DALAM UPAYA PEMBERANTASAN BUTA HURUF DI LAMPUNG.
Jasa besar huruf Kaganga, Jawi dan Pegon adalah suksesnya pemberantasan butu huiruf di Lampung. Walaupun memang hingga kini buta aksara kambuhan masih tersisa, tetapi tampa peran huruf kaganga, jawi dan pegon maka apa yang dicapai oleh keberhasilan upaya pemberantasan buta huruf belumlah begini ketercapaiannya. Dahulu sebelum
masyarakat mengenal huruf latin, mereka hanya mengenal huruf al-Quran, yaitu huruf Arab dan huruf kaganga. Pada saat itu boleh boleh saja orang mengatakan bahwa penduduk Indonesia 98% buta huruf, tetapi ketahuilah pad saat yang sama justeru 90% melek huruf kagangan dan melek huruf al-Quran.
Huruf kaganga pada saat itu selain digunakan untuk saling tukar informasi antara satu dengan yang lain, huruf ini juga dijadikan huruf untuk mencatat berbagai temuan tentang obat obatan, rempah rempah dan makanan, serta berbagai jampi jampi yang pada saat itu sangat diyaniki memiliki daya majik yang berguna bagi pelindung, penyerangan dan juga untuk kelancaran asmara. Naskah baskah yang berisikan hal tersebut diatas lazimnya ditulis dengan menggunakan huruf kaganga. Keterampilan masyarakat membaca kaganga ternyata sangat membantu pengajaran membaca huruf latin.
Tetapi peran huruf kaganga belumlah sedahsyat peran al-Quran dalam mencerdaskan bangsa ini. Setelah demikian berhasilnya para ulama Nusantara membumikan al-Quran di Nusantara, dan hampir 60%-an masyarakat mahir membaca hurus huruf Al-Quran, ulama Nusantara mulai banyak menerbitkan kitab kitab hasil karya mereka, mereka memanfaatkan huruf Jawi untuk menuliskan gagasan mereka dalam bentuk naskah dan kitab. Sedangkan bagi mereka yang dinilai kurang paham dan mahir dengan bahasa Melayu para ulama mereka huruf pegon.
Kata pegon berhasal dari kata pego yang berarti tidak beraturan. Memang huruf pegon, yaitu bahasa Jawa, Sunda dan Banten yang ditulis dengan huruf Al-Quran. Munculnya huruf pegon ini membuat semakin semaraknya penulisn kitab kitab dan naskah naskah lainnya. Dan hasil karya dalam huruf pegon ini membuat ummat menjadi semarak untuk belajar membaca.
Situasi seperti ini dimanfaatkan untuk mengkampanyekan program pemberantasan buta aksara latin. Itu pula sebabnya maka muncul gagasan untuk pembelajaran huruf latin berbasis al-Quran. ternyata gagasan para ulama untuk melaksanakan pembelajaran huruf latin berbasis al-Quran ini ini ternyata adalah gagasan jenius yang pernah dimiliki oleh bangsa kita. Dan ternyata hasilnya luar biasa.
Sampai sampai zending/missionaris Kristen merasa perlu untuk memperkenalkan atau mensosialisasuikan Kitab Injil dengan berbasis al_Quran. Zending dan missionaris pada waktu berlomba loma menulis naskah untuk penyebaran Injil yang dicetak dengan huruif al-Quran. Kebiasaan yang sebenarnya kurang terpuji ini nampaknya berlanjut hingga sekarang. Hasil dari usaha zending/ miissionaris ini memang hingga kini tidak menunjukkan hasil yang signifikan, tetapi tentu saja upaya ini mereka harapkan, pada suatu saat ummat akan terkecoh juga. Jalan yang ditempuh oleh Zending/ missionaris ini tentu saja mengacu atas keberhasilan upaya pemberantasa buta huruf berbasis al-Quran.