Fachruddin : Kliping Dan Catatan Tentang Bahasa, Retorika, Sastra, Aksara dan Naskah Kuno
Senin, 19 Juni 2017
JANGAN PERNAH BUBARKAN PENGAJIAN
Bagi Gus Nun, seorang Ulama, Kiyai dan Da'i sebutan Gus ketika prestasi terhormat saat menjadi santri, disebut Kiyai karena memimpin sebuah Pesantren disebut da'i karena memiliki jama'ah yang selama ini dibinanya, sebagai pengikut terhadap pengajian pengajian yang diselenggarakannya, atas prakarsanya dan dibiayainya secara pribadi. Aktivitas itu semua menjadi mati hidupnya, Tidak berlebihan bagi seoranh GusNun maka kegiatan itu semua adalah pertanda hidup, dan manakala kegiatan itu harus dihentikannya, maka bandingannya adalah lebih baik Ia mati.
Sebagai pengasuh pesantren dan da'i Iya tak menggantungkan dirinya atas bantuan pihak siapapun termasuk Pemerintah. Manakala ada praktik Pemerintahan di matanya praktik Pemerintah telah melanggar batas maka justeru Ia merasa berkewajibannya untuk memperingakannya melalui panggung yang dibuatnya secara mandiri. Gus Nun dan banyak ustadz, ulama dan Kiyai yang tak segan mengambil posisi berseberangan dengan Pemerintah manakala di mata mereka Pemerintah salah. Mereka tahu ,menyampaikan kritik dan saran bagi penguasa dalam Islam dijadikan dakwah yang paling berat mengandung resiko yang paling tinggi. Karena sudah mnjadi watak penguasa di dunia, maka ketika sedang menduduki jabatan tinggi maka Ia sangat idak butuh petunjuk dan saran dari Ulama, Kiyai dan Ustadz dan seterusnya. Perseteruan nyaris tak terhindari.
Memang ada sejumlah ulama, Kiyai dan Ustadz yang lentur dalam berhubungan dengan Pemerintah, mereka bersikap lebih menyerupai sikap politisi, yang pintar bernegosiasi, walaupun umumnya faragmatis. Dengan sikap yang fragmatis maka mereka tak segan akan berubah, hari ini bertentangan dan bahkan saling menjatuhkan, tetapi tak perlu menunggu besar mereka dengan lincahnya mampu berpelukan kembali, segala sesuatunya dianggap tak pernah terjadi.
Tetapi tidak dengan para da'i, mereka tak kompromi, dan bahkan kekeh dengan nas yang ada, mereka biasa disebut akhir akhir ini dengan sebagai sumbu pendek. Berbeda dengan mereka yang bersumbu panjang, memiliki kemampuan untuk beruah rubah sikap, karena mereka fragmatis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar