Senin, 11 September 2017

PKI PENGHIANAT BANGSA, SYUKBAH ASA GELISAH KARENA CERDAS

SENI UNTUK SENI



Nasib baik bagi saya dan Sdr. Dr. Yoke Mulgini sebagai anggota HMI Cabang Tanjungkarang kami berdua diutus untuk mengikuti Training yang pada saat itu sering disebut Training Idiopolitor, atau Idiologi Politik dan Organisasi, yang jika tidak salah ingat merupakan pelatihan kaderisasi tertinggi bagi HMI pada saat itu. Semua narasumber  mendapatkan waktu uang luas untuk bicara  diantaranya adalah Ridwan Saidi, Adi Swasono, Sutan Taqdir Ali Syahbana, dan banyak laghi yang lain. Tetapi yang paling menarik untuk dibicarakan pada saat ini adalah Kanda Syukbah Asa. Saya sebut Kanda karena diantara narasumber termasuk yang nampak muda dan berusaha akrab dengan peserta adalah beliau, beliau terkenal sebagai aktor, yang sejak mudanya aktivis HMI yang satu itu menggandrungi dunia peran dan panggung. Selain itu beliau juga wartawan yang sempat menjadi redaktur majalah Tempo dalam waktu yang lumaian lama, sempat juga di majalah Editor, sempat juga di Majalah Panjimasyarakat. Terdaftar juga sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta. Sangat profesional bila ditampilkan pada forum itu.

---

Tanda tanya besar dalam hati saya pada saat itu mengapa beliau kekeh mempertahan prinsip seni untuk seni, atau de L'art For L'art. Seni yang diharuskan memenuhi tuntutan kaidah estetik itu adalah sesuatu yang tak boleh dibatasi kata beliau pada saat itu. Beberapa orang peserta termasuk saya di dalamnya bahwa sebagai kader HMI maka kita harus memiliki keterikatan dengan Islam, atau tepatnya akidah Islam, aktivitas seni adalah mem,iliki peluang berekpressi yang paling mudah diterima karena bahasa seni adalah bahasa yang paling universal, akan sangat mudah membangun komunikasi, yaitu dengan bahasa seni. Maka bahasa seni baik digunakan untuk dakwah.

Bagi mereka yang memahami bahasa Arab dan memang bagi orang orang Arab maka bahasa yang digunakan dalam Al-Quran itu memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Sebenarnya kita bisa mempelajari atau mengenal ketinggian seni al-Quran yang bukan hanya bahasanya saja yang indah, tetapi seni bacanya, tidak ada kitab suci lain yang menarik diperlombakan dalam seni bacanya. Belum lagi cara menulisnya yang bisa melahirkan kaligrafi yang demikian indah, ditambah lagi dengan seni menghapal dan senimemahaminya. Tidaklah akan mengalami kerusakan estetis manakala seni bukan hanya sekedar untuk seni, teta[i dengan seni kita bisa menyampaikan sesuatu secara mulia.

Barangkali Kanda Syukbah Asa, selaku alumni Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, dahulu IAIN. maka perannya sebagai DN Aidit dalam film pengghiatan G 30 PKI secara profesional dengan dukungan berbagai teori sekuler selesai. Sedang secara akidah bisa diukur dengan ukuran yang lebih luas lagi, dalam kehidupan sehari hari, bukan hanya sesaat di layar kaca atapun layar lebar, yang tentunya diharapkan dapat objektif. Dan itulah pertanggungjawaban, profesional, pertanggungjawaban sosial dan pertanggungjawaban aqidak seorang cukup cemerlang ketika dipercaya mengemban beban selaku redaktur majalah Tempu, lalu majalah Editor, lalu majalah Panjimasyarakat, ketiga majalah itu benar benar jaya ketika beliau berkiprah.

---

Dengan segala keawaman saya, saya masih juga kekeh mengatakan bahwa selaku manusia yang bertuhan, atau meyakini kemahakuasaan Tuhan atas segala sesuatu di alam ini termasuk juga manusia. Tidak akan mengalami kesulitan untuk memahami mengapa beliau bersedia memerankan seorang DN Aidit yang ileh sejarah akan tercatat sebagai tokoh yang cukup sentral di dalam penghianatan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia untuk kesekian kalinya itu.

Sedang Syukbah Asa adalah aktor yang memerankan tokoh penghianat DN Aidit. Itu No problem sejauh arahan dari sutradara dalam alur cerita dan adegan tidak mengesankan bahwa pemebrotakan itu bukan penghianatan. Dalam cerita yang tersusun serta adegan demi adegan harus menunjukkan bahasa bahwa itu sebuah penghiatanatan, dan penghianatan adalah kejahatan. Mengapa mereka menghianat adalah karena keinginan mereka merebut kekuasaan yang ada pada Pemerinmtahan yang syah. Sekali lagi itu no problem bagi Syukbah Asa yang memerankan tokoh penghianat.

Tetapi bila ceritera itu ingin mengesankan bahwa bahwa DN Aidit dan kawannya dalam Partai Komunias Indonesia (PKI) dengan berbagai adegan untuk mengesankan bahwa mereka sebagai orang baik baik, maka tentu saja ini akan menjadi masalah bagi Syukbah Asa yang memerankan tokoh nomor satunya itu. Tak disangka putab balik fakta memang benar benar terjadi, film itu pernah dilarang diputar, tetapi nampaknya hanya secara lisan saja dan serentak TV tak lagi memutarnya, dan kita menimbulkan banyak kontroversi karena ada pihak yang menang ingin memutar balikkan fakta. Saya menilai kanda Sykbah Asa itu cerdas, dibelakang hari bahwa film ini cepat ataupun lambat akan menjadi kontroversi, itulah kegalauan Kanda Syukbas Asa yang cerdas itu.

Tidak ada komentar: