Selasa, 31 Agustus 2010

KITAB BAHASA JAWI ABAD KE xiv DI MASJID JAMIK

JEJAK ISLAM DI LAMPUNG (20):

HINGGA kini ahli filologi Suryadi, penemu naskah kuno Syair Lampung Karam (SLK) yang ditulis Mohammad Saleh dari enam negara Inggris, Belanda, Jerman, Rusia, Malaysia, dan Indonesia masih mempertanyakan Mohammad Soleh.

Benarkah penulis syair itu Mohammad Soleh yang merintis pembangunan Masjid Jami Al Anwar? Belum ada data pendukung yang menguatkan keberadaannya terkait naskah SLK.

Di Masjid Jami Al Anwar itu masih tersimpan naskah-naskah kuno peninggalan K.H. Mohammad Soleh. Sayang sekali, 400-an kitab yang ditulis dengan aksara Arab Melayu atau huruf Jawi di dua lemari dalam gudang kurang terawat. Kondisinya sangat memprihatinkan. Padahal, kitab-kitab itu adalah "harta karun" yang tak ternilai harganya.

Berbekal sedikit kemampuan membaca huruf Arab Melayu (huruf Jawi), kami mencoba membaca beberapa kitab. Dari sampel itu, kami menemukan kitab-kitab itu masih bisa dibaca. Walaupun ada yang lepas dari jilidannya, tulisan-tulisannya masih sangat jelas. Beberapa buku yang kami coba lihat berangka tahun 1300-an berisi pengajaran agama, baik yang berbahasa Melayu maupun Arab.

Ketika kami menanyakan hal ini kepada Tjek Mat Zen, dia menyatakan belum tahu. Dia kemudian membuka-buka dokumen. Sebuah testemen berbahasa Belanda, berangka tanggal 24 Agustus 1864, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, menyebutkan soal pewarisan harta dari Tomonggong Mohammad Ali, regent dari Telok Betong. Salah satu ahli waris penerima bernama Mohammad Saleh, umur 50 tahun.

Kalau pada 1864 Mohammad Saleh berusia 50 tahun, pada 1883 ketika Gunung Krakatau meletus dan SLK ditulis tiga bulan setelah itu, Mohammad Saleh berusia 69 tahun. Dua tahun kemudian, Mohammad Saleh meninggal. Kalau melihat data ini, mungkin saja Mohammad Saleh ini yang menulis.

Namun, bukankah Mohammad Saleh menjadi pemimpin dan ulama di Telukbetung? Sementara dalam naskah SLK sebagaimana diungkap Suryadi menyebutkan Mohammad Saleh memang sedang berada di Lampung saat letusan dahsyat Gunung Krakatau itu terjadi. Dan, dia selamat dan setelah itu dia pergi ke Singapura.

"Saya menduga bahwa dia salah seorang pengungsi dari letusan itu dan dia mengatakan dia menulis itu di kampung Bangkahulu di Singapura. Sekarang menjadi Bengkulen Street. Itu Singapura lama," kata Suryadi seperti dikutip dari situs Radio Nederland Wereldomroep.

"Ya, bisa jadi," kata Johan Sapri (54), warga Gunung Kunyit, yang mengaku keturunan ketujuh Mohammad Soleh. Dia menjelaskan salah satu istri Mohammad Ali, saudara Mohammad Saleh, yaitu Intjik Halimah, merupakan saudara Tuanku Lingga dari Malaysia.

Mungkinkah ada kitab SLK? Sayang sekali, kondisi buku yang sudah rapuh dan penataan buku yang tumpang-tindih, membuat kami tidak berani melihat satu per satu kitab-kitab kuno tersebut. Agaknya, perlu waktu untuk meneliti kitab-kitab yang disimpan di perpustakaan (lebih tepatnya gudang) Masjid Jami Al Anwar.

Jadi, benarkah Mohammad Saleh, pemimpin dan ulama di Telukbetung yang merintis pendirian Masjid Jami Al Anwar ini yang menulis Syair Lampung Karam? Wallahualam. (ZULKARNAIN ZUBAIRI/IYAR JARKASIH/U-3)

Sumber : Lampost 31 Agustus 2010

1 komentar:

Zarkasyi Van Boeloengan mengatakan...

subhanallah, Allah menganugrahkan lampung Darussalam dengan ketinggian ilmu, saya prihatin naskah yang meruapakan harta karun yang tak ternilai harganya itu bisa musnah 5 atau 10 tahun kedepan jika tidak diselamatkan, bagi saya karya itu harus segera di kodifikasi dan simpan dengan baik, jangan sampai hilang atau di beli orang yang tidak berhak mendapatkannya. semoga Allah merahmati kita.