Depok, Kompas - Perburuan naskah kuno Nusantara masih berlangsung dan saat ini banyak naskah yang terjual ke negara tetangga. Naskah dari Aceh, Riau, dan Kalimantan mulai banyak tersimpan di sejumlah museum di Malaysia dan Brunei. Penjualan naskah ini terjadi lantaran rendahnya kepedulian pemerintah dan masyarakat menjaga kekayaan budaya tersebut.
Hal itu disampaikan Prof Dr Titik Pudjiastuti, Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI), Rabu (3/11) di Depok, Jawa Barat. Dalam orasi ilmiahnya berjudul ”Naskah dan Identitas Budaya”, Titik mengulas tentang kekayaan bangsa Indonesia berupa naskah kuno. Akan tetapi, naskah berharga tersebut mulai banyak yang jatuh ke tangan asing karena dijual pemiliknya.
”Anda dengan mudah menjumpai naskah-naskah Nusantara di Malaysia dan Brunei. Penjualan itu sama artinya dengan menjual kekayaan budaya bangsa,” tutur Titik seusai pidato pengukuhannya sebagai guru besar.
Penjualan naskah kuno ke negara tetangga ini lantaran pemilik naskah terdesak faktor ekonomi. Sementara pemerintah, baik di tingkat daerah maupun pusat, tidak dapat berbuat banyak menyelamatkan naskah tersebut. Upaya penyelamatan pemerintah, sejauh ini, menurut Titik, masih tersandung minimnya dana.
Saat ini upaya penyelamatan naskah kuno terus berjalan, terutama di Bali, Lombok, dan Yogyakarta. Titik bersama tim peneliti lain menyalin naskah tersebut dalam bentuk digital dan membukukannya, di antaranya Katalog Naskah Fakultas Universitas Indonesia (1997), Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari (2001), dan Katalog Naskah Palembang (2004).
Di tempat yang sama, Rektor UI Prof Dr der Soz Gumilar R Somantri juga mengukuhkan Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Prof Dr Djoko Marihandono. Djoko menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul ”Menjadi Sejarawan Profesional: Kajian tentang Sumber Sejarah dan Metodologinya”.
(NAL/NDY)
Sumber: Kompas, Kamis, 4 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar