Senin, 24 Juli 2017

MEGAHNYA MUSEUM MUHAMMADIYAH SEMOGA TIDAK MENJADI FITNAH



Baru peletakan batu pertama museum Muhamadiyah terasa sangat megah, karena anggarannya tidak murah yaitu 300 Trilyun Rupiah, tidak kurang dari seorang Presiden Jokowi yang tak tahan dengan rasa keingin tahuannya, prihal dananya dari mana. Sudah menjadi rahasia umum manakala lembaga swasta Islam akan membangun suatu bangunan yang besar sudah mengajuakan proposal ke Pemerintah untuk memohon bantuan dana, dan bahkan bila perlu pasang stan di jalan agar orang yang berlalu lalang mdah memberikan bantuan.

Dana 300 Trilyun Rupiah dana didapat dari mana Kata Presiden Jokowi dengan penuh rasa keingin tahuan di jawab  bahwa dana di dapat dari keuntungan berbagai usaha Muhammadiyah sumbangan para aktivis serta simpatisan lainnya. Jawaban ini sangat membanggakan dan menjanjikan bahwa nanti pada saatnya organisasi Islam lainnya bisa membangun tamapa merecoki dana milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah baik APBN dan atau APBD.

Belajarlah daritempramen rejim Jokowi yang kini sedang berusaha, sebuah lembaga Islam boleh saja mendapatkan kucuran dana dari Pemerintah dalam bentuk dan bergulir sekalipun tetapi harus ada take angd give nya, ada win win sollution dengan kepentingan kekuasaan, yang tentu saja selain akan memberatkan bisa saja dibelakang harus ada yang dikorbankan.

Semakin hari nampak bahwa politik Presiden Jokowi  tak ubahnya seperti bagaimana Amerika dan sekutunya bersikap. sikap dasar Presiden Jokowi dalam politiknya semakin kentara bahwa dia menganut Nasionalisme skulair. Tidak ada wajah ramah kepada kelompok Islam kecuali menguntungkan secara politis atau kekuasaan yang pangkunya sekarang. Itulah kira kitra informasi yang terjejal kemata dan telinga kita khususnya media sosial.

Tidak berarti Prisiden Jokowi diganti maka secara otomatis kita akan mendapatkan pimpinan yang religius, akan tergantung banyak faktor. Karena thesis yang mengatakan bahwa Islam adalah merupakan ancaman dunia setelah padamnya Komunis. Nampaknya Rejim Jokowi sangat erpengaruh oleh thesis itu sehingga merasa perlu melumpuhkan Islam secara politis. Dan bisa jadi siapapun yang merasa ingin dan perlu mempertahankan kekuasaannya, sekali lagi "siappun" maka Ia akan berpikiran untuk melumpukan Islam politis sedini mungkin.

Maka tak ada lain yang kita harapkan adalah agar lembaga lembaga Ormas Islam itu mampu mandiri, dan sama sekali tidak memiliki rasa ketergantungan kepada belas kasihan Pemerintah. Dan iyupun tidak pula berarti aman dari gangguan dan upaya pelemahan dengan cara berusaha mencari identitas penyumbang lalu di cari cari kesalahan penyumbang, lalau seperti biasanya buru buru aparat mengumumkan bahwa lembaga milik ummat Islam itu di bangun dari hasil kejahatan, karena hoax yang datang dari aparat sangatlah besar pengaruhnya.

Tidak ada komentar: