Saat menjadi narasumber pada acara
seminar “Politik Dalam Islam” di Universitas Paramadina, Sabtu (20/5), Eef
Saifullah menjawab tudingan terkait tuduhan kepada pasangan Anies-Sandi yang
memainkan isu SARA dan Masjid pada Pilkada DKI.
“Bukan. Prinsip dasar pemenangan Anies – Sandi
bukan karena politisasi masjid dan politisasi sara,” kata CEO Polmark Indonesia
itu, dikutip dari Pojoksatu.
Eep menambahkan, ada banyak pelajaran yang bisa
dipetik dari kemenangan Anies-Sandi di Pilkada DKI 2017.
Pertama, incumbency tidak selalu merupakan
keuntungan atau modal pemenangan. Tapi bisa juga merupakan beban dan cikal
bakal kekalahan.
“Petahana bukan dinilai dari apa yang
dijanjikan, tapi pembuktian. Jika seseorang belum tampil, makan akan berstatus
mitos. Ketika resmi menjabat, Gubernur atau Presiden, dia akan disebut
historis. Begitu juga dengan status Ahok selaku Gubernur. Dia bukan mitos, tapi
historis. Setelah pencoblosan malah mitologi yang banyak keluar,” papar Eep.
Selain itu, lanjutnya, kekuasaan (power) bisa
dikalahkan oleh pengaruh (influence). Artinya, kampanye yang tidak berorientasi
pada pemilih, bukanlah pilihan.
Apalagi, saat Pilkada DKI berlangsung,
Anies-Sandi menghadapi lawan yang diduga mempolitisasi birokrasi.
Khususnya dari pihak aparatur keamanan dan
intelijen. Padahal, secara intensif dan ekstensif, hal itu tidak akan efektif
jika bertentangan dengan “atmosfer elektoral.”
“Bayangkan saja. Posko pemenangan
ada di Istana. Operatornya, Kepala Kepolisian, Kepala Inteleijen dan
Menkopolhukam. Dengan segala resiko saya sebutkan ini,” sindir Eep disambut
tawa peserta seminar.
Hasil Pilkada Jakarta, tambah Eep, membuat
politik Indonesia seolah menjadi besi yang kembali panas.
Ibarat besi yang panas, politik Indonesia
memungkinkan untuk dibentuk ulang.
“Kalau kata tukang besi, untuk membentuk besi
itu harus dipanaskan dulu. Jadi, teman-teman jangan cemas dengan kondisi
politik saat ini. Dibalik hal yang mencemaskan, akan ada hikmah yang
membahagiakan,” paparnya.
Salah satu langkah kemenangan Anies-Sandi,
ungkap Eep, tak lepas dari wejangan gurunya saat dirinya menimba ilmu di
Madrasah Ibtidaiyah.
Pesan gurunya, Eep perlu memaksimalkan ilmu
pengetahuan jika ingin memenangkan kontestasi Pilkada DKI.
“Guru saya ajarkan politik. Kira-kira, kalau mau
merebut dunia? Harus pakai ilmu. Mau merebut akhirat? Juga pakai ilmu. Mau
rebut dua-duanya? Pakai ilmu. Jadi, isu surat Al-Maidah buka isu yang mudah
termakan. Orang yang masuk masjid saja sudah pasti tidak pilih Ahok,”
pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar