BANDARLAMPUNG, FS – Fungsi sastra adalah untuk menghidupkan kata-kata yang dalam keseharian terancam stagnan karena banalisasi kehidupan sosial politik. Bahasa Indonesia yang di tangan politisi dan birokrat terasa kehilangan makna menjadi segar dan hidup dalam olahan penyair atau sastrawan.
Penyair
Joko Pinurbo mengatakan hal itu dalam Wisata Seni Baca Sastra 2015 di
Taman Budaya Lampung (TBL), Bandarlampung, Kamis (29/10). Selain Joko
Pinurbo, tampil juga dalam kegiatan yang diisi baca puisi dan cerpen ini
sastrawan AS Laksana, Ahda Imran, Ari Pahala Hutabarat, Ahmad Yulden
Erwin, Iswadi Pratama, dan Wicaksono Adi.
Menurut
Joko Pinurbo, sastra adalah seni bermain kata. “Menulis itu bukan
sesuatu yang berat. Bahasa Indonesia itu luar biasa. Tadi saya bacakan
puisi yang menunjukkan betapa kata-kata dalam bahasa Indonesia itu bisa
menjelma untaian syair yang asyik,” ujar penyair yang biasa disapa
Jokpin ini.
Meskipun
demikian, kata Jokpin, untuk menulis puisi tidak bisa mengandalkan
ilham dari langit. “Kata kuncinya persiapkan bahan yang hendak ditulis.
Lakukan riset kecil-kecilan, misalnya tentang persamaan bunyi, lawan
kata, sinonim, dan lain-lain untuk menghasilkan tulisan yang baik.”
Riset
yang paling mungkin, menurut Jokpin, adalah dengan banyak-banyak
membaca. Ia menganjurkan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting
dari bacaan, yang kelak bisa menjadi bahan untuk menulis.
Cerpenis
AS Laksana mengaku berkali-kali membuat puisi, tetapi berkali-kali pula
ia gagal melahirkan puisi. Ia lalu memutuskan untuk fokus pada
penulisan prosa dan esai.
Namun,
diam-diam ia selalu mencari kalimat-kalimat yang menarik dari penyair.
“Meski tidak menulis puisi, saya suka puisi. Saya selalu banyak membaca
puisi untuk mengasah pena saya. Membaca itu kan seperti bercakap-cakap
dengan penulisnya,” kata dia.
Penyair
Wicaksono Adi yang bertindak sebagai kurator acara ini menambahkan,
sastra membawa fakta lain dari sebuah peristiwa atau hal tertentu. Ia
mengibaratkan peneliti biologi yang membawa ikan ke laboratorium,
sementara sastrawan menghadirkan angin, ombak, pasir dalam karya mereka.
(UZK)
Sumber : Fajar Sumatera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar