Musa Ismail.
PADA mulanya, dongeng merupakan kisah lisan yang mendunia. Semua negara, memiliki dongeng yang menggambarkan kekhasan dan kejeniusan lokal mereka. Akhir-akhir ini, kisah lisan itu dapat dengan mudah kita peroleh melalui media cetak dan media elektronik. Untuk wilayah nusantara, dongeng bukanlah sesuatu yang asing. Semua daerah di nusantara ini, mempunyai dongeng masing-masing. Bahkan, beberapa buku dongeng nusantara dengan mudah kita temukan di toko-toko buku.
Ketika mendengar kata dongeng, orang akan mengaitkannya dengan kisah bual, kisah bohong, atau kisah khayal semata. Bahkan, sangat disayangkan, masih banyak yang menganggap bahwa dongeng sekaligus mendongeng itu tidak penting. Pemikiran seperti ini ada benarnya karena muatan peristiwa dalam dongeng didominasi oleh kisah-kisah imajinatif. Akan tetapi, ada benarnya pula kalau dikatakan bahwa tidak semata muatan peristiwa dalam dongeng merupakan rangkaian peristiwa khayalan. Peristiwa-peristiwa sejarah, misalnya, masih bisa kita sampaikan dengan cara mendongeng. Hal ini serupa dengan novel yang berpijak dari peristiwa sejarah.
Untuk Indonesia, kita tidak asing lagi dengan beberapa nama seperti Kak Seto, Kak Wees, Kak Kusumo, Neno Warisman, Ratna Megawangi, Ria Enes. Mereka merupakan tokoh idola dalam menyampaikan tunjuk ajar dengan cara mendongeng. Bukan cuma anak-anak menyenanyi dongeng dan cara mereka mendongeng, tetapi juga remaja dan dewasa. Untuk Riau, sebenarnya, ada nama seperti Yong Dolah (Abdullah) dan Suman Hs. Namun, posisi Yong Dolah selalu dipojokkan sebagai pembual. Padahal, beliau memiliki kecerdasan linguistik yang luar biasa, terutama dalam hal mendongeng. Dongeng dan mendongeng mampu menumbuhkembangkan berbagai aspek kepribadian manusia. Asfandiyar dalam bukunya Cara Pintar Mendongeng (2007:19) menjelaskan, dongeng tidak hanya senantiasa mengaktifkan aspek-aspek intelektual, tetapi juga aspek kepekaan, kehaluasan budi, emosi, seni, fantasi, dan imajinasi, tidak hanya mengutamakan otak kanan, tetapi juga otan kiri.
Kegiatan mendongeng sudah ada sejak abad ke-6 SM di India. Menurut catatan Pollowski, seorang pendongeng dan pustakawan di Amerika Serikat, pada waktu pendongeng menggunakan media gambar yang dilukiskan pada daum palem, kulit kayu, dan kain. Kemudian, mendongeng dengan gambar ini menyebar ke Cina, Jepang, Persia, Mongolia, dan Turki pada abad ke-10. Sementara itu, menurut Asfandiyar, tradisi mendongeng di Indonesia sudah ada sejak berabad-abad silam. Kehidupan para pendongeng dijamin oleh ke(raja)an. Bahkan, mereka mendapat gelar kehormatan dari ke(raja)an. Tidak heran jika pendongeng ketika itu berperan penting sebagai pelipur lara kerabat istana. Selain itu, nenek moyang kita juga terkenal sekali dengan tradisi mendongeng untuk menyampaikan tunjuk ajar kepada anak cucu, terutama menjelang tidur.
Mendongeng merupakan kegiatan mengisahkan dongeng kepada khalayak dengan cara, metode, dan media tertentu. Kegiatan ini termasuk kemampuan produktif di dalam aspek kemampuan berbahasa, yaitu berbicara (tetapi tingkatannya lebih tinggi). Bukan cuma segi segmental, tetapi segi suprasegmental dalam linguistik pun mesti dikuasai oleh pendongeng. Di samping itu, mendongeng juga bisa memanfaatkan properti tertentu guna mendukung efektivitas penyampaian. Namun, yang terpenting di dalam mendongeng adalah ketersampaian amanat kepada para pendengar sehingga memberikan manfaat khusus kepada kepribadian mereka.
Untuk saat ini, Indonesia mulai memperhatikan kembali tradisi mendongeng. Perhatian ini dilakukan pemerintah melalui berbagai kegiatan sayembara. Kegiatan sayembara ini dilaksanakan secara rutin tahunan. Misalnya, sayembara mendongeng siswa SD dan sayembara mendongeng guru/pengurus PAUD. Selain itu, beberapa stasiun teve pun mengeset program mendongeng sebagai sarana untuk mengembangkan imajinasi dan edukasi anak-anak. Tradisi mendongeng seperti ini sebaiknya lebih ditingkatkan lagi. Sebaiknya, semua stasiun teve memprogramkan tradisi mendongeng untuk jangka panjang.
Mendongeng itu penting sekali. Begitu pentingnya tradisi mendongeng sehingga Kak Seto mengatakan bahwa semaki meyakinkan mendongeng itu sangat penting! Mudah dilakukan siapa saja yang peduli pada hak anak untuk tumbuh dan berkembang. Ratna Megawangi menambahkan, dongeng membentuk karakter dan imajinasi anak. Bahkan, Ria Enes dan Susan menegaskan, dongeng itu dibutuhkan oleh siapa pun untuk menumbuhkan imajinasi anak dan orang dewasa. Sehubungan dengan itu pula, Shahnaz Haque mengatakan, mendongeng bisa menumbuhkan minat baca dan mendekatkan orang tua pada anak.
Semua pendapat di atas menyangga pernyataan bahwa mendongeng itu penting karena memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan keperibadian anak dan orang dewasa. Menurut Asfandiyar, ada beberapa manfaat dongeng yang jika tradisi mendongeng dihidupkan. Pertama, mengembangkan aspek kognitif, fektif, sosial, dwn konatif. Kedua, membawa anak-anak pada pengalaman baru. Ketiga, memberikan beribu hikmah. Keempat, merespons sesuatu dengan cars tersendiri. Kelima, memicu daya kritis dan rasa ingin tahu. Keenam, merangsang imajinasi, fantasi, dan kreativitas anak. Ketujuh, melatih daya konsentrasi. Kedelapan, melatih berasosiasi. Kesembilan, mendorong untuk mencintai buku/membaca. Kesepuluh, merangsang jiwa petualangan. Kesebelas, memupuk rasa keindahan, kehalusan budi, dan karakter. Keduabelas, hiburan dan menyahatkan otak.
Fakta lain yang menarik bahwa materi dongeng yang disampaikan berkaitan dengan otak kita. Rosen mengatakan bahwa dalam hubungannya dengan pendidikan manusia secara umum, otak manusia adalah perkakas naratif. Ia hidup dan bergerak dalam cerita. Selain itu, sebagai karya fiksi, dongeng juga berkaitan dengan aspek rohaniah berupa perasaan. Hal ini dipertegas oleh Josette Frank bahwa seperti halnya orang dewasa, anak-anak memperoleh pelepasan emosional melalui pengalaman fiktif yang tidak pernah mereka alami dalam kehidupan nyata.
Dongeng merupakan bagian dari karya sastra. Mendongeng merupakan tradisi lisan dalam sastra. Sebagai bagian dari karya sastra, tentu saja dongeng memberikan nilai tersendiri bagi kehidupan anak. Umar bin Khattab berpesan, ajarilah anak dengan sastra. Dengan sastra, akan memperhalus budi pekerti dan anak yang takut akan menjadi pemberani. Kita tentu berharap tradisi mendongeng terus hidup dan berkembang di nusantara. Semoga. n
Musa Ismail, Sastrawan yang rajin menghasilkan karya sastra. Karya-karyanya dimuat diberbagai media massa dan saat ini tercatat sebagai guru SMAN 3 Bengkalis.
Sumber: Riau Pos, Minggu, 23 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar