Sabtu, 16 September 2017

Reza Rahadian Benci Islam ?



Pasca kekalahan Ahok di Pilkada DKI tahun 2017 nampak seolah  harus dibayar mahal oleh ummat Islam dan banyak pihak yang  ramai ramai menagih itu semua, yang terakhir adalah Reza Rahardian yang sempat dipuji dan puja karena berhasil memerankan Habibi dalam sebuah film, tetapi nampak nampaknya diam diam dia menyimpan rasa benci kepada ummat Islam dan pasca kekalahan Ahok di Pilkada DKI diledakkannya resa benci itu. Memang tak dapat dipungkiri bahwa Pilkada menonjolkan issue agama yang tak terhindarkan setelah Ahok sebagai Gubernur DKI dan sedang digadang gadang akan menjadi Presiden itu mengeluarkan pendapat yang dinilai penistaan terhadap agama Islam, berjuta pendukung Ahok menyatalaj bahwa ucapan Ahok tak ada niatan untuk menista agama, sebagai sesuatu yang dilarang, tetapi ternyata hakim berdasar fakta persidangan menyatakan Ahok terbukti menista agama, secara adan meyakinkan berdasar Kateuhanan Yang Maha Esa.

Tetapi walauoun Ahok yang dipersalakan dan harus menjalani hukuman, tetapi banyak pihak dengan logika yang sama sekali tak wajar mampu menuduh ummat Islam sebagai sumbu pendek, anti Pancasila, Anti NKRI dan banyak lagi tudikan gak wajar lainnya yang disampaikan seolah koor dilakukan dalam sebuah orkestra. Itulah logika politik yang nampaknya. Senenarnya tak perlu terkejut dengan apa yang diucapkan oleh ReRahardian kita tak lagi perlu merasa terkejut, karena manakala kita biasa membuka media sosial itu ibarat lagu wajib yang selalu dengan mudah untuk kita dengar, atau terpaksa mendengarnya di media sosial.

Memang banyak ulama seperti serentak membela diri ketika Ahok menista agama, apalagi para ulama itu membina ummat,  maka para ulama akan sibuk menjelaskan kepada ummatnya perihal penistaan ahok kepada Agama Islam itu. Dan ceramah cramah mereka dijadikan youtube dan diviralkan, dalam waktu dekat pengunjuk youtube itu suda sangat banyak dan banyak diantaranya juga yang mengomentari, dan dalam komentar komentar itu kita saksikan pihak mana yang menggunakan kata kata yang tak pantas. Para ulama itu habis dimaki maki. Tetapi heran mengapa justeru Islam yang dituding, sementara Islam yang dicaci maki.justeru Islam pula yang dituduh intoleran. Keadaan seperti ini nampaknya diperparah oleh sikap Pemerintah yang nampak tak jelas.

Sejatinya memang tidak perlu kaget dengan sikap seorang Reza Rahardian, karena memang sikap seperti itu sudah terlalu lama didengungkan olah banyak orang. Tak perlu dibesar besarkan karena Reza Rahardian tak cukup besar untuk dijadidikan reprentasi hiruk pikuk masalah ini, Yang patut disayangkan adalah sikap fragmatis sejumlah ulama dan pimpinan organisasi yang namoaknya lebih ingin memanfaatkan keuntungan dari situasi ini, disaat Pemerintah membutuhkan dukungan terhadap sikapnya yang mendua, untuk tidak disebut melempar batu sembunyi tangan. Pemerintah dalam hal ini spesifik sikap politik Presiden Jokowi.

Nampaknya masa mendatang kita harus memiliki regulasi untuk membatasi gerakan politik seorang Presiden, seorang Presiden tidak diperkenan melakukan politik praktis, harus dibicarakan secara tenag duduk bersama berbagai pihak, sebaiknya Presiden seperti apa, dalam hal hak dan tanggungjawabnya. Dalam hal ini dahulu mendiang Presdieen Gus Dur untuk membatasi pembicaraannya dan kebiasaannya menanggapi semua masalah. Gus Dur mengatakan tukang becak saja boleh bicara apa saja, masa justeru Presiden dibatasi dalam mengekspressika aspirasi politiknya, dan akibatnya Gus Dur dijatuhjkan oleh lawan lawan politiknya di tengah jalan.

Kita tidak ingin seorang Presiden itu salah langkah dan selama dalam periode kekuasaannya disibukkan untuk menyusun kekuatan dan mengekpressikan kayakinan politiknya. Nampaknya perlu kembali kita merenungkan seraya mohon petunjuk bagaimana agar Pemerintah mampu melakukan lompatan pembangunan karena kita sekarang justeru telah ditinggalkan oleh Kemajuan berbagai negara yang sejatinya start jauh dibelakang kita atau sama sama, tetapi kondisinya jauh lebih parah. Yang kini telah jauh meninggalkan kita, Karena Presiden kita dari periode ke periode tiudak maksimal dalam bekerja.

Sepertinya masih banyak pihak yang demikian terpengaruhnya oleh thesis Snoug Horgronye yang mengatakan bila ingin berkuasa di Indonesia maka lumpuhkanlah Islam di dunia politik, ekonomi dan pendidikan. Padahal itu adalah rekomendasinya bagi Pemerintah Kolonial Belanda bukan bagi kita kita yang merupakan bagian syah pemilik bangsa dan negara ini. Marilah kita bangun kembali bangsa ini dengan segala penuh rasa Cinta Tanah Air, bukan untuk menguasainya untuk kepentinagan politik dan golongan. Saya yakin bangsa ini pasti mampu.


Tidak ada komentar: