Jumat, 09 Juni 2017

Pimpinan Islam Jangan Pragmatis.



Masalah kepemimpinan Islam memang bukanlah menjadi permasalahan pokok dalam pembicaraan dua pakar politik dan ekonomi ini,masalah kepemimpinan Islam disentil sedikit oleh Razal Ramli sebagai pakar ekonomi. Tetapi saya ingin mengajak kita berprasangka baik kepadanya. katakanlah sebagai pakar ekonomi beliau sangat berharap banyak kepada NU dan Muhammadiyah. Bisa saja kita tak setuju kenapa hanya NU dan Muhammadiyah saja. sedang di luar kedua organisasibesar itu tetapi jumlah mereka sangatlah besarnya. Bisa jadi mereka lebih besar dari NU atau dari Muhammadiyah, walaupun mereka mungkin tak lebih besar dibanding NU dan Muhammadiyah.

Marilah kita mengerucut kepada pernyataan Rizal Ramli bahwa kegagalan pimpinan Islam menghantar ummat untuk bisa naik kelas seperti apa kata Buya Syafii Maarif. Apakah kesulitan ummat dan para politisi kta untk menjadi negarawan kurang mendapat dukungan dari kepemimpinan agama Islam. Di mana kepemimpinan para pemimpin Islam dalam hal ini NU dan Muhammadiyah selama ini adalah karena para pemimpin Islam banyak yang bersikap fragmatis.  Menurut Rizal Ramli nampaknya Muhammadiyah akan lebih dahulu meninggalkan sikap fragmatisnya ketimbang pimpinan NU.

Saya pastikan masih akan terjadi diskusi dan pro kontra dalam masalah ini, tetapi masalah ini tentu tak boleh kita leawatkan begitu saja, karena ini masalah yang sangat penting, kalau benar sikap pragmatis ini akan menghambat berkembangnya organisasi organisasi berada dibawah kedua organi besar itu. Sebut saja ada IMM, ada PMII, ada IPM ada IPNU, ada Pemuda Muhammadiyah dan Anshor dan sebagainya, organisasi organisasi  yang mengunderbou kepada kedua oraganisasi itu akan mengalami rusak dan membutuhkan waktu panjang untuk memperbaikinya manakala pimpinan mereka di organisasi induk masih menampilkan kepemimpinan yang fragmatis. kepemimpinan yang faragmatis berarti sikap yang berpindah pindah sikap dan tidak berpihak kepada kepentingan ummat.

Tidak ada komentar: