Fachruddin : Kliping Dan Catatan Tentang Bahasa, Retorika, Sastra, Aksara dan Naskah Kuno
Jumat, 30 Juni 2017
Gencar Menyudutkan Ummat Islam, Kontraproduktif.
Setidaknya pada Era Rejim Soeharto masih segar dalam ingatan kita betapa ummat Islam dibentur benturkan dengan Kekuasaan ABRI, cara seperti itu juga dilakukan di era Presiden Jokowi sekarang, ummat Islam dibenturkan dengan Kepolisian. Presiden Soeharto dahulu merapat ke ummat Islam mungkin beliau memiliki jiwa keagamaan dan meningkat takwanya seiring usia atau mungkin dalam waktu bersamaan ihak ABRI mulai menjaga jarak. Lalu akan berubahkah nantinya Politik Presiden Jokowi membenturkan ummat Islam dengan Kepolisian sejalan dengan usia yang menua ataukah dalam waktu bersamaan antara Jokowi dengan Kepolisian berbeda kecenderungan politiknya entahlah. Yang kita harapkan adalah kita semua akan semakin cerdas menyelesaikan semua persoalan kebangsaan ini.
Nampaknya itulah perjalanan politik bangsa ini, yang barangkali sesungguhnya masing masing pihak akan mencari posisi aman. Tetapi sementara ini upaya mencari posisi aman itu adalah dengan cara merusak dan melemahkan yang lain. Dan nampaknya hal yang paling perlu dilemahkan itu adalah kelompok Islam. Berdasarkan sejarah bahwa kelompok Islam ini adalah kelompok yang paling gigi dalam mempertahankan NKRI dari ancaman asing. Lalu haruskah kita menakuti Islam yang telah teruji semangat Keindonesiaanya dalam perjalanan sejarah Kemerdekaan Indonesia sendiri. Agar memiliki pemahaman yang memadai tentang siapa dan karakter bangsa Indonesia, maka sejarah Indonesia adalah sesuatu yang tak boleh dilupakan.
Tidak kurang dari Presiden Jokowi menyerukan kepada semua agar menyudahi perselisihan paham selama ini karena manakala perselisihan paham itu dipelihara, maka kita semua akan disibukkan dengan hal hal yang sesungguhnya tidak bermanfaat. Tetapi dilain pihak mengapa justeru pihak Pemerintahpun nampaknya belum menemukan jalan bagaomana cara menyudahi perselisihan paham, yang nampaknya akhir akhir ini perselisihan paham itu adalah antara ummat Islam dan pemerinthah.
Nampaknya tek segan segan pula Ummat Islam menuduhg Pemeringtah melakukan kriminalisasi kepada Ulama, hal inipun sesungguhnya tidak terlalu rumit menganalisanya, yaitu karena setelah Parpol Islam benar benar tak berdaya karena tak lagi memiliki nilai tawar yang memadai, maka sepertinya kelompok ulama segera akan menjadi panutan ummat bukan hanya dalam agama unsich tetapi juga dalam berpolitik. Nampaknya kiblat ummat tidak akan menoleh kepada Pimpinan Partai dan bahkan Ormas Islam yang semula sangat berwibawa. Mereka lebih mempercayai fatwa dan petuah para ulama.
Merupakan kekeliruan yang cukup fatal adalah ketika Penguasa berusaha menguasai Partai Politik. dan dikira semula ketika Pimpinan Parpol tunduk kepada para penguasa maka serta merta jelata akan tunduk begitu saja dalam aspirasi politiknya, tidak mereka menemukan sejumlah ulama yang tidak memiliki keinginan berpolitik namun dalam waktu bersamaan mereka tidak buta politik. Padahal bila akan menguasai ummat maka binalah agar Parpol Parpol itu memiliki kekuatan dan Kemandirian.
Ulama dan Ummat Islam itu sesungguhnya adalah modal besar bagi bangsa ini untuk membangun bangsa secara keseluruhan. Maka kita akan kehabisan tenaga, pikiran. biaya dan waktu bila kita kan memerangi dan melemahkan ulama dan ummat Islam. Karena terbukti pada masa kejayaan PKI yang berlambang Palu arit di jawab oleh Ummat Islam "Dipalu makin Maju, Diarit makin Bangkit" melemahkan Ulama dan Ummat Islam tidak semudah melemahkan sebuah Partai Politik dalam fersi sejarah Indonesia. Marilah ejarah kita jadikan pelajaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar