Kamis, 08 Juni 2017

lEKSPRESSI KEKUASAAN



Tidak perlu pintar dan sekolah tinggi tinggi sekedar untuk merasakan ketidak adilan Penguasa. Seperti apa yang dilakukan oleh sejumlah Satpol PP ini. mereka mempertunjukkan bagaimana mereka menggunakan kekuasaan dan kewenangan untuk dirubah menjadi kesewenang wenangan. Pedagang kecil yang besar kemungkinan berpendidikan rendah dan hampir juga dapat dipastikan bukan dari mereka yang memiliki daya intelektualitas yang tinggi. tetapi dia pasti mampu merasakan sakitnya tendangan pijakan sepatu yang dikenakan oleh para satpol PP ini (lihat vedeonya) Tarok kata kurban benar benar mereka obati, tetapi sesungguhnya mereka yang seharusnya menegakkan hukum, justeru melanggar hukum, dan sudah barang pasti yang ditimbulkan adalah kebencian keopada penguasa.

Mereka yang memiliki kewenangan dan kekuasaan sepertinya masih bingung bagaimana memnggunakan kewenangan itu, kewenangan nampaknya baru pandai mengacu kepada prilaku Pemerintah kolonial dahulu. Kewenangan itu digunakan untuk sepenuhnya menguasai masyarakat.
Setiap yang mendapatkan kepercayaan untuk berkuasa, lantas saja memanfaatkan kekuasaannya untuk mencari keuntungan pribadi, dengan meniru kebijakan kerajaan kecil masa lalu yang hanya pandai memeras rakyat kecil dan menghamba hamba kepada Raja Kerajaan besar.

Jelas mental seperti ini harus segera dirubah. Di negara negara maju seorang Walikoa terpaksa dihadirkan di Pengadilan manakala ada masyarakat di wiulayahnya lantaran cidera akibat jalan yang rusak atau  sedang diperbaiki karena ini meruapakan keteledoran dari Sang Walikota. Tidak demikian di Nahagara berkembang manakala ada kecelekaan pada jalan berlubang yang sedang diperbaiki atau dibiarkan menganga itu adalah salah sendiri. Tak pernah ada rakyat yang berani menuntut pertanggungjawaban dari Walikotanya.

Mungkin saja para pejabat tinggi tidak lagi sekasar itu, tetapi bagi petugas ujung tombak seperti apayang dipertontonkan oleh Satpol PP dalam vedeo ini adalah merupakan ekspressi kekuasaan dari sebagian penguasa yang tersisa. Kita membutuhkan waktu untuk bisa merubahnya.

Tidak ada komentar: