Rabu, 30 Agustus 2017

CARA BERPIKIR HANCUR KARENA KEBENCIAN AKIBAT KEKALAHAN DALAM PILKADA DKI



Bukan Prof. Rocky Grung namanya bila setiap bicara tidak membuat kejutan, dahulu Gerung mengatakan bahwa Pemerintah adalah pihak pembuat hoak yang paling tinggi atau paling banyak, belakangan Gerung mengungkapbahwa Pemerintah dimenej secara manajemen kebencian dan itu diakibatkan oleh kekalahan di PILKADA DKI beberapa waktu yang lalu. Analisis ini bagi orang awam seperti saya bila mengacu kepoada sistematika cerita wayang ini memasuki babak Goro Goro yang berarti sebentar lagi bakal terjadi perang Brontoyudo. Perang besar yang mengakibat kehancuran hingga berpuing puing untuk kita bangun kembali dari nol dari sisa sisa puing puing yang ada. Bila memang itu yang betul akan terjadi maka jelas sebagai rakyat kecil seujung rambutpun kami tak akan rela, terhadap gaji para petinggi negeri ini yang yang seenaknya saja membuat negeri yang kami cintai ini sebagai panggung mainan seperti itu.

Sejaksaya masih menjadi mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi, orang dengan bangga mengatakan bahwa Presiden Soeharto telah berhasil menerapkan manajamen konflik, hingga saya diwisuda, hingga saya bekerja, dan hingga saya pensiun saya masih saja gagal paham dengan kebanggaan orang orang ointar pendukung Soeharto dengan manajemen konfliknya itu. Kini saya sedang memasuki masa masa akhir darikehidupan saya di dunia ini, saya pun masih mengalami gagal paham atas keberhasilan dan kecemerlangan Manajemen Konfliknya Presiden Soeharto. Dan saya tak ingin mendalami manajamen konflik,yang menurut pendapat saya agama saya Islam tidak pernah mengajarkan itu. Yang saya  tahu Soeharto diturunkan orang secara paksa di tengah jalan, pada saat kepemimpinannya dianggap gagal.

Demikian juga dengan manajemen kebencian yang diterapkan oleh Presiden Jokowi bersama rejimnya, dengan membesarkan mereka mereka yang menyebar kebencian dengan berita hoax, yang lama lama masyarakat jga mengenal mereka mereka itu, dan masyarakatpun tahu bahwa Pemerintah melakukan pembiaran kepada mereka yang terbiasa menyebar hoax dan bahkan mereka yang memang sudah mulai sangat dikenal sebagai penyebar hoax justeru pernah menjadi tamu kehormatan di istana, kata Jonru Ginting di acara ILC. Ditambahkan mereka yang biasa menyebar berita hoax justeru diundang ke istana untuk mengikuti lomba penulisan  keberhasilan Pemerintahan Jokowi.

Kata Rocky Gerung, manajemen kebencian, juga ditindaklanjuti dengan pemberangusan pengembangan literasi, disatu pihak Pemerintah memng selalu mempidatokan penegakan kemerdekaan dan demokrasi, tetapi di lain pihak juga mengkampanyekan Pancasila, Demokrasi serta NKRI sebagai harga mati. bahwa dengan kalimat itu berarti Pemerintah sedang mengancam para akademisi untuk tidak menggunakan hak kebebsan mimbarnya, karena tak ada lagi yang harus didialogkan terkait Pemerintahan. Menurut Gerung itu semua Hoax yang dibuat oleh Pemerintah.

Pusing, pusing, pusing tujuh keliling. Sangat tidak terbayangkan bahwa kehancuran sudah mulai membayang di pelupuk mata. Jika memang mereka yang bicara itu salah, maka harapan kita sebagai rakyat kecil, tangkap mereka, hukum merekaseberat beratnya. Tetapi jika mereka benar maka ikutilah saran mereka. Dan kepada Pemerintah janganlah mengikuti jejak Presiden Soeharto dengan menerapkan manajemen eksentrik, laksanakan saja manajemen yang lebih beradab, manajemen yang sesuai dengan tuntunan agama. Semoga Tuhan melindungi bangsa ini dari kehancuran. Amin.


Tidak ada komentar: