Musa Ismail.
PADA mulanya, dongeng merupakan kisah lisan
yang mendunia. Semua negara, memiliki dongeng yang menggambarkan
kekhasan dan kejeniusan lokal mereka. Akhir-akhir ini, kisah lisan itu
dapat dengan mudah kita peroleh melalui media cetak dan media
elektronik. Untuk wilayah nusantara, dongeng bukanlah sesuatu yang
asing. Semua daerah di nusantara ini, mempunyai dongeng masing-masing.
Bahkan, beberapa buku dongeng nusantara dengan mudah kita temukan di
toko-toko buku.
Ketika mendengar kata dongeng, orang akan
mengaitkannya dengan kisah bual, kisah bohong, atau kisah khayal
semata. Bahkan, sangat disayangkan, masih banyak yang menganggap bahwa
dongeng sekaligus mendongeng itu tidak penting. Pemikiran seperti ini
ada benarnya karena muatan peristiwa dalam dongeng didominasi oleh
kisah-kisah imajinatif. Akan tetapi, ada benarnya pula kalau dikatakan
bahwa tidak semata muatan peristiwa dalam dongeng merupakan rangkaian
peristiwa khayalan. Peristiwa-peristiwa sejarah, misalnya, masih bisa
kita sampaikan dengan cara mendongeng. Hal ini serupa dengan novel yang
berpijak dari peristiwa sejarah.
Untuk Indonesia, kita tidak
asing lagi dengan beberapa nama seperti Kak