Pantun ini dituturkan secara turun temurun dilingkungan komunitas Paksi Pak Sekala Berak. Seperti lazimnya anggota pada komunitas kepaksian ini seblumnya saya sempat mendengar dari seseorang akan penggalan teks pantun ini. Tetapi pantun selengkapnya saya dapatkan dari blog milik Paksi Prenong. Pantun ini harus ditafsir ulang baik secara piil pesenggiri maupun secara islami. Bila tidak ditafsirkan secara Islam dan piil pesenggiri justeru dapat mengundang salah pengertian dan merendahkan kepaksian.
Tafsir secara piil pesenggiri penting, karena piil pesenggiri adalah falsafah hidup masyarakat lampung, tafsir secara Islam juga penting karena selain periodeisasi munculnya pantun ini adalah era masuknya Islam ke Lampung, dan ajaran ajaran Islam dijadikan sandaran dalam penulisan konten pantun ini.
Walaupun memang dengan masuknya Islam paksi pak Sekala Berak sempat mengalami keguncangan. Dengan masuknya agama Islam tingkat kepatuhan terhadap kerajaan Paksi Pak sempat mengalami kegoyahan. Padahal sebelum Islam pemangku adat sebagaimana layaknya raja raja yang lain adalah memiliki kekuasaan yang tak terbatas, tampa ada perlawanan yang berarti. Kita bersyukur pada akhirnya masig masing berkenan mundur selangkah untuk mencari titik temu. dan nampaknya pihak kepaksianpun menginginkan masuknya Islam akan memperkuat eksistensi kepaksian itu sendiri, itulah antara lain mengapa ajaran islam dijadikan sandarannya.
Sungguh masuknya Islam, pamor kerajaan mulai terancam buram, para da'i mengajarkan kepatuhan hanya kepada Allah juwa. Rukun Islam yang lima harus ditegakkan, solat wajib lima waktu berpantang ditinggalkan. Neraka wail bagi siapa saja yang solatnya tak sempurna, apatah lagi meninggalkan dengan eengaja.Hidup ini harus diisi dengan jihad, adalah surga bagi siapapun yang gugur dalam jihad. Keinginan para punggawa untuk tetap mempertahankan eksistensi kedaulatan kerajaan terpaksa disepadankan dengan ajaran agama Islam yang masuk dengan dahsyat itu. Seperti tergambar dalam syair pantun azimat ini. konten pantun disandarkan kepada ajaran agama.
Pantun Azimat.
“Paksi Pak geralni
Sinno asli ni Lampung
Ngejual mak ngebeli
Dilom adat ni Lampung”
“Pisan simbayang tinggal
tempanjin di neraka
pissan saibatin tisakkal
hak lebon suaka mena”
“Khiah-khiah kik dawah
kekunang kik debingi
kik Sai Batin merittah
tisangsat ram kikpak mati
Terjemahannya.
Paksi Pak namanya
asalnya orang Lampung
berjual pantang beli
di situ adat dijunjung
Sekali solat tertinggal
badan matang dineraka
sekali raja disangkal
alamat badan sengsara
Hiruk pikuk dikala siang
senyap kunang di gulita
patuhi raja, jangan nentang
setiakan nyawa taruhannya.
Kata ngejual mak ngebeli harus ditafsirkan dalam versi piil pesenggiri, sehingga kata kata itu memiliki makna yang tinggi. Sebagai masyarakat petani di komunitas paksi pak Sekala Brak diajarkan kepada masyarakat agar kebutuhan sehari hari bagi seorang petani harus terpenuhi dari hasil pertanian itu sendiri. Jangan sampai seseorang yang mengaku sebagai petani, tetapi mulai dari besar hingga sayur mayur, aneka bumbu dan lain sebagainya yang dihasilkan melalui aktivitas pertanian, justeru harus dibeli. Setiap seseorang sebagai petani harus memiliki produksi hasil pertaniannya, melebihi kebutuhannya sehari hari dan kebutuhan orang yang berada dibawah tanggung jawabnya.
Pissan sebatin ti sakkal, hak lebon suaka mena. sekali raja disangkal alamat badan sengsara. kalimat ini harus dipahami secara terkait dengan bait pertama, bahwa setiap seseorang harus produktif. Perintah yang dikeluarkan dalam rangka meningkatkan lesejahteraan bersama. Manakala perintah untuk meningkatkan etos kerja ini tidak dilaksanakan maka alamat badan akan susah, bahkan manakala kemalasan itu tetap menjadi penyakit bersama, kesengsaraan pasti akan menimpa kita.
Kik sebatin merittah, tisassat kik pak mati. Patuhi raja jangan nentang, setiakan nyawa taruhannya. bait ini lebih ditujukan kepada para ulama. Agar ulama memfatwakan bahwa perintah melakukan upaya kesejahteraan bersama melalui peningkatan etos kerja hukumnya wajib. bahkan mengupayakan kesejahteraan bersama itu bernilai jihad. Siapapun yang gugur dalam jihad maka surga balasannya.
Penyusun pantun berharap dengan menyandar kepada ajaran agama yang mulai dipatuhi masyarakat eksistensi kerajaan Paksi pak akan tetap eksis. tetapi sayang ajaran yang mulia ini sempat diselewengkan oleh para punggawa kerajaan Sekala Berak yang sempat menggunakan tangan besi untuk mempertahankan kedaulatan. Dengan cara memaksakan kehendak. Termasuk mengambil sesuatu sesuatu secara paksa, selain pengrusakan pengrusakan untuk sekedar memberikan tekanan kepada masyarakat.
Mereka itu pada umumnya tidaklah memiliki wawasan yang memadai, para punggawa tidak sadar dengan siapa sebenarnya mereka berhadapan. Para ulama yang ada di sekitar kmomunitas paksi Pak Sekala Berak pada saat itu pada umumnya pernah nyantri di pesantren pesantren di Padang Sumatera Barat yang kelak menjadi perguruan terkenal "Tawalib" mereka memiliki wawasan keagamaan dan kebangsaan yang ada di atas rata rata. Masing masing para santri santri itu mendirikan masjid dan bahkan berencana akan mendirikan sekolah di mana mereka berada masing masing.
Eksodus besar besaran yang dilakukan oleh para santri bersama keluarga ini menjadi alternatif. mereka berpindah ke berbagai tempat guna menghindari bentrokan yang tidak perlu dengan para loyalis. Apalagi sesungguhnya masih memilkiki hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Sementara kepindahan itu juga nampaknya menyadarkan pihak pimpinan kepaksian akan kekeliruan membaca perubahan zaman. Karena tentu saja kepaksian ini tidak bisa melanjutkan cara cara lama, apalagi kepulangan para santri ke desa masing masing sejatinya membawa pencerahan.
Terbukti pimpinan kepaksian ini setelah tampuk pimpinan berganti, secara efektif merajut kembali kesatuan dan persatuan. Komunitas Paksi Pak. Bahkan mereka mereka yang sejatinya dahulu telah meninggalkan kampung halaman itu kembali di rangkul.
5 komentar:
Santoro Af : Penafsiran ulang terhadap pantun azimat yang tersebar luas di lingkungan komunitas Paksi Pak Skala Berak ini sangat penting artinya bagi penyelematan terhadap gengsi kepaksian itu sendiri
Setelah Islam masuk lampung konten piil pesenggiripun berubah menjadi Nemui nyimah (produktif). nengah nyappur (kompetitif), sakai sambaian (koperatif) dan juluk adek (inovatif). Memberikan tafsir piil pesenggiri sebagai falsafah masyarakat Lampung kepada pantun ini akan membuat pantun ini semakin memiliki nilai nilai prospektif bagi masyarakat pendukung adat kebuayan. Pernah para loyalis kebuayan ini berulah kurang terpuji, yaitu membelokkan pengertian dari pantun yang tersamar ini untuk melakukan hal hal yang kurang terpuji, seperti pengambilan paksa dan bahkan pengrusakan dan lain sebagainya untuk memberikan tekanan kepada masyarakat. Pantun azimat ini dijadikan alat pembenaran terhadap berbagai prilaku yang kurang perintah pengamanan dari pimpinan kepaksian nampaknya dimanfaatkan untuk mencari keuntungan keuntungan hal ini tidak berlangsung lama, lantaran para santri yang semula melakukan kegiatan politik dan kurang disenangi Belanda itu secara diam diam melakukan eksodus ditengah malam buta bersama keluarga besarnya. Sehingga para penggawa ini tidak lagi memiliki alasan untuk berulah yang merugikan masyarakat banyak. Tafsir keliru yang dengan sengaja dihembus hembus untuk mengambil keuntungan itupun segera berakhir. Ketika pantun ini dimunculkan kembali maka perlu rasanya memberikan tafsir ulang.
KHOLID AF..
Pantun Azimat yang berada dilingkungan komunitas Paksi Pak Sekala Berak..
pantun azimat mempunyai filosofis kemandirian dalam hidup yaitu kalau mempunyai keinginan Pantang membeli berartikan kalau mampu untuk menghasilkan buat apa untuk memebeli... sebagai mana yg tertera dalam pantun AZIMAT yaitu :
"Ngejual mak ngebeli
Dilom adat ni Lampung”"
"berjual pantang beli
di situ adat dijunjung"
Kata ngejual mak ngebeli harus ditafsirkan dalam versi piil pesenggiri, sehingga kata kata itu memiliki makna yang tinggi. Sebagai masyarakat petani di komunitas paksi pak Sekala Brak diajarkan kepada masyarakat agar kebutuhan sehari hari bagi seorang petani harus terpenuhi dari hasil pertanian itu sendiri.
Dalam pantun tersebut mengajarkan untuk mandiri bukan untuk mencuri yang di salah artikan/Tafsirkan secara SEMPIT...
Akan tetapi Penafsiran secara sempit PANTUN AZIMAT itu di amalkan oleh pemerintah kita sekarang bahwasannya negara indonesia ini negara yg memiliki kesuburan tanah yg sangat subur dibanding dengan negara2 lainnya...
akan tetapi semua itu di abaikan oleh wakil rakyat yg hanya mementingkat "VI" dri pengusaha yg menginginkan persetujuannya untuk memasok barang d indonesia tanpa harus meningkatkan sumber daya Manusia dan Sumber daya Alam yg ada d indonesai...
Andaikan saja Pemerintah/wakil rakyat indonesia ini benar2 peduli dengan nasip rakyatnya, dengan memperjuangkan SDM dan SDA bangsa indonesia mungkin negara ini negara yg amat kaya dari negara2 lain... meskipun negara indonesia adalah negara yg kaya.
FAZRI AL FEZAR (AF)
Pantun Azimat merupakan salah satu peninggalan di daerah lampung yang berupa tulisan-tulisan,dan ini merupaka salah satu Naskah yang memiliki Arti baik secara Teks maupun Makna yang terkandung didalam Teks. dan untuk mengetahui makna di balik teks tersebut maka di butuhkan suatu penafsiran ( Hermeneutik). pantun tersebut harus di tafsirkan secara Fiil Pesenggigghi dan secara islam karena pantun tersebut di buat pada masa Islam baru masuk ke daerah lampung, dan Filsafat orang lampung adalah Fiil Pesenggigghi.
di dalam pantun itu terdapat ungkapan "Menjual tanpa Membeli" atau "Mempunyai tanpa harus membeli" ini haris di tafsirkan secara benar agar tidak disalah gunakan.maksud dari tafsir ini adalah jika seseorang ingin memiliki sesuatu maka ia harus berusaha memproduksi dengan mengerahkan segala kemampuan yang di milikinya maka ia akan dapat memperoduksi tanpa harus membeli. berarti deduai dengan filsafat Orang lampung Fiil Pesenggigghi bahwa etiap Orang lampung harung memiliki Keahlian dan Bakat yang di tanamkan sejak kecil, Agar kelak setelah Dewasa akan berguna dan Mampu menjadi Penyimbang di dalam Masyarakat.
warni AF semester VII
Kalau kita lihat sepintas pantun tersebut diatas (Pantun Azimat) ssepertinya biasa-biasa saja, akan tetapi kalau dilihat dari filosofinya sangat luar biasa maknanya, apalagi ditafsirkan menurut Pill pesenenggiri maupun islami. Bait-bait pantun terutama pantun yang berkualitas sebenarnya merupakan media pembawa pesan antara penulis itu sendiri kepada pembacanya dan cara seperti ini (lewat pantun) orang lebih tertarik unutuk membaca dan selalu ingat terhadap suatu persoalan apakah persoalan itu negative maupun positif.
dan sekarang perpqantunan sudah menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat kita tidak hanya di acara-acara adat istiadat akan tetapi kedunia lawakpun tidak seru kalau tidak disisipkan masalah pantun. dan khusus pantun ini sangat luar biasa maknanya
MUNZIR AF
pantun Azimat bukanlah sembarang pantun,dalam isi kandungan pantun azimat mempunyai makna yang sangat sakti. maksudnya sakti disini,sangat berguna dalam kehidupan manusia apabila pantun tersebut dimaknai dengan benar dan kemudian diterapkan.
pantun azimat ini sendiri dibuat pada zaman kerajaan Paksi Pak Sekala Berak yang secara turun temurun digunakan oleh orang lampung. diatas tadi sudah saya jelaskan bahwa pantun ini sakti,agar pantun ini tidak disalah artikan maka pantun ini haruslah ditafsir ulang menggunakan filsafat orang lampung yaitu piil pesenggiri dan harus dikaitkan dengan ajaran islam,karena apa mau bagaimanapun kita harus bersandar dengan agama islam.
Posting Komentar