Fachruddin : Kliping Dan Catatan Tentang Bahasa, Retorika, Sastra, Aksara dan Naskah Kuno
Sabtu, 25 Juni 2011
Siapa Sudi Berburu Kitab Kuno dan Kitab karya Ulama Nusantara.
Ada seonggok kitab kitab kuno yang disusun secara acak di perpustakaan masjid Al-Anwar kampung Palembang Telukbetung. Konon masjid itu adalah masjid tertua di bandar Lampung, kitab kitab kuno sebagian memang wakaf tetapi sebagiannya lagi kurang jelas dari mana asalnya, karena pewaris buku itu tidak banyak memberikan keterangan, kecuali sebuah pesan agar dijaga.
Sebagian besar kitab itu dalam bahasa Arab, nampaknya buku itu asli terbitan Timur tengah, melihat bahasan dan materinya, besar kemungkinan kitab kitab itu adalah bacaan wajib dalam mengikuti study di Timur tengah. Konon kitab kitab itu tinggal lagi sebagian, sedang sebagian yang lain hancur disusak rayap, bahkan ada yang dihanyut tsunami ketika Lampung dilanda tsunami dahulu AL-.
Dari sekitar dua puluhan buku yang saya buka buka ada diantaranya sebuah buku yang berjudul "HAYAATU AL-HAYAAWAAN AL-QUBRO" (Kehidupan Binatang Binatang Bertubuh Besar). Buku ini sebenarnya sangat menarik, tetapi sayang buku ini tidak dilengkapi dengan gambar-gambar. Buku buku era kini bicara tentang binatang tidak boleh lepas dari gambar gambar binatang yang dibahas. Tetapi saya yakin pada suatu saat juga akan dibutuhkan bahasan bahasan binatang dan alam lainnya berbasis Al-Quran.
Sudah barang tentu pemeliharaan kitab kitab itu jauh dari profesional, dan tidak banyak pihak yang memanfaatkan. Menurut pengurus masjid orang yang sering datang membuka buka Kitab Kuno di situ adalah dr. Oemar Hashem, dia dokter umum tetapi memiliki perhatian yang luar biasa terhadap agama. Satu persatu kitab kitab itu dibuka buka olehnya. dan dr. Oemar Hashem cukup piawai membaca kitab terbitan Timur tengah.
Kemungkinan besar dr.Oemar Hasehem datang ke masjid itu adalah ketika ia dan kawan kawannya sedang memopersiapkan buku Sakifah Bani Sa'idah. Kakak kandungnya yang bernama M.hashem dan seorang sahabat mereka yang bernama Zainal Abidin, ada sekitar tiga bulan mereka mempersiapkan buku itu hingga benar benar terbit.
Sebetulnya dr. O.hashem telah saya minta untuk menjadi Narasumber tetap bersama Prof. Hilman Hadikusuma (pada saat itu belum Profesor) pada group diskusi yang saya bentuk tahun 1981 . Group itu saya namai Study for Islamical Affairs (SIA). Anggota group pun saya batasi hanya 15 orang. Dengan harapan semuanya berkesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Kedua narasumber itu bersedia melaksanakan tugasnya dengan catatan. Diskusi hanya dilaksanakan di rumah Prof.Hilman dan di rumah O.Hashem, tergantung siapa narasumbernya.
Kedua narasumber itu bersedia untuk menjadi narasumber tetap secara bergantian dengan catatan para peserta benar benar berpartisipasi aktif, dan tidak idem ditto. O Hashem pernah kecewa kepada saya ketika beliau meminta saya mempertemukannya dengan Dosen IAIN Rd.Intan yang pernah menammatkan buku "Ihyaa Ulumuddin", tapi tak seorangpun dinataranya yang berkenan brdialog dengan O.Hashem. Pada saay itu Buku itu belum diterjemahkan.
Ada beberapa buah kitab yang sudah benar benar lusuh diletakkan diatas meja kerja O.Hashem, demikian asyiknya ia membalik balik buku itu, sehingga pembicaraan kami terhambat karenanya. Alhasil untuk beberapa lama beliau tidak bersedia menjadi nara sumber pada group diskusi yang saya bentuk karena beliau fokus pada persiapan penulisan bukunya.
Celakanya Bapak Prof. Hilman Hadikusuma juga memiliki kesibukan yang sama. Sehingga diskusi yang baru kami laksanakan 6 kali itu menjadi terhambat. Demikian asyiknya Prof. Hilman membolak balik Kitab Kuntara rajaniti, kopi cepalo, keterem dan banyak sekali naskah kuno tulis tangan yang hampis setiap hari dibuka bukanya. "Saya ingin menterjemahkan naskah naskah kuno ini ke dalam berbagai buku" katanya.
Namun saya senang, karena diskusi terhambat justeru disebabkan karena kesibukan untuk berkarya yang dilakukan oleh O.Hasem dan Prof. Hilman Hadikusuma. Yaitu karya yang sangat berarti bagi masa depan bangsa. Selama ini barua dua orang itu yang saya tahu persis bahwa keduanya demikian berhajat dengan naskah naskah kuno, walaupun dengan berbeda gaya, dan berbeda sasaran.
Tetapi ketika kita bicara masalah karya Ulama Nusantara, hingga kini saya belum tahu siapa yang yang menggandrunginya. Padahal kabarnya sebagian dari naskah Ulama Nusantara Tempo doeloe itu banyak juga yang di bawa ke Lampung oleh para da;i yang sekaligus saudagar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar