Menghidupkan puisi Lampung menurut hemat saya bukan menterjemahkan puisi Nasional ke dalam bahas Lampung, tetapi harus sebaliknya. Agar karya kita tidak memberangus puisi Lampung. belajarlah kepada keberhasilan para dalag yang merekayasa 'Suluk' ke dalam bahasa Indonesia. Suluk itu adalah bahasa yang khas tetapi para dalang kini banyak yang mampu merekayasa suluk dalam bahasa Indonesia. Namun walaupun demikian mereka tidak kehilangan atau menghilangkan nuansa dan filosofi suluk, dalam bahasa Indonesia sekalipun. Cerita Indonesia itu di Jawakan dahulu baru disulukkan. para dalang tidak akan membawa begitu saja menampilkan cerita cerita luar ke dalam suluk.
Kalaupun mereka mendapatkan kesulitan atau belum sempat menyulukkan kisah maka diawal kata mereka tetap menggunakan bahasa Jawa : Buni gunjang ganjing langit kelap kelip, kol kutuk kadal gesit, semprong bolong buntu alu ... tok, tok suara ketuk dan gemerincing kecrean ditingkahi gendang lembut dan suara lengkingan siter, seolah memanggil dari kejauhan ditambah lagi dengan rengean rebab yang mendayu dayu meminta kita menuju suatu tempat, di saat kita menimbang nimbang gelegar gong seolah membenarkanm. sehingga suasana Jawa sekali ..., Baru si dalang menutur kisah dalam bahasa Indonesia, logat Jawa. Tak lupa sang dalam menyebut nyebut Pringgodani dan beberapa nama para tokohnya agar kalimah cerita terkait secara geografis dan personal. Mak sang dalangpun terlepas dari petaka membuang khas dunia pewayangan, dan suasana seperti itu masih diperkuat dengan pola pikir falsafah wayang. sekalipun disaji dalam bahasa Indonesia, tetapi para penonton telah disandra di Pringgodani dan tak kemana mana.
Membaca puisi bahasa Lampung banyak seperti terkesan bagaikan membaca terjemahan belaka, Tetapi sayang yang terjadi selama ini baru puisi di lampungkan, seharusnya yang kita lakukan adalah Lampung dipuisikan. kalaupun kita akan menterjemahkan sebuah puisi yang bagus ke dalam bahasa Lampung, maka letakkanlah bahasa lampung berada di atas bahasa yang akan di lampungkan itu. Artinya puisi itu harus kita lampungkan terlebih dahulu seperti para dalang dalam menyulukkan sari sebuah kisar kedalam bahasa Indonesia yang akan disulukkan dalam bahas Indonesia.
Trik para dalang membuat seolah pristiwa itu terjadi di Pringgodani ini adalah usaha untuk menggiring batin pemirsa agar berkenan eksodus eksodus ke Pringgodani agar cerita tidak melanglang liar. Demikian pula membuat puisi dalam bahasa Lampung haruslah mengajak para pembaca ke Lampung agar puisi itu diapresiasi secara utuh. janganlah sebaliknya memaksa orang keluar Lampung agar dapat memahami puisi seperti yang berkembang di sana. Tetapi bawalah nuansa batin para penikmat puisi tetap di lampung atau berdatangan ke Lampung bagi yang di luar Lampung.
Dalang sering menyebut nama nama tokoh di Pronggodani agar para penikmat berkenan bergabung secara psikologis dan sosiologis sesuai dengan kehendak filosofi suluk. Sikap seperti itulah hendaknya yang harus dimiliki para penciopta puisi lampung.Jangan biarkan justeru orang Lampung berhamburan keluar Lampung bersama puisi kita, tetapi undanglah orang luar masuk ke Lampung. bawalah pusi lampung ke ranah nasional, tetapi bawalah penikmat puisi anda dari luar untuk berdatangan ke Lampung. Aku yakin kamu kamu pasti bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar