Senin, 22 Mei 2017

AHOK JAROT KALAH KARENA POSKO PEMENANGAN ADA DI ISTANA, KATA EEP SYAIFULLAH.


Saat menjadi narasumber pada acara seminar “Politik Dalam Islam” di Universitas Paramadina, Sabtu (20/5), Eef Saifullah menjawab tudingan terkait tuduhan kepada pasangan Anies-Sandi yang memainkan isu SARA dan Masjid pada Pilkada DKI.
“Bukan. Prinsip dasar pemenangan Anies – Sandi bukan karena politisasi masjid dan politisasi sara,” kata CEO Polmark Indonesia itu, dikutip dari Pojoksatu.
Eep menambahkan, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kemenangan Anies-Sandi di Pilkada DKI 2017.
Pertama, incumbency tidak selalu merupakan keuntungan atau modal pemenangan. Tapi bisa juga merupakan beban dan cikal bakal kekalahan.
“Petahana bukan dinilai dari apa yang dijanjikan, tapi pembuktian. Jika seseorang belum tampil, makan akan berstatus mitos. Ketika resmi menjabat, Gubernur atau Presiden, dia akan disebut historis. Begitu juga dengan status Ahok selaku Gubernur. Dia bukan mitos, tapi historis. Setelah pencoblosan malah mitologi yang banyak keluar,” papar Eep.
Selain itu, lanjutnya, kekuasaan (power) bisa dikalahkan oleh pengaruh (influence). Artinya, kampanye yang tidak berorientasi pada pemilih, bukanlah pilihan.
Apalagi, saat Pilkada DKI berlangsung, Anies-Sandi menghadapi lawan yang diduga mempolitisasi birokrasi.
Khususnya dari pihak aparatur keamanan dan intelijen. Padahal, secara intensif dan ekstensif, hal itu tidak akan efektif jika bertentangan dengan “atmosfer elektoral.”
“Bayangkan saja. Posko pemenangan ada di Istana. Operatornya, Kepala Kepolisian, Kepala Inteleijen dan Menkopolhukam. Dengan segala resiko saya sebutkan ini,” sindir Eep disambut tawa peserta seminar.
Hasil Pilkada Jakarta, tambah Eep, membuat politik Indonesia seolah menjadi besi yang kembali panas.
Ibarat besi yang panas, politik Indonesia memungkinkan untuk dibentuk ulang.
“Kalau kata tukang besi, untuk membentuk besi itu harus dipanaskan dulu. Jadi, teman-teman jangan cemas dengan kondisi politik saat ini. Dibalik hal yang mencemaskan, akan ada hikmah yang membahagiakan,” paparnya.
Salah satu langkah kemenangan Anies-Sandi, ungkap Eep, tak lepas dari wejangan gurunya saat dirinya menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyah.
Pesan gurunya, Eep perlu memaksimalkan ilmu pengetahuan jika ingin memenangkan kontestasi Pilkada DKI.

“Guru saya ajarkan politik. Kira-kira, kalau mau merebut dunia? Harus pakai ilmu. Mau merebut akhirat? Juga pakai ilmu. Mau rebut dua-duanya? Pakai ilmu. Jadi, isu surat Al-Maidah buka isu yang mudah termakan. Orang yang masuk masjid saja sudah pasti tidak pilih Ahok,” pungkasnya.

Tidak ada komentar: