Selasa, 06 Juni 2017

Medsos Telah memakan Korban



Fatwa Majelis Ulama tentang hulum memanfaatkan medsos untuk membunuh karakter seseorang akhir keluar juga, semoga fatwa kali ini tidak memamncing mulut nyioyir banyak berkicau seperti beberapa fatwa sebelumnya, karena kita sudah sangat menghawatirkan pembuniuhan karakter para tokoh tokoh yang selama ini sangat kita hormatai yang dikuliti habisa habisan.

Kita masih ingat betapa merajalelanya hoax atau berita bohong disebarluaskan melalui medsos demi untuk mengancurkan nama seseorang pada saat terjadi Pemilihan Presiden yang lalu, Dan kita semua tahu siapa yang di bully dan siapa yang membully siapa. Dan tidak terlalu sulit untuk melacak siapa yang melakukan aksi dan siapa pula yang melakukan reaksi di suatu hoax dan siapa pula pada hoax lainnya. Pasti. pada saat itu kebenaran sama sekali tak dijunjung tinggi. Anehnya berita hoax itu secara otomatis terhenti pada saat Pemilihan Presiden Usai, nampaknya memang berita hoax itu adalah sepesial Pilpres.

Dengan hoax di  medsos nampaknya kebenaran itu adalah sesuatu yang sering disuarakan. Walaupun sejatinya itu sebuah kebohongan yang nyata, tetapi manakala itu selalu disuarakan secara berulang ulang, maka lama kelamaan orangpun akan mengira bahwa itu adalah kebenaran juga adanya. Maka berdasarkan teori itu maka da pihak pihak nampaknya seperti sengaja membentuk tim cyber untuk menyebar hoax. Dan hasilnya bisa kita lihat sendiri. Bhwa kurban bully di medsos itu tak akan mampu banyak berkutik, akan hancur sehancur hancurnya, sehingga tak lagi memiliki derajat kemulyaan di mata masyarakat.

Akhir akhir ini masyarakat nampaknya tak menyukai fatwa MUI dan melalui medsos para pemilik akun bodong melakukan penyerangan untuk membuat fatwa MUI itu menjadi kehilangan makna. Kita lihaat saja bebarapa hari ini akan muncul reaksi nyinyir, kalau tidak membully fatwa MUI maka justeru fatwa MUI dimanfaatkan untuk menelanjangi tokoh tokoh tertentu yang tidak mereka sukai. Kita tidak tahu akan menjadi apa bangsa ini nantinya, manakala semua pihak merasa benar sendiri, akan lebih berbahaya lagi manaka pemangku kekuasaan merasa menjadi pihak yang paling benar, Padahal seharusnya kita anggap aturanlah yang kita jadikan kebenaran yang kita junjung bersama.


Tidak ada komentar: