Minggu, 11 Juni 2017

CARA MENJUAL BANGSA KEPADA ASING





Bagi kita yang memiliki peluang kecil untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dalam mengelola bangsa ini maka istilah menjual bangsa kepada asing itu sesuatu yang sangat keji dan biadab. Pertamakali saya mendengar istilah ini adalah dari ucapan Pak Amin Rais ketika beliau sedang larisnya menjadi bintang berita, darimana Pak Amin Rais tahu. Belakangan baru paham ketika dalam suatu dialog Kwik Kian Gie bercerita bahwa Amin Rais itu orangnya berani tampa teding aling aling. Kwik salah seorang yang sering memberikan info kepada Amin Rais untuk diungkap di media, hanya Kwik wanti wanti bahwa nantinya Amin Rais akan banyak musuh, yang pada saat lemah atau memang tak berdaya lagi Amin akan menjadi sasaran tembak. Tetapi Amin rais bilang siap.Maka tampillah Amin Rais sebagai bintang berita.

Beberapa hari lalu Dr.Rizal Ramli bicara lagi bahwa ada pihak yang memang gemar menjual bangsa ini demi keuntungan yang lebih banyak pribadi sifatnya. Lalu bagaiman cara menjualnya. yaitu dengan cara menerima konsep asing tentang sebuah undang undang untuk disyahkan, dan ada asing yang siap menyandang dana untuk pengesahan undang undang itu. Itulah sebabnya di bumi Pancasila ini sering muncul undang undang dalam bidang perekonomian utamanya yang berasal dari pihak asing. Jelas undang undang itu bukan hanya tidak sejalan dengan Pancasila dan bahkan bertentangan. Itulah sebabnya sistem ekonomi kita muncul selain berwajah sangar dila neolib dan berutal. Pemiskinan masyarakat nanti adalah produknya.

Dosa ini terus berlanjut dari periode ke periode dari rezim ke rezim dan jumlah dan kualitas kesengsaraan masyarakat meningkat, masyarakatpun ingin protes tetapi mereka tidak tahu bagaimana protesnya, lalu mereka membungkus protes itu dengan agama, lalu dituduh makar, lalu dituduh anti kebinekaan, anti Pancasila serta juga dituduh sebagai sumbu pendek. Serta berbagai cercaan lainnya. Padehal aslinya mereka adalah prtes atas ketidakbecusan para pihak yang terlibat menetapkan keputusan.

Kita berharap mereka yang terlbat dalam menetapka keputusan segera merubah cara kerja mereka agar lebih profesional, jangan gampang menuduh masyarakat dengan tuduhan keji sementara sebenarnya mereka ingin memprotes sesuatu yang mereka tak paham tetapi mereka rasakan. Yang mereka rasakan adalah ketetapan ketepan Pemerintah yang semakin hari semakin mencekik lwhwr.

Bagaimana mungkin regulasi yang hasil belian penguasa ekonomi nasional diringkat puncak yang hanya memikirkan keuntungan pribadi dan kelompok akan mensejahterakan masyarakat. Masyarakat tak tahu siapa saja yang terlibat dalam penetapan regulasi yang ditawarkan oleh penguasa ekonomi nasional dan apalagi mereka konon sanggup mengeluarkan dana besar guna sehera disyahkannya regulasi itu. Sepertinya para pejabat kita masih belum menyadari situasi buruk yang bakal membunuh rakyat kecil ini. Semoga saja mereka semakin hari semakin profesional, bila tidak maka kita akan matyoi saling berhimpitan dalam kesu;litan, karena kita ini sedang ada yang menjualnya. Asragfirullah.

Tidak ada komentar: