Kamis, 11 Oktober 2012

MEMAHAMI ETIKA DALAM KITAB KUNTARA RAJANITI DALAM RANGKA MENGENAL IDENTITAS BUDAYA LAMPUNG.


Oleh Fachruddin

Begitu banyak orang yang mengaku menyimpan kitab Kuntara Rananiti, tetapi sedikit sekali yang telah mengkaji akan isinya. A.Shobir Thoyib adalah salah satu diantara dari yang sedikit itu. Beliau berkesempatan mengkaji prihal etika dalam kitab ini ketika menyusun thesis yang berjudul : “Nilai Nilai Etis dalam Kitab Kuntara Rajaniti” pada program Study Ilmu Filsafat Jurusan Ilmu Ilmu Humaniora, Pascasarjana Universitas Gajahmada Yogyakarta tahun 2002, sehingga beliau berhak menggunakan gelar M.Hum. Setelah membolak balik kitab Kuntara Rajaniti baik dalam versi Beraksara Pegon maupun Aksara Kaganga Lampung Kuno. Sekalipun cukup mengasyikkan, tetapi jelas membaca kitab dalam dua versi ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, terlebih beliau bekerja sangat dibatasi oleh waktu dan juga dana. Apalagi dalam kitab beda bahasa itu ternyata berbeda pula sistematika dan kontennya. Walaupun A. Shobir Thoyib dalam penelitian ini lebih banyak dipengaruhi versi akasara pegon ternyata penelitian ini besar andilnya bagi analisa terhadap naskah kuno Lampung. Ternyata apa yang beliau simpulkan akan sangat berarti, terutama bagi mahasiswa dan pihak lainnya yang memberikan perhatian terhadap kebudayaan umumnya, dan kebudayaan Lampung khususnya.

Dalam kitab Kuntara Rajaniti ada tiga yang mempengaruhinya, yaitu Kitab Kuntara Majapahit, kitab Rajaniti Pasundan dan Kitab Jugul Muda Lampung. Dari ketiga unsure itulah Kitab Kuntara Rajaniti tersusun menjadi Kitab hukum yang berlaku di Lampung sekitar abad 16/17. Dengan menyandar kepada Kitab Kuntara Majapahit maka dimasukkan unsure unsure ajaran agama dan kepercayaan lainnya, dengan mengacu kepada Kitab Rajanitin yaitu Purbawasisa untuk mengembangkan logika kata hati, dan mengadob logika yang berkembang di Lampung yaitu hukum sebab akibat yang disebut karinah dalam kitab Jugul Muda.

Dalam thesisnya A.Shobir Thoyib membagi tiga kesimpulan yaitu : 1). Sebagai etika peraturan dan etika situasi yang melahirkan bentuk budaya lokal yang tidak terlepas dari pengaruh mitologi dan kepercayaan sinkritis. 2). Sebagai nilai moral Kitab Kuntara Rajaniti lebih mengambil bentuk etika peraturan dan etika situasi. Disebut etika peraturan karena di dalamnya berisi kode etik bagi masyarakat. Sedang etika situasi disebutkan karena berlaku pada masyarakat tertentu untuk waktu waktu tertentu. Etika situasi juga disebut etika deontologi. 3). Landasan filosofis nilai nilai etis adalah dimaksudkan sebagai landasan rasionalisasi terhadap konsep pengetahuan yang terdapat dalam Kitab Kuntara Rajaniti. Rasionalisasi yang dimaksud bahwa konsep etika yang ada tersebut tidaklah mustahil dan dapat diterima akal sehat terlebih lebih karena rujukan konsep etika tersebut sebagian besar berasal dari moralitas agama yang dianut pendukungnya.

Yang paling istimewa dari Kitab Kuntara Rajaniti menurut A.Shobier Thoyib adalah bahwa kitab ini sebenarnya walaupun kecil tetapi masih memberikan ruang public untuk dapat memberikan tafsir ulang terhadap beberapa hal, sehingga menarik dikaji lebih dalam lagi. Walaupun sebagian besar diantaranya sulit untuk dicarikan prospektifnya.
Namun walaupun demikian ini masih akan sangat tergantung kepada kita semua untuk melihat dari aspek mana, karena kalaupun untuk penerapan hukum umpamanya tidak lagi memiliki prospek namun dari segi kesejarahan tentunya akan memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua akan perkembangan pemikiran pemikiran etika masyarakat, apatah lagi pada saat itu penyusun kitab ini telah memiliki wawasan untuk meramu undang undang yang sebelumnya telah dimiliki oleh Majapahit dan Pasundan. Kekurangberhailan kita memajukan budaya Lampung antara lain juga disebabkan kita kurangnya pemahaman kita tentang etika dan identitas budaya lampung itu sendiri.

Kekeliruan kita dalam memahami etika dan identitas budaya dan masyarakat Lampung, melahirkan ketidakmampuan dan bahkan kegagalan kita membangun budaya Lampung. Mudahnya kita memfonis sesuatu yang lalu kita klassifikasi sebagai sesuatu yang tak lagi memiliki prospek, membuat kita kehilangan dasar pijak. Menjadikan sesuatu yang kita gembor gemborkan sebagai upaya membangun budaya Lampung itu justeru sebenarnya kita telah memberangus budaya Lampung itu sendiri, karena kita telah membangu sebuah budaya dengan berpijak pada pijakan yang kita ambil dari budaya lain.

Demikian juga bagi pihak pihak selalu menginginkan adanya suatu yang murni Lampung, tampa ada pengaruh sedikitpun dari luar, barangkali itu sesuatu yang mustahil, karena ternyata sejak semula Lampung sudah terlanjur berhubungan dengan masyarakat luar. Lampung yang tidak dipimpin oleh raja yang memiliki kekuasaan yang tak terbatas, Yang mengakibatkan masyarakatnya mampu menembus keberbagai wilayah. Lihat saja fenomena kain tapis Lampung dan batik Lampung ‘sebagi’ yang ternyata juga mendapatkan pengaruh luar yang tidak kecil, tafsirkanlah lambang lambang dari kedua produk tenun asli Lampung itu, kita pasti akan menemukan kesamaan dengan daerah daerah dan wilayah tertentu. Tetapi sebenarnya pengaruh pengaruh luar itu telah membangun identitas Lampung secara spesifik. Jangan lantaran karena Lampung pada masa itu terpengaruh oleh budaya lain, dan dalam aspek asepek tertentu, lalu kita bangun Lampung atas dasar budaya yang pernah mempengaruhinya, maka kita akan gagal dan kehilangan nuansa kelampungan itu sendiri.

Kita ambil missal, bahwa budaya Singapura sangat terpengaruh budaya Cina dan India, tetapi tidaklah tepat manakala Singapur beranggapan bahwa budaya Cina dan India adalah mutlak sebagai identitasnya. Karena Singapura adalah Singapura, bukan Cina dan bukan pula India. Demikian juga Lampung adalah Lampung, bukan Majapahit dan bukan juga Pasundan. Sekalipun dalam menyusun Kitab Kuntara Rajaniti yang dipengaruhi oleh Kitab Kuntara Majapahit dan Rajaniti Pasundan, selain Jugul Muda milik Lampung sendiri . M.Shobier Thoyib mengajak kita semua melihatnya secara jernih, sehingga kita kenali Lampung yang sebenanya. Mengapa tidak.

Tidak ada komentar: