Lama tak berkunjung ke Museum Negeri Lampung "Ruwa Jurai" hari itu Jum'at tanggal 26 September 2014 kupentingkan kunjungan ke sana, semata mata aku ingin mengunjungi Pameran Peninggalan Sejarah Islam di Sumatera yang materinya diambil dari koleksi pilihan Museum Negeri se Sumatera. Hanya melihat Pameran, tak ada juga yang harus kutemui di Museum itu karena akupun menjadi ragu apakah aku masih mereka kenal setelah pensiun dari PNS sejak empat tahun yang lalu, walaupun diantara mereka masih banyak yang aku kenal dan ingat namanya. Tapi kunjunganku kali ini hanya melihat arena pameran.
Keberadaanku di Museum itu terasa terlampau singkat, hanya dua gedung yang aku sempat ditunjuk sebagai Pimpronya. Dan satu buah buku selesai kupersembahkan untuk memperkaya koleksi yang ada, tulisanku itu adalah menyangkut masalah topeng yang sejatinya juga peninggalan Islam.
Senang hatiku memasuki ruang pameran karena bangunan yang dipakai kebetulan aku sebagai Pimpronya ketika gedung itu di bangun, dengan bersusah payah gedung itu dibangun dalam keterbatasan dana pembangunan kebudayaan pada saat itu, kebanggan itu sifatnya hanya pribadi saja karena orang tak merasa perlu tahu tentang itu, tetapi secara pribadi senang rasanya melihat gedung megah yang aku memiliki andil walaupun nyaris tak berarti apa apa.
Ternyata materi Pameran Museum Negeri Se Sumatera itu mengambil tema "Peninggalan Islam" Dengan melihat koleksi yang dipamerkan maka kita dapat mengetahui bahwa Islam masuk ke Sumatera telah terjadi sejak lama, sayang tema pameran sepertinya terlampau luas, sehingga kurang fokus dalam menyampaikan sebuah informasi.Namun bukan berarti saya mengatakan bahwa pameran ini kurang bermanfaat. Tidak karena bila pameran itu dipandu oleh mereka yang memahami maka pameran itu sangat banyak bisa bercerita.
Menarik dari sekian banyak koleksi yang dipamerkan ada sejumlah naskah tulis dan bahkan kitab kuno yang ditulis dengan lumaian tebal mencapai ratusan halaman. Apakah ada diselenggarakan seminar terkait pameran temporer ini ... ? Tanyaku. Tidak Pak jawab sipemandu singkat. Wah sayang sekali kataku. Kalau saja pameran temporer ini mengambil tema tentnag karya tulis Islam saja, maka peluang untuk memaerkan karya tulis kuno yang berlatar belakang Islam sangat banyak bahannya, walaupun belum tentu ada sebagai koleksi pada museum musem negeri se Sumatra. Dan di Suymatera tepatnya di Universitas Andalas ada pakar naskah kuno yang menghimpun kembali naskah kuno Lampung Karam yang ditulis dengan huruf jawi. Penemuan ini menjadi luar biasa karena semua naskah ini tercerai berai dibeberapa negara, termasuk Singapura, Belanda dan Prancis. Naskah itu ditulis oleh seorang yang mengalami terpaan gelombang Sunami pertama pada saat meletusnya Gunung Krakatau. Yang pada saat itu sebagian wilayah Lampung benar benar karam.
Hal ini barangkali patut menjadi pemikiran bagi pejabat di Museum se Sumatera karena ditenggarai banyak sekali kitab kitab kuno yang ditulis oleh Ulama Nusantara termasuk yang berada di Sumatera dan khususnya Palembang. Sebagian dari kitab kitab kuno itu ditulis dan cetak ulang oleh Kementerian Agama, dan sudah pula diedarkan. Tetapi sebagian kitab kitab itu masih dalam buruan yang belum diketahui rimbanya, dan bukan tidak mungkin barangkali saja ada museum negeri yang telah mengkoleksinya.
Karya karya paara penulis Ulama Nusantara ini bykan hanya beredar di Nusantara saja, tetapi ada beberapa diantaranya sudah dicetak berulang ulang di luar negeri, dan menjadi kitab bacaan yang diwajibkan di berbagai sekolah sekolah di Timur Tengah.
Kalaupun ada salah satu dari kitab kitab tersohor itu sempat kita bedah bersamaan dengan diselenggarakannya Pameran Temporer Museum negeri se Sumatera, rasa rasanya adalah sangatlah lengkap penyelenggraaan pameran itu. Semoga pada suatu saat apa yang kita inginkan ini dapat tersekenggara. Amin.
Nama sebagian ulama Nusantara yang produktif menulis di eranya antara lain adalah :
(1) Syaikh Nuruddin Muhammad bin ‘Ali bin Hasanji Al Hamidi Ar Raniri Al Asyi rohimahulloh (w. 1068 H)
(2) Syaikh Wan ‘Ali bin ‘Abdurrohman Kutan Al Kalantani
(3) Al ‘Allamah Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al Bantani (wafat 1314 H/1897 di Makkah)
(4) Al Musnid Al ‘Allamah Syaikh Muhammad Mahfuzh binAl ‘Allamah ‘Abdulloh bin ‘Abdul Mannan At Tirmisi Al Jawi
(5) Syaikh ‘Abdul Qodir bin ‘Abdul Muthollib Al Mandili (Mandailing) Al Makki (1322-1385 H).
(6) Syaikh Muhammad Idris bin ‘Abdurrouf Al Marbawi Al Indunisi (1313-1410 H/1989-1892 M)
(7) Al Musnid Syaikh Abul Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad ‘Isa Al Fadani Al Indunisi Al Makki.
dan masioh banyak lagi nama nama lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar