Jumat, 26 September 2014

Pameran Peninggalan Sejarah Islam di Museum Lampung

Lama tak berkunjung ke Museum Negeri Lampung "Ruwa Jurai"  hari itu Jum'at tanggal 26 September 2014 kupentingkan kunjungan ke sana, semata mata aku ingin mengunjungi Pameran Peninggalan Sejarah Islam di Sumatera yang materinya diambil dari koleksi pilihan Museum Negeri se Sumatera. Hanya melihat Pameran, tak ada juga yang harus kutemui di Museum itu karena akupun menjadi ragu apakah aku masih mereka kenal setelah pensiun dari PNS sejak empat tahun yang lalu, walaupun diantara mereka masih banyak yang aku kenal dan ingat namanya. Tapi kunjunganku kali ini hanya melihat arena pameran.
Keberadaanku di Museum itu terasa terlampau singkat, hanya dua gedung yang aku sempat ditunjuk sebagai Pimpronya. Dan satu buah buku selesai kupersembahkan untuk memperkaya koleksi yang ada, tulisanku itu adalah menyangkut masalah topeng yang sejatinya juga peninggalan Islam.

Senang hatiku memasuki ruang pameran karena bangunan yang dipakai kebetulan aku sebagai Pimpronya ketika gedung itu di bangun, dengan bersusah payah gedung itu dibangun dalam keterbatasan dana pembangunan kebudayaan pada saat itu, kebanggan itu sifatnya hanya pribadi saja karena orang tak merasa perlu tahu tentang itu, tetapi secara pribadi senang rasanya melihat gedung megah yang aku memiliki andil walaupun nyaris tak berarti apa apa.

Ternyata materi Pameran Museum Negeri Se Sumatera itu mengambil tema "Peninggalan Islam" Dengan melihat koleksi yang dipamerkan maka kita dapat mengetahui bahwa Islam masuk ke Sumatera telah terjadi sejak lama,  sayang tema pameran sepertinya terlampau luas, sehingga kurang fokus dalam menyampaikan sebuah informasi.Namun bukan berarti saya mengatakan bahwa pameran ini  kurang bermanfaat. Tidak karena bila pameran itu dipandu oleh mereka yang memahami maka pameran itu sangat banyak bisa bercerita.

Menarik dari sekian banyak koleksi yang dipamerkan ada sejumlah naskah tulis dan bahkan kitab kuno yang ditulis dengan lumaian tebal mencapai ratusan halaman. Apakah ada diselenggarakan seminar terkait pameran temporer ini ... ? Tanyaku. Tidak Pak jawab sipemandu singkat. Wah sayang sekali kataku. Kalau saja pameran temporer ini mengambil tema tentnag karya tulis Islam saja, maka peluang untuk memaerkan karya tulis kuno yang berlatar belakang Islam sangat banyak bahannya, walaupun belum tentu ada sebagai koleksi pada museum musem negeri se Sumatra. Dan di Suymatera tepatnya di Universitas Andalas ada pakar naskah kuno yang menghimpun kembali naskah kuno Lampung Karam yang ditulis dengan huruf jawi. Penemuan ini menjadi luar biasa karena semua naskah ini tercerai berai dibeberapa negara, termasuk Singapura, Belanda dan Prancis. Naskah itu ditulis oleh seorang yang mengalami terpaan gelombang Sunami pertama pada saat meletusnya Gunung Krakatau. Yang pada saat itu sebagian wilayah Lampung benar benar karam.

Hal ini barangkali patut menjadi pemikiran bagi pejabat di Museum se Sumatera karena ditenggarai banyak sekali kitab kitab kuno yang ditulis oleh Ulama Nusantara termasuk yang berada di Sumatera dan khususnya Palembang. Sebagian dari kitab kitab kuno itu ditulis dan cetak ulang oleh Kementerian Agama, dan sudah pula diedarkan. Tetapi sebagian kitab kitab itu masih dalam buruan yang belum diketahui rimbanya, dan bukan tidak mungkin barangkali saja ada museum negeri yang telah mengkoleksinya.

Karya karya paara penulis Ulama Nusantara ini bykan hanya beredar di Nusantara saja, tetapi ada beberapa diantaranya sudah dicetak berulang ulang di luar negeri, dan menjadi kitab bacaan yang diwajibkan di berbagai sekolah sekolah di Timur Tengah.

Kalaupun ada salah satu dari kitab kitab tersohor itu sempat kita bedah bersamaan dengan diselenggarakannya Pameran Temporer Museum negeri se Sumatera, rasa rasanya adalah sangatlah lengkap penyelenggraaan pameran itu.  Semoga pada suatu saat apa yang kita inginkan ini dapat tersekenggara. Amin.
Nama sebagian ulama Nusantara yang produktif menulis di eranya antara lain adalah :
(1) Syaikh Nuruddin Muhammad bin ‘Ali bin Hasanji Al Hamidi Ar Raniri Al Asyi rohimahulloh (w. 1068 H)
(2) Syaikh Wan ‘Ali bin ‘Abdurrohman Kutan Al Kalantani
 (3) Al ‘Allamah Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al Bantani (wafat 1314 H/1897 di Makkah)
(4) Al Musnid Al ‘Allamah Syaikh Muhammad Mahfuzh binAl ‘Allamah ‘Abdulloh bin ‘Abdul Mannan At Tirmisi Al Jawi
(5) Syaikh ‘Abdul Qodir bin ‘Abdul Muthollib Al Mandili (Mandailing) Al Makki (1322-1385 H).
 (6) Syaikh Muhammad Idris bin ‘Abdurrouf Al Marbawi Al Indunisi (1313-1410 H/1989-1892 M)
(7) Al Musnid Syaikh Abul Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad ‘Isa Al Fadani Al Indunisi Al Makki.
dan masioh banyak lagi nama nama lainnya. 







Rabu, 17 September 2014

Kebenaran VS Etika.



Akhir akhir ini Ahok menjadi populer lantaran ketidaksejalanannya dengan Gerindra sebagai Partai yang membesarkannya. Sebagai politisi yang cenderung bicara lain maka sejatinya Ahok dipastikan memiliki target target tertentu dalam aksi politik yang dilancarkannya. Apa target sebenarnya itu masih membutuhkan waktu lama untuk diuji keasliannya, sejarah nantinya yang akan menjelaskannya. Inilah gaya bicaranya Ahok, yang dari sisi etika nampaknya tak baik untuk ditiru lantaran kita membutuhkan keteladanan dan keteladanan itu nampaknya belum dimunculkan oleh Ahok, tetapi secara substansi pembicaraan ternyata banyak yang menarik untuk disimak. Kita membutuhkan kejujuran untuk dapat menyimaknya secara jernih.





Secara jujur dapat kita katakan banyak pelajaran yang dapat kita ambiul dari kasus ini dan salah satu pelajaran itu  adalah "Haruskah Kebenaran itu Kita Sampaikan dengan melanggar Etika" spontan akan kita katakan bahwa sejatinya antara kebenaran dan etika itu sejalan. Apalagi sebagai seorang Ahok dan kita semua tidak akan mungkin mencapai kebenaran hakiki, alias hanya kebenaran relatif belaka, lalu haruskah kebenaran relatif itu kita sampaikan secara memaksa, jawabnya tidak boleh, dan itu yang dilanggar Ahok. Lalu apa dasar Ahok lakukan itu semua

Ahok Menampar Pejabat Pemerintah.


 Dari kecil Ahok diajari orang tuanya untuk tegas, tetapi harus memiliki prestasi yang tinggi melebihi yang lain sehingga sekeras apapun dan sesakit apapun hati orang lain terhadap Ahok maka Ahok masih memiliki sisi baik dalam kehidupan ini.  Sebagai orang yang memiliki karakter keras Ahok pada masa mudanya pernah menampar seorang pejabat yang mendatangi pabriknya dan mereka berdua berselisih pendapat, dan karena kesal maka Ahok mnampar pejabat itu.
Tetapi orang tua Ahok selalu berdoa agar Ahok mampu memberikan yang terbaik bagi masyarakat, potensi ini ada pada diri Ahok yang sekalipuin berkarakter keras, tetapi Ia benci kejahatan. Suatu saat kata orang tuanya sosok Ahok adalah sosok yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia, itu pula sebabnya Ahok dilarang piondah negara oleh orang tuanya, ketika Ahok berniat pindah ke Kanada pasca menampar seorang pejabat di Bangka Belitung.

Ahok Yakin Benar.


Apa yang dilakukan oleh Ahok pada saat dipercayai menjadi Wagub dan mungkin sebentar lagi Gubernur tidak lepas dari petuah orang tuanya. Ahok sangat menghayati filosofi yang diturunkan oleh orang tuanya kepadanya, dan Ahok meyakini kebenaran itu semua.