelantikan Ahok sebagai Gubernur DKI.

Kelak pada suatu hari Ahok melakukan kunjungan ke Pulau Seribu, pada saat itu Ahok mengungkap kebohongan memakai surat al-Maidah, yang kelak menuai protes ummat Islam bahkan menghantar Ahok untuk dua tahun menginap di Rumah Tahanan. Tetapi dengan ditahannya Ahok dua tahun di kurungan  yang dingin ternyata justeru menhidupkan letupan protes bagi kawan kawan Ahok yang semakin hari semakin menunjukkan gejala keberutalan. Panggung Ahokers nampaknya mulai disusupi pihak lain, rencana panggung teman Ahok yang akan diselenggarakan selama 40 hari menunjukkan gejala dikuasai wajah dan gagasan baru.Terbukti panggung Ahokers mulai berani menyalah nyalahkan Jokowi,

Tidak mengejutkan manakala Ahok membatalkan Banding, dan menerima vonis dua tahun atas kesalahannya secara ikhlas dengan mengutip beberapa petunjuk dalam Injil. sebagai penguat alasan. Tetapi yang lebih penting nampaknya bagi Ahok adalah geralam Ahoker tidak dirasakan menjadi ancaman retaknya hubungan Ahok dengan berbagai pihak yang selama ini dinilai Ahok sebagai memahami keberadaanya. Walaupun mereka memiliki alasan demi hukum, UUD 45, Pancasila, RRI dan sebagainya, dan yang lebih parah lagi adalah ucapan nyeleneh para agitator Ahokers, amaka selalu saja kekalan diarahkan kepada mereka yang keturunan etnis China.

Ketrunan etnis China di tarik tarik ke ranah politik, padahal sejatinya mereka lebih menekuni kegiatan perdagangan. Maka semestinya mereka lebih membutuhkan situasi yang kondusif dalam dunia usaha dan perdagangan. Tak dapat dipungkiri bahwa perekonomian sangat dikuasai oleh minoritas ini. Tetapi belakangan sosok Ahok dari mnoritas etnis Cina setelah berhasil memenangi Pilkada Bupati Belitung, gagal di Pilkada Gubernur Belitung dan Pilkada Gubernur Sumut tetapi gagal. Dan didapatkan kesempatan ketika mendompleng jadi Wagub DKI, sehingga menjadiGubernur karena kursi Gubernur ditinggalkan oleh Jokowi.

Adalah pertaruhan ketika diselenggarakan Pilkada DKI 2017, Ahok tampil sebagai Petahana. Sayang tokoh etnis Cina ini tampil sebagai sosok yang jumawa, bak sakti mandraguna. Selain bicara seenaknya. dia juga menghardik, mencaci maki bahkan berkata kotor dalam menanggapi sesuatu yang tak berkenan di hatinya. Memang sempat berseberangan  dengan sejumlah Parpol dan politisi, tetapi belakangan Parpol dan Politisi nampak tak berdaya, sehingga kecil kemungkinan masyarakat akat berlindung dibalik Lembaga Legislatif itu, bahkan kata kata kotor seperti wajar dilekatkan kepada para anggota DPRD DKI Jakarta. Kesimpulannya DPRD adalah sangkar rampok. DKI seperti terancam perpecahan.

Ternyata tidak, orang orang seperti mengaminkan apa kata Ahok, benar kata Ahok maka benar, Salah kata Ahokberarti salah. Tak ada pihak yang protes, pada saat yang seperti itu maka muncullah kelompok ummat Islam  mulai memberikan protes protes, momen protes itu adalah ketika Ahok ketika menjabat sebagai Wakil Gubernur mengeluarkan peraturan tetang penyebelihan dengan alasan untuk menjaga kesehatan dan menghindari kerusakan mental anak anak, maka penyembelihan hewan kurban dilarang dilakukan di masjid, sekolah, dan kantor kantor Pemerintah. Peraturan ini sangat mengusik perasaan ummat Islam, betapa tidak, Selama ini ummat Islam merasakan bahwa penyembelihan hewan kurban adalah sebagai kebanggaan, tetapi dengan surat ini dirasakan penyembelihan hewan kurban dianggap sebagai kegiatan hina yang tak layak diketengahkan dan dilihat oleh anak anak, Islam sungguh hina di mata Ahok.  Riak riak kecil tak terhindarkan dan klimaksnya adalah ketika Ahok dilantik menjadi Gubernur menggantikan Jokowi yang terpilih sebagai Presiden.

Puncak perseteruan ketika ketahuan Ahok menista Al-Quran  surat almaidah 51. ummat mengetahui aksi penhinaan ini melalui youtube yang disiarkan sendiri oleh  Pemda DKI.



                                     sorry belum selesai









Tidak ada komentar: