Kamis, 25 Juli 2013

(pustaka) SAAT SEJARAH DAN ROMANSA PERCINTAAN BERKELINDAN

Dodiek Adyttiya Dwiwanto


Judul buku: Amba
Penulis: Laksmi Pamuntjak
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2012
Tebal: 494 halaman
AMBA adalah putri seorang guru di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Dia memiliki dua adik, Ambika dan Ambalika. Melalui ayahnya, Amba belajar serat centhini, wedhatama, dan sederetan puisi-puisi Jawa lainnya. Amba yang berjiwa pemberontak memutuskan untuk meninggalkan kota kelahirannya untuk melanjutkan studinya di Universitas Gadjah Mada.

Sebenarnya, dia telah ditunangkan dengan lelaki pilihan orangtuanya, Salwa Munir. Namun kemudian dia malah hamil di luar nikah dengan Bhisma Rashad, seorang dokter lulusan Jerman yang bekerja di Kediri, Jawa Timur. Bhisma memiliki simpati terhadap golongan kiri.

Bhisma ditangkap di Yogyakarta dan dibuang ke Pulau Buru. Saat para semua tahanan politik dipulangkan, Bhisma memilih menetap. Amba yang telah tua terus mencari Bhisma yang telah memberi dia satu putri. Akhirnya, dia pun mengetahui alasan kenapa Bhisma tidak kembali.

Salwa, Bhisma, dan Amba adalah tokoh-tokoh pewayangan. Bhisma adalah putra Prabu Santanu dan Dewi Gangga. Dia memiliki saudara lain yaitu Chitrangada dan Wicitrawirya. Bhisma memutuskan tidak menikah sehingga Chitrangada menjadi raja, tetapi kemudian dia tewas.

Saat Wicitrawirya naik takhta dan membutuhkan kehadiran permaisuri,   Bhisma mengikuti sayembara yang diselenggarakan oleh Prabu Kasi. Bhisma memenangkan dan membawa pulang Amba, Ambika, dan Ambalika. Bhisma tidak mau menikahi Amba lantaran janjinya. Amba sendiri telah menjalin kasih dengan Salwa, namun Salwa tidak mau menikahi Amba setelah kalah dari Bhisma.

Seperti kisah aslinya dalam pewayangan, Amba dalam novel Amba seolah ditakdirkan merana karena cinta. Kisah sejatinya, Bhisma Rashad malah ditangkap, dibuang, dan tidak pernah kembali.

Kisah romantika setiga antara Amba-Salwa-Bhisma ini memang indah. Cerita cinta yang berkelindan dengan sejarah kelam bangsa Indonesia yaitu Tragedi 30 September 1965. Riset yang mendalam dan bahasa yang indah menjadikan semua kisah ini seperti nyata adanya, meski ini sejatinya fiksi.

Cerita novel soal Tragedi 30 September 1965 sebenarnya bukan yang pertama dan pasti bukan yang terakhir, tetapi tidak banyak yang bertutur soal Pulau Buru, salah satunya adalah novel Kubah karya Ahmad Tohari yang berkisah soal Karman yang baru pulang dari Pulau Buru dan berupaya menjadi Muslim yang taat. n

Sumber: Jurnal Nasional, Minggu, 30 Juni 2013

Tidak ada komentar: