Tim Peneliti Dosen IAIN Raden Intan tentang Kerajaan Sekala Brak dengan tema : "Hystoriografi Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak Lampung Masa Islam dan Kolonial". Judul tema tersebut adalah sebuah penelitian yang sangat berat selain keterbatasan data juga para peneliti sangat membutuhkan ilmu bantu untuk memahami berbagai data yang sekarang ini masih terserak.
Kesulitan tersebut akan tergambar dari kesimpulan yang disimpulkan oleh para peneliti yang dilaksanakan tahun 2011 yang lalu itu. Saya yakin para peneliti telah bekerja keras, tetapi tentu saja sangat dibatasi oleh waktu dan dana tentunya.
Tetapi sebenarnya bila Tim ini lebih memfokuskan penelitiannya terhadap berbagai naskah naskah kuno yang ada di sekitar Lampung Barat yang diyakini sebagai lokasi Kerajaan Sekala Brak, maka saya yakin hasil penelitiannya akan sangat berjasa untuk kemudahan penelitian penelitian berikutnya. Tentu penelitian yang gampang adalah meneliti seluruh naskah yang sekarang disimpan oleh orang orang yang dikenal sebagai pewaris kerajaan Sekala Brak, tampa kecuali naskah apapun yang masih dipelihara keluarga keluarga yang dikenal sebagai Raja-Raja di Kepaksian itu.Atau naskah yang telah disimpan di museum baik yang telah teridentifikasi atau belum.
Ibarat makan bubur maka kita makan bubur panas itu sendok demi sendok yang kita mulai dari bagian pinggir.Lalu bergerak ketengah dan dalam waktu bersamaan bubur panas telah berubah hangat adanya.
Demikian juga dengan penelitian, kita dapat meneliti bagian bagian yang lebih ringan terbih dahulu. Dalam meneliti naskah yang ada bisa saja naskah yang kita ketemukan adalah naskah dalam tulisan aksara Lampung kuno, atau naskah jawi ataupun pegon. Sebatas huruf jawi dan pegon rasanya tidak ada masalah untuk membacanya oleh para dosen IAIN. Bisa juga naskah itui dalam bentuk tambo-tambo yang tertulis di kulit kayu, ataupun benda keras seperti bambu atau mungkin tulang belulang (tanduk). Pada tambo biasa tertulis silsilah. Bagi peneliti sederet huruf dan angka saja akan merupakan informasi yang sangat berharga. Tidak ada data yang harus dibuang oleh para peneliti.
Bagi peneliti arkeologi galian sebuah parit, atau tunpukan tanah, atau goresan yang terdapat pada permukaan batu, dan pecahan pecahan gerabah atau kramik luar, serta ditambah sejumlah data tutur yang walaupun sulit dipertanggungjawabkan tetap akan menjadi data yang sangat berharga. walaupun demikian luas situs yang digali dengan rumusan galian sesuai prosedur. dan walaupun penelitian itu hanya menghasilkan satu atau dua alenia saja. Bagi ilmu arkeologi penemuan itu adalah penemuan luar biasa. Setituik demi setitik temuan temuan itu terkumpul oleh para peneliti lama kelamaan penemuan itu akan menjadi sebuah temuan besar.
Saya meyakini temuan besar itu akan mampu didapatkan oleh Tim Dosen IAIN Rd.Intan Lampung asalkan penelitian itu menempuh tahapan yang lebih sistematis seperti yang disebutkan diatas. Memang penelitian yang kemudian harus lebih baik dari penelitian penelitian sebelumnya, tetapi sejatinya kita tidak meneliti sesuatu dengan melangkahi tahapan tahapan penelitian yang demikian panjang yang belum terjamah oleh tangan peneliti sebelumnya. Jamahlah terlebih dahulu peninggalan peninggalan yang sangat mungkin terjangkau, karena memang sebuah penelitian yang baik harus menjadikan hasil hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pijak tahapan penelitian yang ditempuh.
Bisa terjadi terdapat kesenjangan antara naskah naskah peninggalan masa lalu yang ada dengan informasi dari narasumber yang sejatinya selain penwaris juga pemegang naskah nasklah dimaksud. Kalau memanag para peneliti telah mengidentifikasi prasasti dalung bojong dan prasasti Sukau yang kita tahu dalam prasasti Sukau ada keharusan bertanam lada, dan dalam prasasti bojong adalah perjanjian perdagangan Lampung-Banten. Memang ada peneliti yang menyebutkan bahwa Lampung adalah daerah jajahan Banten, dan pemikiran seperti ini nampaknya sangat mempengaruhi Tim Peneliti IAIN, padahal bila kita tilik dari karakter Kesultanan Banten maka kata kata jajahan itu tidaklah tepat, karena Banten adalah Kesultanan Islam yang beraktivitas dakwah, yang melalui Kesultanan Banten dan Demak sebenarnya ada pemikiran memindahkan Pusat Perkembangan Islam di wilayah Lampung.
Suasana ini akan berubah ketika Banten dipimpin oleh Sultan Sultan yang bermental lemah, merebaknya kebiasaan buruk orang orang Kesultanan dengan minuman keras, judi dan sabung ayam, yang kita tahu saat itu Belanda telah masuk dan meluluh lantakkan rencana berdirinya Kesultanan Islam di Lampung. Maka bicara tentang Kerajaan Sekala Brak sejatinya adalah jauh dari itu semua, tentu kita akan tersesat menyimpulkan keberadaan Kerajaan Sekala Brak justeru dengan gambaran pada masa kolonial, karena pada saat itu hanya kerajaan kerajaan tertentu saja yang masih mampu bertahan, sedang kerajaan lainnya tentu saja mengalami kesulitan berkembang, kalau situasi itu sebagai bahan menyimpulkan keberadaan Kerajaan, tentu saja kesimpulan kita akan mengalami kesesatan.
Meneliti naskah milik pewaris kerajaan Sekala Brak adalah sangat membantu upaya penelitian keberadaan kerajaan .itu. Kita membutuhkan penelitian naskah kuno itu secara serius untuk mengantisipasi jangan sampai nasib peninggalan kerajaan Sekala Brak mengalami nasib buruk yang sama dengan apa yang telah dialami oleh Kerajaan Tulangbawang, yang pada saat ini benar benar mengalami kegelapan, selain tidak diketemukannya peninggalan sejarah kerajaan yang diseburt sebut dalam catatan perjalanan ekspedisi terkenal dan tersimpan di museum museum besar itu, juga tidak juga diketemukannya pewaris kerajaan itu.
Saya merasa yakin bahwa tim peneliti IAIN Rd.Intan memiliki kemampuan untuk meneliti naskah naskah itu satu persatu hingga tuntas, sekarang tinggal lagi penelitian itu tervasilitasi atau tidak.
HASIL SEMINAR KERAJAAN SEKALA BRAK IAIN RD.INTAN LAMPUNG
Berdasarkan dari Seminar tersebut para peneliti menyimpulkan bahwa :
1. Kerajaan PaksiPak Skala Brak bukanlah kerajaan yang memiliki kekuatan politik besar seperti halnya kesultanan – kesultanan lainnya di Nusantara, keberadaannya lebih bercorak kesatuan kekuatan kesukuan yang lebih menonjolkan pemerintahan adat. Kekerajaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk mengatur komunitas kebuayan nya masing – masing. Kebuayan itu sendiri terdiri dari atas empat buay yang disebut dengan paksi pak sekala brak, masing – masing ini mempunyai wilayah dan rajanya sendiri – sendiri.
2. Pada masa Islam di Nusantara, kerajaan Skala Brak dalam kekuasaan Banten. Hal ini dibuktikan dengan Prasasti Sukau yang menunjukan ketundukan kepala – kepala suku terhadap Sultan Banten dalam bentuk kepatuhan menanam lada dan menjualnya kepada Banten.
3. Pada masa colonial, kerajaan Paksi Pak Skala Brak ini dipecah dalam bentuk marga – marga. Pembentukan marga tersebut merupakan rekayasa belanda sebagai bentuk politik “ Devide Et Empera “. Bahkan pesirah banyak yang dipilih bukan dari empat buay di atas, tetapi diangkat dari marga – marga yang telah dibentuk Belanda.
Dari penelitian ini tim peneliti merekomendasikan ;
1. * Penelitian historis – etnografis – antroplogis mengenai asal – muasal suku Lampung yang hingga saat ini masih simpang siur.
2. *Penelusuran naskah – naskah kuno (manuskrip) yang masih berada di tangan masyarakat, terutama pemimpin – pemimpin adat lampung yang diduga memiliki kaitan dengan per-seba-an ke Banten
3. * Di samping itu, perlu pula dilakukan penelusuran piagam – piagam kesultanan Banten yang mencapai 15 buah, namun hingga kini yang baru bias dilacak keberadaannya baru dua buah yaitu; Piagam Dalung Bojong (di Pugung Raharjo Lampung Timur) dan Piagam Sukau (di tangan Sultan Salman Parsi Depok).
4. * Penelitian sejarah tentang jaringan ulama Lampung yang selama ini belum pernah terangkat dalam pentas local maupun nasional, padahal setidaknya di Lampung Barat banyak ditemukan makam – makam keramat yang diduga merupakan ulama maupun penyiar agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar