Jumat, 07 Juli 2017

MUMPUNG KUASA SELAGI BOLEH (banyak) BICARA



Di negara maju seorang Walikota sering tidak nyenyak tidurnya ketika dia tahu ada jalan yang rusak yang manakala ada pengguna jalan terperosok dan cidra. Di negara maju konon bila ada seseorang yang cidra karena kecelakaan jalan raya boleh menuntut Walikota sebagai seseorang yang harus bekerja untuk rakyat yang manakala melakukan kesalahan ataupun kelalaian maka dia akan dipersalahkan melalui hukum di peradilan.

Berbeda dengan masa penjajahan, para penjajah itu bersifat mumpung kuasa, akan mencari keuntyungan sebanyak banyaknya dengan cara memanfaatkan kekuasaannya. Di negara berkembang penguasa itu ditakuti layaknya pihak penjajah, dan sebaliknya pihak penjajah memanfaatkan kekuasaannya untuk menakut nakuti dan memeras rakyat, dengan memaksa upeti dan semacamnya.

Para penjajah itu sangat pintar manakala ada protes protes dari rakyat, maka tidak harus rakyat berhadapan langsung dengan Pemerintah Penjajah. mereka harus berhadapan dengan para loyalis penjajah, dan tidak jarang Pemerintah penjajah itu membuat mop mop agar kebencian tertanam kepada pihak yang suka memperotes Pemerintah, istilah sekarang adalah hoax.

Kini zaman sudah maju, masa penjajahan telah berlalu, yang tersisa hanya mental saja, mungkin karena ratusan tahun kita dijajah, maka mental penjajah itu  banyak tersisa melekat erat dari generasi ke genrasi, dan itu harus diakui tidak mudah menghilangkannya, butuh waktu yang cukup lama. Mumpung kuasa atau dekat dengan penguasa boleh bicara apa saja pasti dilindungi oleh para penguasa dengan cara memanfaatkan kekuasaannya seperti para penjajah berkuasa tempo doeloe.

Tidak ada komentar: