Kamis, 25 Oktober 2012

BUKU SEJARAH LAMPUNG


FACHRUDDIN

Judul Buku : Sumbangan Untuk Mengenal Sejarah daerah Lampung.
Terjemahan dari Tijdschrift Voor Nederlandch Indie 1874, Deel II
Dengan Judul Asli Bijdrage Tot De Kennis Der Geschiedenis Van De
Lampongs.
Penulis : JEH. Kohler.
Penerjemah : Firdaus Burhan.
Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun : 1979/1980

Penerbitan buku yang berjudul “Sumbangan Untuk mengenal Sejarah Lampung” ini merupakan hasil terjemahan dari buku sejarah yang ditulis oleh pihak penjajah dalam Tijdaschrift Voor Nederland Indie, 1874, deel II, te Zalt – Bommel bij Joh. Noman en Zoon, dengan judul asli “Bijdrage tot de kennis der geschiedenis van de Lampongs. Firdaus Burhan berhasil menterjemahkannya ke bahasa Indonesia tahun 1997, ini dilakukan terkait upaya Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung.

Ketika JEH. Kohler menulis buku ini Ia menjabat sebagai Kapitein Civiele en Militaire Gezaghebber der Lampongsche Districten. Kelak Ia berpangkat Mayor Jendral yang tewas dalam penyerangan Kesultanan Aceh. Dan dalam karya penulisan sejarah ini penyajiannya menggunakan kacamata kepentingan Belanda sebagai bangsa penjajah.

Penulisan buku ini sangat dipengaruhi kepentingan Belanda, Belanda menjajah Indonesia dengan alasan untuk menciptakan ketengan dan ketertiban (rust en orde) dalam rangka pembentukan Pax Neorlandica : dimana Pemerintah belanda mengaku mengemban tugas suci (mission sacree) untuk membawa suku suku di Nusantara kea rah peradaban sesuai dengan keinginan pihak Belanda sebagai penjajah.

Olehkarenanya dalam membaca buku ini kita harus pandai pandai memilah milah, mana yang bermanfaat dan memiliki nilai nilai prospektif yang baik, dan manapula yang harus kita taruh ditempat sampah. Nanti akan kita dapatkan uraian dalam buku ini, aktivitas para pejuang Kemerdekaan kita yang dianggap oleh Belanda sebagai tindakan yang anti social, disejajarkan dengan tindakan pengacauan, keonaran, pemerasan, pembajakan, main hakim sendiri dan lain sebagainya. Sementara apapun yang dilakukan oleh belanda adalah sebagai sesuatu yang sangat terpuji adanya.

Namun walaupun demikian fakta fakta yang disajikan dalam buku ini akan bermanfaat bagi kita semua untuk mengenal jatidiri kita sebagai bangsa. Oleh karenanya kita tidak ingin menutup nutupinya, dan penterjemah telah melaksanakan tugasnya untuk mentransliterasi tulisan ini dengan apa adanya. Tentu saja dengan perubahan redaksi disesuaikan dengan tata bahasa Indonesia, agar lebih mudan untuk dapat dimengerti oleh pembaca.

Tulisan yang sejatinya merupakan catatan seorang pejabat pemerintahan penjajah Belanda, sebenarnya isinya lebih banyak berisikan keadaan kampung, lingkungan, transportasi, siapa penduduk, bagaimana kepatuhannya kepada pemerintahan penjajah. Dan tentunya teristimewa mengenai catatan tentang perniagaan. Karena kecenderungan masyarakat untuk berniaga langsung ke Lingga dan Singapura, karena inilah perjuangan Belanda, yaitu mengarahkan perniagaan ini ke Batavia. Dalam artian bahwa hasil perkebunan dan hutan di Lampung agar pada akhirnya jatuh ke Belanda melalui Batavia itu.

Catatan JEH Kohler tentang politik menjadi istimewa, di awal abad ke 19 Belanda banyak mendapat perlawanan dari masyarakat Lampung. Belnda masuk Lampung sebenarnya sejak abad 17. keberhasilan masuk Lampung tidak terlepas dari adanya perselisihan antara Sultan Agung Tirtayasa selaku Sultan Banten dengan putranya sendiri yang bernama Sultan Haji. Tetapi pada abad ke 17 hingga 18 Belanda hanya mampu mendirikan dua buah post untuk mengurus perdagangan lada Lampung, tetapi masyarakat setempat tidak merasakan adanya gangguan dari pihak Belanda.

Awal abad 19 di bawah kepemeruintahan Daendels dan kemudian Hindia Belanda, maka Batavia mulai merencanakan meningkatkan aktivitas politik pemerintahannya di Lampung. Sejak saat itu muncullah reaksi dan perlawanan masyarakat Lampung secara pasang surut dan silih berganti. Sehingga melahirkan rentetan perlawanan panjang yang sangat merepotkan bagi penjajah Belanda. JEH Kohler mencatat beberapa nama yang sering melakukan perlawanan antara lain Raden Intan I, Raden Mengunang, Raden Imbakusuma, Kyai Aria Natabraja, Dalem Sangunratu, Minak Suku Ratu, Minak Binawa Aling, Radin Bangsa Ratu, Dalem Pubangasesa, Raden Intan (cucu Radin Intan 1), putra Raden Imba Kusuna dan lain lain.

Hubungan Lampung Banten.

Berdasarkan catatan JEH Kohler antara Lampung adalah dua dalam satu, satu dalam dua. Apapun yang terjadi di Banten dipastikan akan menggema di Lampung, dan apa yang terjadi di Lampung dipastikan akan berdampak di Banten. Belanda tidak boleh menganggap ringan hubungan Lampung – Banten ini, karena ternyata banyak pemimpin di Banten yang secara diam diam ternyata telah berada di Lampung, mereka memata matai kegiatan belanda, dan bahkan telah menyusun kekuatan guna melakukan perlawanan. Beberapa tokoh penting Banten yang telah siap di Lampung antara lain adalah Haji Wahid, Luru Satu, Wah Nass dan lain lain.

JEH. Kohler mencatat adanya tokoh tokoh Banten yang berkhianat dan melakukan kerjasama dengan Belanda untuk melakukan keonaran dengan mengganggu kemanan di Lampung khususnya dalam arus lalu lintas. Ada juga pihak pihak yang memiliki peran ganda, yaitu dekat dengan Belanda dan sekaligus berhasil dekat dengan pejuang pejuang Lampung, tokoh yang mendua ini dipimpin oleh Sleman.

Yang paling menarik adalah keberhasilan para pejuang Lampung memobilisasi para saudagar, juragan kapal dan petani untuk dipersenjatai, sekalipun sederhana, untuk melakukan perlawanan dengan Belanda. Kelompok ini kelak dibubarkan manakala perjuangan telah dianggap selesai. JEH. Kohler menuliskan betapa banyaknya para pejuang Lampung yang ditangkap Belanda, diasingkan ke Timor dan akhirnya dihukum mati.

Sekali lagi sejarah Lampung ini ditulis berdasarkan kacamata dan kepentingan Belanda sebagai pemerintahan penjajah, sehingga dalam membaca buku ini kita membutuhkan kelincahan dan memilih dan memilah.


Judul Buku : Sumbangan Untuk Mengenal Sejarah daerah Lampung.
Terjemahan dari Tijdschrift Voor Nederlandch Indie 1874, Deel II
Dengan Judul Asli Bijdrage Tot De Kennis Der Geschiedenis Van De
Lampongs.
Penulis : JEH. Kohler.
Penerjemah : Firdaus Burhan.
Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun : 1979/1980

Penerbitan buku yang berjudul “Sumbangan Untuk mengenal Sejarah Lampung” ini merupakan hasil terjemahan dari buku sejarah yang ditulis oleh pihak penjajah dalam Tijdaschrift Voor Nederland Indie, 1874, deel II, te Zalt – Bommel bij Joh. Noman en Zoon, dengan judul asli “Bijdrage tot de kennis der geschiedenis van de Lampongs. Firdaus Burhan berhasil menterjemahkannya ke bahasa Indonesia tahun 1997, ini dilakukan terkait upaya Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung.

Ketika JEH. Kohler menulis buku ini Ia menjabat sebagai Kapitein Civiele en Militaire Gezaghebber der Lampongsche Districten. Kelak Ia berpangkat Mayor Jendral yang tewas dalam penyerangan Kesultanan Aceh. Dan dalam karya penulisan sejarah ini penyajiannya menggunakan kacamata kepentingan Belanda sebagai bangsa penjajah.

Penulisan buku ini sangat dipengaruhi kepentingan Belanda, Belanda menjajah Indonesia dengan alasan untuk menciptakan ketengan dan ketertiban (rust en orde) dalam rangka pembentukan Pax Neorlandica : dimana Pemerintah belanda mengaku mengemban tugas suci (mission sacree) untuk membawa suku suku di Nusantara kea rah peradaban sesuai dengan keinginan pihak Belanda sebagai penjajah.

Olehkarenanya dalam membaca buku ini kita harus pandai pandai memilah milah, mana yang bermanfaat dan memiliki nilai nilai prospektif yang baik, dan manapula yang harus kita taruh ditempat sampah. Nanti akan kita dapatkan uraian dalam buku ini, aktivitas para pejuang Kemerdekaan kita yang dianggap oleh Belanda sebagai tindakan yang anti social, disejajarkan dengan tindakan pengacauan, keonaran, pemerasan, pembajakan, main hakim sendiri dan lain sebagainya. Sementara apapun yang dilakukan oleh belanda adalah sebagai sesuatu yang sangat terpuji adanya.

Namun walaupun demikian fakta fakta yang disajikan dalam buku ini akan bermanfaat bagi kita semua untuk mengenal jatidiri kita sebagai bangsa. Oleh karenanya kita tidak ingin menutup nutupinya, dan penterjemah telah melaksanakan tugasnya untuk mentransliterasi tulisan ini dengan apa adanya. Tentu saja dengan perubahan redaksi disesuaikan dengan tata bahasa Indonesia, agar lebih mudan untuk dapat dimengerti oleh pembaca.

Tulisan yang sejatinya merupakan catatan seorang pejabat pemerintahan penjajah Belanda, sebenarnya isinya lebih banyak berisikan keadaan kampung, lingkungan, transportasi, siapa penduduk, bagaimana kepatuhannya kepada pemerintahan penjajah. Dan tentunya teristimewa mengenai catatan tentang perniagaan. Karena kecenderungan masyarakat untuk berniaga langsung ke Lingga dan Singapura, karena inilah perjuangan Belanda, yaitu mengarahkan perniagaan ini ke Batavia. Dalam artian bahwa hasil perkebunan dan hutan di Lampung agar pada akhirnya jatuh ke Belanda melalui Batavia itu.

Catatan JEH Kohler tentang politik menjadi istimewa, di awal abad ke 19 Belanda banyak mendapat perlawanan dari masyarakat Lampung. Belnda masuk Lampung sebenarnya sejak abad 17. keberhasilan masuk Lampung tidak terlepas dari adanya perselisihan antara Sultan Agung Tirtayasa selaku Sultan Banten dengan putranya sendiri yang bernama Sultan Haji. Tetapi pada abad ke 17 hingga 18 Belanda hanya mampu mendirikan dua buah post untuk mengurus perdagangan lada Lampung, tetapi masyarakat setempat tidak merasakan adanya gangguan dari pihak Belanda.

Awal abad 19 di bawah kepemeruintahan Daendels dan kemudian Hindia Belanda, maka Batavia mulai merencanakan meningkatkan aktivitas politik pemerintahannya di Lampung. Sejak saat itu muncullah reaksi dan perlawanan masyarakat Lampung secara pasang surut dan silih berganti. Sehingga melahirkan rentetan perlawanan panjang yang sangat merepotkan bagi penjajah Belanda. JEH Kohler mencatat beberapa nama yang sering melakukan perlawanan antara lain Raden Intan I, Raden Mengunang, Raden Imbakusuma, Kyai Aria Natabraja, Dalem Sangunratu, Minak Suku Ratu, Minak Binawa Aling, Radin Bangsa Ratu, Dalem Pubangasesa, Raden Intan (cucu Radin Intan 1), putra Raden Imba Kusuna dan lain lain.

Hubungan Lampung Banten.

Berdasarkan catatan JEH Kohler antara Lampung adalah dua dalam satu, satu dalam dua. Apapun yang terjadi di Banten dipastikan akan menggema di Lampung, dan apa yang terjadi di Lampung dipastikan akan berdampak di Banten. Belanda tidak boleh menganggap ringan hubungan Lampung – Banten ini, karena ternyata banyak pemimpin di Banten yang secara diam diam ternyata telah berada di Lampung, mereka memata matai kegiatan belanda, dan bahkan telah menyusun kekuatan guna melakukan perlawanan. Beberapa tokoh penting Banten yang telah siap di Lampung antara lain adalah Haji Wahid, Luru Satu, Wah Nass dan lain lain.

JEH. Kohler mencatat adanya tokoh tokoh Banten yang berkhianat dan melakukan kerjasama dengan Belanda untuk melakukan keonaran dengan mengganggu kemanan di Lampung khususnya dalam arus lalu lintas. Ada juga pihak pihak yang memiliki peran ganda, yaitu dekat dengan Belanda dan sekaligus berhasil dekat dengan pejuang pejuang Lampung, tokoh yang mendua ini dipimpin oleh Sleman.

Yang paling menarik adalah keberhasilan para pejuang Lampung memobilisasi para saudagar, juragan kapal dan petani untuk dipersenjatai, sekalipun sederhana, untuk melakukan perlawanan dengan Belanda. Kelompok ini kelak dibubarkan manakala perjuangan telah dianggap selesai. JEH. Kohler menuliskan betapa banyaknya para pejuang Lampung yang ditangkap Belanda, diasingkan ke Timor dan akhirnya dihukum mati.

Sekali lagi sejarah Lampung ini ditulis berdasarkan kacamata dan kepentingan Belanda sebagai pemerintahan penjajah, sehingga dalam membaca buku ini kita membutuhkan kelincahan dan memilih dan memilah. Tetapi buku yang dicetak secara terbatas ini perlu juga untuk dibaca baca. Tulisan ini dan beberapa tulisan berikutnya, saya sajikan dengan gaya populer.

Tidak ada komentar: