Jumat, 27 Agustus 2010

BAHASA DAN AKSARA KUNO DI NUSANTARA

PENGANTAR


Untuk menyampaikan pokok pokok pikiran serta komunikasi lainnya, semua manusia hanya melakukannya dengan kata kata belaka. Lalu berkembang dengan kesepakatan manusia menentukan arti dari lambang lambang, maka muncullah tuilisan dalam bentuk lambang. Lalu manusia menemukan huruf. Ini terjadi dalam proses panjang, sedikit demi sedikit, lalu berkembang kearah kesempurnaan. Masing masing kelompok memiliki hurufnya masing masing, sehingga siapa sebenarnya yang pertama kali menemukan huruf, menjadi sulit diketemukan. Perbedaan antara huruf dan alpabet yang satu dengan yang lain tergantung kepada jumlah pemakainya. Bagi aksara yang banyak digunakan manusia, maka aksara tersebut keberadaannya akan lebih lama, sementara aksara yang jarang digunakan atau tidak lagi digunakan, akan hilang dengan sendirinya.

Kontak manusia antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, lebih banyak dilakukan melalui aktivitas perdagangan, yang semula perdagangan ini juga dalam bentuk barter, saling tukar menukar, sesuai dengan kebutuhan mereka, untuk memiliki barang barang tertentu, yang secara kebetulan dimiliki oleh orang lain, maka bisa didapatkan dengan menukarnya dengan barang barang yang ada pada kita, yang bagi orang lain dibutuhkan atau berharga.

Bisa kita bayangkan, jika kita butuh telur, maka kita mencari orang yang punya telur, lalu kita tukar telurnya dengan barang yang lain yang ia butuhkan. Atau sebaliknya, kita punya telur dalam jumlah yang banyak maka, kita menawar nawarkan, telur itu ke lain, orang, lain kampung, lain suku dan seterusnya, maka terjadilah pergaulan antar sesama manusia.

Sebelum manusia mengnal uang, maka alat tukar setelah era barter adalah barang barang berharga, seperti kain sutera, logam, emas, perak, guci dan sebagainya. Masing masing daerah berbeda beda seleranya. Ketika komunikasi sudah demikian kompleknya maka dibutukan tulisan tulisan atau catatan catatan, karena tidak semua perjanjian dagang dapat kita ingat dalam waktu yang lama. Sering terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain, karena berbeda ingatan mereka. Lalu mereka bersepakat untuk membuat catatan catatan.

Wilayah Indonesia sebagai penghasil rempah rempah dan hasil hutan lainnya, banyak didatangi oleh pedagang pedagang asing, yang datang membawa barang barang hasil produk mereka, sambil mencari hasil hutan dan rempah rempah Indonesia. Pergaulan masyarakat Indonesia dengan para pedagang itu membawa pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan aksara di Indonesia.

Berdasarkan sejarah, bahwa aksara yang berkembang di Nusantara ini adalah pengaruh dari India yang dikenal dengan Aksara Brahmi. Aksara Brahmi adalah aksara yang digunakan di India semasa pemerintahan Raja Asoka (270 SM - 232 SM). Aksara ini ditulis dari kiri ke kanan meskipun berdasarkan huruf Aram atau huruf Fenisia di Timur Tengah yang ditulis dari kanan ke kiri.
Aksara Brahmi ini untuk perkembangan aksara di Asia sangatlah penting, sebab ini adalah cikal bakal semua aksara di India dan juga di Asia Tenggara, termasuk di Nusantara.
Melalui India Utara memunculkan Pra Nagari maupun Dewanagari, sedang melalui Indis Selatan memunculkan aksara Pallawa, yang melahirkan aksara Kawi. Aksara Kawi memunculkan Aksara Buda, Jawa-Bali dan Proto Sumatera. Proto Sumatera yang memunculkan aksara Batak, Kagangan, Bugis (Baybain)



===================================================================================

HURUF PEGON, AKSARA JAWI DAN AKSARA NUSANTARA

PEGON

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Huruf Pegon adalah huruf Arab atau lebih tepat: Huruf Jawi yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga Bahasa Sunda. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.

Berbeda dengan huruf Jawi, yang ditulis gundul, pegon hampir selalu dibubuhi tanda vokal. Jika tidak, maka tidak disebut pegon lagi melainkan gundhul. Bahasa Jawa memiliki kosakata vokal (aksara swara) yang lebih banyak daripada bahasa Melayu sehingga vokal perlu ditulis untuk menghindari kerancuan.

Di bawah ini adalah daftar huruf-huruf pegon. Huruf-huruf yang tidak ada dalam huruf Arab yang sejati, diberi lingkaran.


Huruf-Huruf Pegon




Harkat(Jawa: Sandhangan) Huruf Pegon



Huruf pegon di Jawa terutama dipergunakan oleh kalangan umat Muslim yang taat, terutama di pesantren-pesantren. Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis komentar pada Al-Qur'an, tetapi banyak pula naskah-naskah manuskrip cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam pegon. Misalkan naskah-naskah Serat Yusup.

Bacaan selanjutnya
Th. Pigeaud, Literature of Java, volume III, 1970, 76 - 80
B. Arps, Tembang in Two Traditions, 1992
Titik Pudjiastuti, Sadjarah Banten, 2000, 94 - 111

HURUF JAWI

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Abjad Jawi.Huruf Jawi (بهاس ملاي) (Bahasa Arab: جوي Jăwi) (atau Yawi di daerah Patani) adalah abjad arab yang diubah untuk menuliskan Bahasa Melayu. Abjad ini digunakan sebagai salah satu dari tulisan resmi di Brunei, dan juga di Malaysia, Indonesia, Filipina selatan, Patani di Thailand selatan dan Singapura untuk keperluan religius.

Sejarah

Kemunculannya berkait secara langsung dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara. Abjad ini didasarkan pada abjad arab dan digunakan untuk menuliskan ucapan Melayu. Dengan demikian, tidak terhindarkan adanya tambahan atau modifikasi beberapa hurufuntuk mengakomodasi bunyi yang tidak ada dalam bahasa Arab (misalnya ucapan /o/, /p/, atau /ŋ/).

Bukti terawal tulisan Jawi ini berada di Malaysia dengan adanya Prasasti Terengganu yang bertarikh 702 Hijriah atau abad ke-14 Masehi (Tarikh ini agak problematis sebab bilangan tahun ini ditulis, tidak dengan angka). Di sini hanya bisa terbaca tujuh ratus dua: 702H. Tetapi kata dua ini bisa diikuti dengan kata lain: (20 sampai 29) atau -lapan -> dualapan -> "delapan". Kata ini bisa pula diikuti dengan kata "sembilan". Dengan ini kemungkinan tarikh ini menjadi banyak: (702, 720 - 729, atau 780 - 789 H). Tetapi karena prasasti ini juga menyebut bahwa tahun ini adalah "Tahun Kepiting" maka hanya ada dua kemungkinan yang tersisa: yaitu tahun 1326M atau 1386M.

Abjad Jawi adalah salah satu dari abjad pertama yang digunakan untuk menulis bahasa Melayu, dan digunakan sejak zaman Kerajaan Pasai, sampai zaman Kesultanan Malaka, Kesultanan Johor, dan juga Kesultanan Aceh serta Kesultanan Patani pada abad ke-17. Bukti dari penggunaan ini ditemukan di Batu Bersurat Terengganu, bertarikh 1303 Masehi ( atau 702H pada Kalendar Islam). Penggunaan alfabet Romawi pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-19. Abjad jawi merupakan tulisan resmi dari Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu pada zaman kolonialisme Britania.

Zaman dahulu, abjad jawi memainkan peranan penting dalam masyarakat. Abjad ini digunakan sebagai media perantara dalam semua urusan tata usaha, adat istiadat, dan perdagangan. Sebagai contoh, huruf ini digunakan juga dalam perjanjian-perjanjian penting antara pihak raja Melayu dengan pihak Portugis, Belanda, atau Inggeris. Selain itu, pernyataan kemerdekaan 1957 bagi negara Malaysia sebagian juga tertulis dalam aksara jawi.

Sekarang abjad ini digunakan untuk urusan kerohanian dan tata usaha budaya Melayu di Terengganu, Kelantan, Kedah, Perlis, dan Johor. Orang-orang Melayu di Patani masih menggunakan abjad Jawi sampai saat ini.

Huruf Jawi

Karakter Berdiri Sendiri Awal Tengah Akhir Nama
ا ﺍ ﺎ alif
ب ﺏ ﺑ ﺒ ﺐ ba
ت ﺕ ﺗ ﺘ ﺖ ta
ث ﺙ ﺛ ﺜ ﺚ tsa
ج ﺝ ﺟ ﺠ ﺞ jim
ح ﺡ ﺣ ﺤ ﺢ ha
چ ﭺ ﭼ ﭽ ﭻ ca
خ ﺥ ﺧ ﺨ ﺦ kha
د ﺩ ﺪ dal
ذ ﺫ ﺬ dzal
ر ﺭ ﺮ ra
ز ﺯ ﺰ zai
س ﺱ ﺳ ﺴ ﺲ sin
ش ﺵ ﺷ ﺸ ﺶ syin
ص ﺹ ﺻ ﺼ ﺺ ṣad
ض ﺽ ﺿ ﻀ ﺾ ḍad
ط ﻁ ﻃ ﻄ ﻂ ṭhad
ظ ﻅ ﻇ ﻈ ﻆ ẓhad
ع ﻉ ﻋ ﻌ ﻊ 'ain
غ ﻍ ﻏ ﻐ ﻎ ghain
ڠ ڠ ڠـ ـڠـ ـڠ nga
ف ﻑ ﻓ ﻔ ﻒ fa
ڤ ﭪ ﭬ ﭭ ﭫ pa
ق ﻕ ﻗ ﻘ ﻖ qaf
ک ک ﻛ ﻜ ـک kaf
ݢ ݢ ݢـ ـݢـ ـݢ gaf
ل ﻝ ﻟ ﻠ ﻞ lam
م ﻡ ﻣ ﻤ ﻢ mim
ن ﻥ ﻧ ﻨ ﻦ nun
و ﻭ ﻮ wau
ۏ va
ه ﻩ ﻫ ﻬ ﻪ ha
ي ﻱ ﻳ ﻴ ﻲ ya
ڽ ڽ ڽـ ـڽـ ـڽ nya

Huruf yang diabu-abukan merupakan rekaan yang hanya didapati dalam bahasa Melayu dan tidak dijumpai di huruf Arab yang sejatinya.

Aksara Nusantara
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari
Aksara Nusantara merupakan beragam aksara / tulisan yang pernah digunakan di Nusantara sebelum dikenalnya Aksara Arab dan Aksara Latin. Digunakannya aksara-aksara ini oleh leluhur Bangsa Indonesia dapat dirunut hingga sekitar abad ke-4, dengan ditemukannya prasasti-prasasti dan naskah peninggalan kerajaan-kerajaan terdahulu.

Pengantar

Aksara Nusantara adalah beragam aksara yang secara khusus dipergunakan di Nusantara atau muncul di daerah ini. Aksara-aksara Nusantara merupakan turunan dari Aksara Pallawa yang berkembang di India bagian selatan. Aksara Pallawa sendiri merupakan turunan dari Aksara Brahmi. Aksara Brahmi ini adalah cikal bakal semua aksara di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Bukti tertua mengenai keberadaan Aksara Nusantara ini berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk menambatkan tali pengikat sapi) yang bertuliskan prasasti mengenai upacara waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarmman, Raja Kutai di daerah Kalimantan Timur. Tulisan pada yupa-yupa tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan Bahasa Sanskrta. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para ahli menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar Abad IV.

Sebagaimana halnya dengan identitas budaya lokal di Nusantara, maka pada masa kini Aksara Nusantara merupakan salah satu warisan budaya yang nyaris punah. Oleh karena itu, beberapa pemerintah daerah yang merasa tergugah untuk menjaga kelestarian budaya tersebut membuat peraturan-peraturan khusus mengenai pelestarian aksara daerah masing-masing. Latar belakang inilah yang akhirnya antara lain menjadi dasar munculnya Aksara Sunda Baku.


AKSARA NUSANTARA ASLI

Aksara Nusantara Asli
Zaman Klasik :

Aksara Pallawa
Aksara Siddhamatrka
Aksara Kawi (Aksara Jawa Kuna)
Zaman Pertengahan :

Aksara Buda
Aksara Sunda Kuna
Aksara Proto-Sumatera
Zaman Kolonial :

Aksara Batak (Surat Batak)
Aksara Rencong (Aksara Kerinci)
Aksara Lampung (Had Lappung)
Aksara Jawa (Aksara Jawa Baru / Hanacaraka)
Aksara Bali

Aksara Lontara (Aksara Bugis-Makassar)
Aksara Baybayin
Aksara Buhid
Aksara Hanuno’o
Aksara Tagbanwa


Zaman Modern :

Aksara Sunda Baku

Perubahan Aksara Pallawa ke dalam Aksara Nusantara



Perubahan aksara Pallawa (kolom paling kiri) menjadi sejumlah aksara Nusantara. Kolom kedelapan adalah aksara Jawa modern (hanacaraka), kolom kesembilan adalah aksara Bali modern, dan kolom paling kanan adalah aksara Bugis (lontara).[sunting]

Variasi

Seiring perubahan zaman, budaya, dan bahasa masyarakat penggunanya, suatu aksara dapat mengalami perubahan jumlah huruf, bentuk huruf maupun bunyinya, walaupun tetap saja dianggap sebagai bagian dari aksara induknya; atau dengan kata lain, tidak terpecah menjadi aksara baru. Demikianlah misalnya Aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Arab sedikit berbeda dengan Aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Melayu, atau juga Aksara Latin yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Latin sedikit berbeda dengan Aksara Latin yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Jerman. Dalam perjalanan sejarahnyapun Aksara Nusantara tidak luput dari kecenderungan untuk memunculkan variasi-variasi baru yang tetap mempertahankan kaidah inti aksara induknya.

Beberapa variasi Aksara Nusantara antara lain :

Variasi Aksara Kawi (Aksara Jawa Kuna)

Aksara Kayuwangi : Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk membundar miring. Disebut Aksara Kayuwangi karena variasi ini banyak dijumpai pada prasasti dari sebelum hingga setelah masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, Raja Mataram (855 - 885). Oleh para ahli epigrafi Indonesia, variasi ini dianggap sebagai jenis tulisan Kawi yang paling indah.

Aksara Kuadrat : Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk huruf menyerupai kotak / bujursangkar. Dari situlah variasi ini memperoleh namanya. Variasi ini banyak dijumpai pada prasasti dari masa Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singasari.
Aksara Majapahit : Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang tiap hurufnya ditulis dengan banyak hiasan sehingga kadang kala sulit dikenali / sulit dibaca. Disebut Aksara Majapahit karena variasi ini banyak dijumpai dari masa Kerajaan Majapahit.
Variasi Aksara Batak
Aksara Toba : Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Toba.
Aksara Karo : Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Karo.
Aksara Dairi : Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Dairi.
Aksara Simalungun : Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Simalungun.
Aksara Mandailing : Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Mandailing.

Variasi Aksara Lampung/Ulu
Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Pasemah
Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Serawai
Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Lembak
Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Rejang

Variasi Aksara Jawa
Aksara Jawa untuk menuliskan Bahasa Jawa Baru.
Aksara Jawa untuk menuliskan Bahasa Jawa Kuna.
Aksara Jawa untuk menuliskan Bahasa Jawa dialek Banten.
Aksara Jawa untuk menuliskan Bahasa Jawa dialek Cirebon.
Aksara Jawa untuk menuliskan Bahasa Sunda / Aksara Sunda Cacarakan.

Variasi Aksara Bali
Aksara Bali untuk menuliskan Bahasa Bali Baru.
Aksara Bali untuk menuliskan Bahasa Bali Kuna.
Aksara Bali untuk menuliskan Bahasa Sasak.

Variasi Aksara Lontara
Aksara Bugis : Variasi ini merupakan Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan

Bahasa Bugis.
Aksara Makassar : Variasi ini merupakan Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Makassar.

Silsilah Aksara Nusantara "Asli"



Aksara lainnya yang juga digunakan di Nusantara

Huruf Arab
Huruf Jawi untuk bahasa Melayu
Pegon untuk bahasa Jawa dan Sunda
Abjad Latin
Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan Soewandi
EYD
Hangul

17 komentar:

Anonim mengatakan...

ANWAR RIDWAN AF:Manusia dalam berkomunikasi awalnya memang menggunakan perkataan semata, namun, seiring perkembangan hubungan dan komunikasi antar manusia yang semakin kompleks tulisan-tulisan dan catatan-catatan sangat dibutuhkan, karena tidak semua perjanjian bisa diingat dalam waktu yang lama guna menghindari perselisihan antara manusia yang melakukan perjanjian. Apa jadinya kalau tulisan dan catatan mengenai suatu perjanjian tidak ada? Bisa jadi menimbulkan perselisihan satu sama lain akibat lupa isi perjanjiannya. Jadi, sangatlah penting membuat suatu perjanjian yang diabadikan dalam sebuah catatan. Perjanjian yang sudah tercatat saja masih banyak yang berselisih, apalagi tidak ada catatan perjanjian, bisa saling tuding satu sama lain akhirAnya terjadi keributan.

Anonim mengatakan...

ANWAR AF:Ternyata sejarah menunjukan bahwa aksara brahmi dari India adalah cikal bakal munculnya aksara di nusantara. aksara Pallawa, yang melahirkan aksara Kawi. Aksara Kawi memunculkan Aksara Buda, Jawa-Bali dan Proto Sumatera. Proto Sumatera yang memunculkan aksara Batak, Kagangan, Bugis (Baybain). Itu artinya kita banyak belajar dengan orang India!!! Tapi sekarang yang kita gunakan huruf aphabetis dan huruf arab, Sedangkan yang merupakan cikal bakal munculnya aksara di Nusantara sudah jarang ditemukan apalagi digunakan, apa karena peradaban di nusantara kalah majunya dengan peradaban luar atau karena memang masyarakat Indonesia sudah enggan melestarikan budaya lama? Apa ini sebabnya banyak kebudayaan nusantara yang dicuri bangsa lain?

Anonim mengatakan...

Anwar Ridwan AF :aksara di nusantara banyak ragamnya mulai dari palawa, kawi,budha hingga aksara tagbanwa. variasinya pun cukup banyak hanya saja jarang digunakan oleh masyarakat indonesia yang menyebabkannya hampir punah. mungkin ini pembelajaran bagi kita terutama diri saya sendiriunuk lebih melestarikan kebudayaan nusantara.

Anonim mengatakan...

Ngatiman af: menurut saya seteelah memmbaca dan menganalisis bahasa dan aksara kuno nusantara maka cukup jelaslah bahwa pentingnya melestarikan budaya kita sendiri karena itu semua adalah aset kekayaan budaya yang kita miliki dan harus kita lestarikan mengingat sejarah jerih payahnya orang-orang dulu dalam membuat dan mengembangkan aksara di nusantara penuh dengan kristalisasi kringat dan kita sebagai generasi anak bangsa harus mempunyai upaya untuk mengeksistensikan bahasa dan aksara nusantara sebagai alat komunikasi kita sehari-hari dengan demikian bahasa dan aksara kuno nusantara tidak akan terancam dari kepunahan.

Alviralde mengatakan...

Salam kenal pak, saya Alde. saya mohon izin untuk mempostingkan artikel ini di blog saya. terimakasih pak, sebelumnya.

anwar ridwan af mengatakan...

Aksara nusantara adalah beragam aksara yang secara khusus dipergunakan di Nusantara. munculnya aksara-aksara nusantara merupakaan turunan dari aksara pallawa. Sedangkan aksara pallawa sendiri merupakan turunan aksara brahma dari India.

Bukti yang paling tua Aksara Nusantara adalah tujuh tiang batu tempat pengikat taali sapi/yupa yan isinya adalah prasati:upacara waprakeswara yang diadakan Mulawarman raja Kutai kalimantan Timur. yupa-yupa tersebuut bertuliskan aksara pallawa dan bahasa sansekerta. para ahli menyimpulkan yupa-yupa ini dibuat pada abad ke-4.

Aksara Nusantara saat ini hampir punah karena sudah sangat-sangat jarang digunakan oleh masyarakat indonesia. Sehingga ada pemerintah daerah yang tergugah untuk melestarikannya dan membuat peraturan khusus mengenai pelestarian aksara masng-masing daerah.

Aksara nusantara terbagi atas 4 zaman yaitu:

a. zaman klasik: aksara: pallawa, sidhamatraka, kawi.

b. zaman pertengahan: aksara: buda, sunda kuna, proto-sumatra.

c. zaman kolonial: aksara: batak, rencong, lampung,dll

d. zaman modern:ak aksara sunda baku.

FACHRUDDIN M. DANI mengatakan...

Silakan Mas Alde, yang lain juga saya ucapkan terima kasih atas kunjungan dan komentarnya

Tom mengatakan...

Saya kurang mengenal caranya sambung aksara kawi atau jawa kuno dan ingin minta tolong terjemahin 4 kata yang saya foto dari sebuah benda yang diperkirakaan jaman majapahit. Dari tulisanya kelihatanya seperti mix antara kawi dan jawa kuno.

http://a6.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/208939_189324431110285_100000981878068_444834_4654723_n.jpg

Linknya agak panjang jadi mungkin perlu di copy paste biar tidak terpotong.

Terima Kasih / Tom

Anonim mengatakan...

pembelajaran

Anonim mengatakan...

Munzir AF
Dengan berkomunikasi kita bisa saling mengetahui apa-apa saja masalah yang terjadi. Orang terdahulu,berkomunikasi menggunakan aksara. Aksara digunakan juga untuk menulis pesan,catatan penting,dan lainnya.
Ternyata cikal bakal aksara di Nusantara adalah berasal dari aksara brahmi,India. Berati kita banyak terpengaruh dari bangsa India, akan tetapi bahsa yang kita gunakan saat ini alpabet dan bahasa internasional. Di perkotaan dan semi kota bahasa yang kita dengar adalah bahasa nasional (Bahasa Indonesia). Saat ini bahasa aksar semkin terkikis oleh waktu,seperti hilang di telan bumi.
banyak sekali pertanyaan yang bisa muncul dalam maslah ini, apakah masyarakat ingin melupakan aksara tersebut. Sedangkan ini adalah kebudayaan kita yang sudah lama ada?

Unknown mengatakan...

warni_AF semester 7

Menurut pendapat saya didalam membaca artikel ini TIDAK HANYA kita mengetahui perjalanan bahsa dan aksara di Indonesia, yang diawali dari penggunaan kata-kata belaka dalam berkomunikasi antar masyarakat hingga melalui proses yang panjang dan sampai kedalam bahasa yang telah disempurnakan (EYD) dan aksara yang sudah resmi masuk kedalam aksara Nasional seperti aksara Jawa, Cina saja, akan tetapi lebih tajam lagi bila kita perhatikan dari segi filosofinya, yaitu dengan melihat latar belakang sejarahnya, bagaimana kita akan memotret peradaban manusia saat itu dalam proses berfikir untuk mencari bagaimana system komunikasi itu mudah diterima oleh masyarakat secara luas, dan tentu itu tidak gampang karena tingkat keilnuan mereka masih jauh dari perdaban modern seperti era kita sekarang ini.
Dengan kita memahami hal itu, maka kita akan memiliki sikap menghargai para penemu, penggagas baahsa dan aksara dari jaman pra sejarah hingga saat ini, termasuk orang yang masih mau peduli menulis, membuat artikel kemudian menyebarkan kemasyarakat luas agar masyarakat tau betapa pentingnya sejarah tersebut.
Sebab kalau kita dilihat masyarakat hanya melihat bahasa atau aksara yang terkini tidak melalui dari proses pejalanan yang panjang, maka wajar masyarakat kita tidak bangga mempunyai bahasa & aksara yang luar biasa pengaruhnya baik didalam skala nasional maupun internasional sebagai khasanah suatu bangsa. Selain itu juga untuk mempertahankan budaya kita, budaya ketimuran yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dalam menjunju8ng tinggi etika, norma, sopan sqantun serta lemah lembut masyarakatnya
Dan lebih eronis lagi masyarakat kita malu menggunakan aksaranya sendiri, malu menggunakan bahasanya sendiri, sehingga nyaris kehilangan identitasnya dirinya sendiri, dan contoh kongkritnya banyak Orang Jawa tidak tau TOTO KROMO apa lagi Filsafat hidupnya, dan begitu pula suku-suku lain, padahal semua itu biasa mengangkat harkat dan martabat masyarakat dan bangsa kita dimata Internasional

Anonim mengatakan...

Saya mencoba Untuk menyampaikan pokok pokok pikiran serta komunikasi lainnya, semua manusia hanya melakukannya dengan kata kata belaka. Lalu berkembang dengan kesepakatan manusia menentukan arti dari lambang lambang, maka muncullah tuilisan dalam bentuk lambang. Lalu manusia menemukan huruf. Ini terjadi dalam proses panjang, sedikit demi sedikit, lalu berkembang kearah kesempurnaan. Masing masing kelompok memiliki hurufnya masing masing, sehingga siapa sebenarnya yang pertama kali menemukan huruf, menjadi sulit diketemukan. Perbedaan antara huruf dan alpabet yang satu dengan yang lain tergantung kepada jumlah pemakainya. Bagi aksara yang banyak digunakan manusia, maka aksara tersebut keberadaannya akan lebih lama, sementara aksara yang jarang digunakan atau tidak lagi digunakan, akan hilang dengan sendirinya.. Ketika komunikasi sudah demikian kompleknya maka dibutukan tulisan tulisan atau catatan catatan, karena tidak semua perjanjian dagang dapat kita ingat dalam waktu yang lama. Sering terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain, karena berbeda ingatan mereka. Lalu mereka bersepakat untuk membuat catatan catatan.
Berdasarkan sejarah, bahwa aksara yang berkembang di Nusantara ini adalah pengaruh dari India yang dikenal dengan Aksara Brahmi. Aksara Brahmi adalah aksara yang digunakan di India semasa pemerintahan Raja Asoka (270 SM - 232 SM). Aksara ini ditulis dari kiri ke kanan meskipun berdasarkan huruf Aram atau huruf Fenisia di Timur Tengah yang ditulis dari kanan ke kiri.
Aksara Brahmi ini untuk perkembangan aksara di Asia sangatlah penting, sebab ini adalah cikal bakal semua aksara di India dan juga di Asia Tenggara, termasuk di Nusantara.
Melalui India Utara memunculkan Pra Nagari maupun Dewanagari, sedang melalui Indis Selatan memunculkan aksara Pallawa, yang melahirkan aksara Kawi. Aksara Kawi memunculkan Aksara Buda, Jawa-Bali dan Proto Sumatera. Proto Sumatera yang memunculkan aksara Batak, Kagangan, Bugis (Baybain)
Huruf Pegon adalah huruf Arab atau lebih tepat: Huruf Jawi yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga Bahasa Sunda. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Aksara Nusantara adalah beragam aksara yang secara khusus dipergunakan di Nusantara atau muncul di daerah ini. Aksara-aksara Nusantara merupakan turunan dari Aksara Pallawa yang berkembang di India bagian selatan. Aksara Pallawa sendiri merupakan turunan dari Aksara Brahmi. Aksara Brahmi ini adalah cikal bakal semua aksara di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara.Bukti tertua mengenai keberadaan Aksara Nusantara ini berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk menambatkan tali pengikat sapi) yang bertuliskan prasasti mengenai upacara waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarmman, Raja Kutai di daerah Kalimantan Timur. Tulisan pada yupa-yupa tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan Bahasa Sanskrta. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para ahli menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar Abad IV.

kesimpulanya : bahwa aksara dan bahasa kuno yang ada di Nusantara, sudah mengalami perubahan-perubahan seiring dengan kemajuan zaman, budaya, dan bahasa masyarakat penggunanya suatu aksara dapat mengalami perubahan jumlah huruf, bentuk huruf maupun bunyinya, walaupun tetap saja dianggap sebagai bagian dari aksara induknya; atau dengan kata lain, tidak terpecah menjadi aksara baru. Namun perlu kita maklumi bahwa dari perubahan itu bias menjadi sejarah yang sangat berharga sekali, kita juga tidak boleh melupakan sejarah nenek moyang kita, karena berkat nenek moyang kita dulu-lah kita bisa menulis, membaca, menghafal tulisan-tulisan dengan baik. Dari kesempurnaan bahasa itulah maka bahasa yang kita gunakan dapat berkembang di Nusantara sampai ke Manca-Negara, dan bahasa yang sering kita pakai bisa menjadi alat komunikasi yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari .

Anonim mengatakan...

santoro af:Saya mencoba Untuk menyampaikan pokok pokok pikiran serta komunikasi lainnya, semua manusia hanya melakukannya dengan kata kata belaka. Lalu berkembang dengan kesepakatan manusia menentukan arti dari lambang lambang, maka muncullah tuilisan dalam bentuk lambang. Lalu manusia menemukan huruf. Ini terjadi dalam proses panjang, sedikit demi sedikit, lalu berkembang kearah kesempurnaan. Masing masing kelompok memiliki hurufnya masing masing, sehingga siapa sebenarnya yang pertama kali menemukan huruf, menjadi sulit diketemukan. Perbedaan antara huruf dan alpabet yang satu dengan yang lain tergantung kepada jumlah pemakainya. Bagi aksara yang banyak digunakan manusia, maka aksara tersebut keberadaannya akan lebih lama, sementara aksara yang jarang digunakan atau tidak lagi digunakan, akan hilang dengan sendirinya.. Ketika komunikasi sudah demikian kompleknya maka dibutukan tulisan tulisan atau catatan catatan, karena tidak semua perjanjian dagang dapat kita ingat dalam waktu yang lama. Sering terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain, karena berbeda ingatan mereka. Lalu mereka bersepakat untuk membuat catatan catatan.
Berdasarkan sejarah, bahwa aksara yang berkembang di Nusantara ini adalah pengaruh dari India yang dikenal dengan Aksara Brahmi. Aksara Brahmi adalah aksara yang digunakan di India semasa pemerintahan Raja Asoka (270 SM - 232 SM). Aksara ini ditulis dari kiri ke kanan meskipun berdasarkan huruf Aram atau huruf Fenisia di Timur Tengah yang ditulis dari kanan ke kiri.
Aksara Brahmi ini untuk perkembangan aksara di Asia sangatlah penting, sebab ini adalah cikal bakal semua aksara di India dan juga di Asia Tenggara, termasuk di Nusantara.
Melalui India Utara memunculkan Pra Nagari maupun Dewanagari, sedang melalui Indis Selatan memunculkan aksara Pallawa, yang melahirkan aksara Kawi. Aksara Kawi memunculkan Aksara Buda, Jawa-Bali dan Proto Sumatera. Proto Sumatera yang memunculkan aksara Batak, Kagangan, Bugis (Baybain)
Huruf Pegon adalah huruf Arab atau lebih tepat: Huruf Jawi yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga Bahasa Sunda. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Aksara Nusantara adalah beragam aksara yang secara khusus dipergunakan di Nusantara atau muncul di daerah ini. Aksara-aksara Nusantara merupakan turunan dari Aksara Pallawa yang berkembang di India bagian selatan. Aksara Pallawa sendiri merupakan turunan dari Aksara Brahmi. Aksara Brahmi ini adalah cikal bakal semua aksara di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara.Bukti tertua mengenai keberadaan Aksara Nusantara ini berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk menambatkan tali pengikat sapi) yang bertuliskan prasasti mengenai upacara waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarmman, Raja Kutai di daerah Kalimantan Timur. Tulisan pada yupa-yupa tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan Bahasa Sanskrta. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para ahli menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar Abad IV.

kesimpulanya : bahwa aksara dan bahasa kuno yang ada di Nusantara, sudah mengalami perubahan-perubahan seiring dengan kemajuan zaman, budaya, dan bahasa masyarakat penggunanya suatu aksara dapat mengalami perubahan jumlah huruf, bentuk huruf maupun bunyinya, walaupun tetap saja dianggap sebagai bagian dari aksara induknya; atau dengan kata lain, tidak terpecah menjadi aksara baru. Namun perlu kita maklumi bahwa dari perubahan itu bias menjadi sejarah yang sangat berharga sekali, kita juga tidak boleh melupakan sejarah nenek moyang kita, karena berkat nenek moyang kita dulu-lah kita bisa menulis, membaca, menghafal tulisan-tulisan dengan baik. Dari kesempurnaan bahasa itulah maka bahasa yang kita gunakan dapat berkembang di Nusantara sampai ke Manca-Negara, dan bahasa yang sering kita pakai bisa menjadi alat komunikasi yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari .

Anonim mengatakan...

Idris Afandi AF:

Melihat suatu bukti sejarah mengenai silsilah tentang aksara yang dimiliki oleh berbagai suku di Nusantara hingga saat ini kelestarianya mungkin masih sangat di jaga ,dilihat dalam setiap periode aksara Nusantara telah banyak terjadi perubahan setelah masuknya unsur Agama dan politik yang mempengaruhi perubahan tulisan maupun vocal dalam penulisan aksara kuna hal tersebut dilakukan untuk mempermudah proses menulis dan plafalannya setiap bentuk tulisan.

hingga saat ini masih terdapat dibeberapa daerah di indonesia yaitu dipulau jawa dan sumatera yang masih mengajarkan penulisan dan vocal bacaan dalam aksara kuno antara lain didaerah jawa tengah,jawa timur DI Jogjakarta dan didaerah sumatera yaitu daerah Lampung Walaupun demikian, penggunaannya dalam surat-surat resmi/penting, surat kabar, televisi, media luar ruang, dan sebagainya sangatlah terbatas dan terdesak oleh penggunaan alfabet Latin yang lebih mudah diakses. Beberapa surat kabar dan majalah lokal memiliki kolom menggunakan aksara Jawa. Penguasaan aksara ini dianggap penting untuk mempelajari naskah-naskah lama, tetapi tidak terlihat usaha untuk menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. Usaha-usaha revivalisasi bersifat simbolik dan tidak fungsional, seperti pada penulisan nama jalan atau kampung. Salah satu penghambatnya adalah tidak adanya usaha ke arah pengembangan ortografi/tipografi aksara.
mungkin dengan diadakanya proses ortografi dan tipografi mengnai aksara masyarakat Nusantara akan lebih mudah dan lebih memahami bentuk bacaan dan penulisan suatu aksara kuno.

Unknown mengatakan...

Kekayaan budaya islam

pelangiUNGU mengatakan...

Yth bapak admin
izinkan saya hendak mengajukan pertanyaan kepada Yth empunya blog aksara ini
saya menemukan suatu benda tua peninggalan jaman kuna kayanya
berbentuk tongkat kepala naga 120 cm
terdapatlah 4 huruf jawa
bertuliskan
MA DHA JA BA
barang x Yth admin sudi kira bisa memberi wejangan ttg arti makna sesungguhnya beserta filosofinya ..terimakasih

FACHRUDDIN M. DANI mengatakan...

Ada kantor Pusat arkeologi, di sana ada tenaga peneliti arkeologi dari berbagai spesialisasi, bila benda tersebut jelas sejarahnya dan kepemilikannya sehingga memungkinkan didapatkan sejumlah data tutur dari yang memegang atau menyimpannya, Insya Allah jika memang merupakan temuan baru maka akan ditampilkan dalamacara pertemuan arkeologi nasional yang setiap tahun diselenggarakan untuk didiskusikan dan dan disimpulkan sebagai berita arkeologi nasional yang selanjutnya akan diadakan penelitian lebih lanjut bahkan diminati oleh arkeolog international.